Suami Wajib Baca! Ini Alasan Para Istri Mudah Emosi Sepanjang Hari
Menjalani hari- hari yang sibuk
hampir setiap hari memang sangat menguras energi dan emosi para ibu. Tidak
jarang, karena begitu lelahnya, ibu menjadi sosok yang sensitif dan mudah mudah
meluapkan kemarahannya.
Tidak jarang para suami kebingungan dan bertanya- tanya apa yang salah pada
dirinya saat mengetahui sang istri mudah marah. Karena saat sensitif, tidak
jarang para istri ini mudah marah pada hal sekecil apapun. Yang lebih
mengesalkan lagi saat istri kadang juga marah sepanjang waktu tanpa sebab yang
jelas.
Pentingnya Memahami Kemarahan Perempuan
Sebelum memarahi balik istri
karena marah sepanjang waktu, suami sebaiknya memahami terlebih dulu perbedaan
utama antara emosi wanita dan pria.
Penelitian menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita mengalami kemarahan dengan
frekuensi yang sama. Hanya saja, keduanya punya cara yang berbeda dalam
mengungkapkannya.
Saat suami yang marah, umumnya mereka memperlihatkan kemarahan mereka secara
terbuka. Kebalikannya, para wanita cenderung menyembunyikan kemarahan mereka.
Psikolog Sandra Thomas mengungkapkan bahwa secara tradisional, pria memandang
kemarahan sebagai kualitas ‘maskulin’, dan perkelahian fisik disebut sebagai
salah satu tanda kejantanan.
Sedangkan untuk para wanita, penyaluran kemarahan dilakukan dengan cara yang
berbeda, seperti dengan menampilkan raut muka kesal dan mengomel- ngomel.
Di tahun 1993, sebuah study bertajuk Women’s Anger Study yang melibatkan 535
wanita berusia 25 dan 66 tahun dilakukan. Study ini mengungkap bahwa ada tiga
akar yang memicu kemarahan perempuan, yaitu ketidakberdayaan, ketidakadilan,
dan orang lain yang bertanggungjawab.
Study ini juga menunjukkan bahwa perempuan sering meluapkan kemarahannya secara
berulang, dan cenderung lebih mengekspresikan kemarahan mereka secara verbal.
Mengapa Istri Marah pada Suami Sepanjang Waktu?
Sekarang kembali ke masalah inti.
Mengapa dalam rumah tangga istri sering marah pada suami sepanjang waktu?
Apakah rasa cinta yang mulai memudar atau gejala apa?
Rasa marah pada istri biasanya muncul karena akumulasi kelelahan yang
mengakibatkan stress. Kondisi ini kemudian membuat seorang wanita kesulitan
dalam mengendalikan emosinya.
Berakar dari hal tersebut, inilah tiga alasan masuk akal mengapa seorang istri
marah sepanjang waktu :
1. Suami Menganggap Remeh Pekerjaan Rumah Tangga Istri
Banyak suami yang tidak
memahami apa saja yang istri kerjakan selama di rumah. Karena sibuk bekerja di
luar rumah, suami sering menganggap pekerjaan rumah tangga istri sebelah mata.
Padahal, sambil memasak dan membersihkan rumah, istri juga menghabiskan banyak
waktu berlari mengejar anak- anak saat menemani mereka bermain. Semua dilakukan
serba multi-tasking.
Meski lelah seharian, istri juga sering terjaga sepanjang malam untuk menjaga
buah hati. Terutama saat si kecil rewel dan masih menyusu. Bisa dipastikan
waktu istirahat yang dimiliki ibu menjadi jauh lebih sedikit.
Belum lagi saat kelelahan menjaga balita yang super aktif dan menguji
kesabaran. Padahal pekerjaan rumah tangga belum selesai sama sekali. Namun mau
tidak mau, ibu harus bergulat dengan keaktifan si kecil yang tak pernah ada
habisnya.
Tips
Mengatasi :
Kondisi emosional ibu yang lelah dan letih bisa mendorong terjadinya
stress yang berujung marah- marah tanpa kejelasan. Karena suami adalah sosok
yang paling dekat dengan istri, tidak heran suami sering menjadi pelampiasan
saat berada di rumah.
Sabar adalah kunci utama mengatasi masalah ini. Pahamilah bahwa hal ini murni
terjadi karena kelelahan emosional sang istri. Alih- alih marah, cobalah beri
kejutan kecil yang ia sukai.
Contoh mudah dan sederhana adalah membawakan makanan favoritnya saat pulang
bekerja. Meski sederhana, hal ini akan membuat istri menyadari kasih saying dan
perhatian suami terhadapnya. Hati yang awalnya panas dan ingin meletup- letup pasti
akan menjadi lebih lunak.
2. Daftar Pekerjaan yang Tak Pernah Usai
Mulai dari pekerjaan kantor,
pekerjaan rumah tangga, mengurus dan mendidik anak- anak, mengurus tagihan
rumah tangga, mengatasi anak demam, mendampingi belajar anak, hingga membeli
bahan makanan untuk keluarga, semua ada di daftar pekerjaan Ibu.
Saat pekerjaan satu selesai dan berniat untuk istirahat, ternyata ada pekerjaan
lain yang harus dilakukan segera. Hal- hal seperti ini tak kasat mata, namun
sangat menguras energi dan tenaga.
Idealnya yang namanya pekerjaan rumah tangga perlu dilakukan bersama- sama
antara suami istri. Namun karena stereotype
dan hal lainnya, umumnya istri lah yang melakukan sebagian besar pekerjaan
rumah tangga.
Yang suami perlu pahami, proses persalinan dan menyusui yang dilalui istri
telah menyedot banyak energi. Di saat ini terjadi, penting untuk wanita mendapatkan
dukungan secara emosional untuk menjaga kewarasan fisik dan mentalnya.
Tips Mengatasinya :
Saat istri marah tanpa alasan jelas, seringkali ini adalah kode untuk suami
bahwa istri membutuhkan uluran tangan. Suami jangan mudah tersinggung dan ikut-
ikutan ‘panas’ saat istri mulai marah- marah. Cobalah untuk menanyakan apa yang
terjadi dan apa yang bisa dilakukan
untuk meringankan bebannya.
Selain sebagai kepala rumahtangga, suami adalah support system utama untuk
seorang istri. Sangat penting untuk memastikan kerjasama berlangsung dengan
baik untuk kedua belah pihak.
Jika anak- anak sudah mulai bisa membantu, latihlah mereka untuk menjadi bagian
dari kerjasama tim. Berikan tugas sesuai dengan porsi yang pantas untuk masing-
masing anak. Dengan begitu, pekerjaan rumahtangga bukan lagi menjadi beban
untuk istri semata, tapi hal yang menyenangkan untuk dilakukan bersama- sama.
3. Kehilangan Rasa Percaya Diri
Menjadi seorang ibu memang
peran yang luar biasa. Namun, di saat peran ini memberi kekuatan, di sisi lain
juga bisa menghilangkan kekuatan yang lain di saat bersamaan. Lagi- lagi,
masalah ini tidak selalu dipahami oleh seorang pria.
Saat seorang wanita bertransformasi menjadi seorang ibu, mau tidak mau,
dunianya segera berubah. Ia yang dulu berkutat dengan hang out bersama teman
atau sering menikmati hobi yang disukainya, tiba- tiba harus kehilangan semua
itu dan mengalihkan energy dan waktunya untuk suami dan anak.
Karena perubahan yang besar ini, tidak sedikit wanita yang kehilangan kendali
atas dirinya sendiri. Misalnya saja, untuk menikmati mandi dan makan dengan
nyaman pun seringkali sulit diperoleh wanita yang sudah bertitle seorang ibu.
Ada sebagian wanita yang bisa melalui fase ini dengan tenang dan nyaman karena
mendapatkan dukungan dari suami dan orang- orang disekitarnya. Namun, tidak
sedikit wanita yang stress saat melalui fase perubahan ini karena tidak
memperoleh support system.
Tips
Mengatasi :
Dukungan sekecil apapun untuk istri akan membawa dampak psikologis yang
sangat besar untuknya. Cobalah untuk sering- sering menawarkan bantuan kecil
saat istri melalui berbagai proses perubahan tersebut.
Misalnya saat istri selesai menyusu, cobalah untuk membawakan segelas air dan
makanan ringan, atau memberikan pijatan ringan. Jika di dalam rumah ada si
kakak yang usianya juga masih balita, cobalah untuk mengambil alih pengasuhan
si kakak saat Ibu sedang merawat si adik.
Jika memberi istri ‘me time’ sedikit sulit karena faktor mempunyai bayi,
cobalah untuk ajak istri dan anak jalan- jalan berbelanja dan makan bersama.
Ajak istri menikmati ‘break’ sementara waktu untuk melepaskan dirinya dari
stress dan kelelahan sehari- hari.
Jangan sungkan untuk sering- sering bertanya apa yang istri butuhkan untuk
membuatnya merasa terbantu. Pertolongan- pertolongan kecil ini akan membuat
istri merasa lebih dihargai dan menumbuhkan rasa percaya dirinya kembali.
Referensi : The Asian Parent, Kasih Ibu
Follow untuk Mendapat Tips Parenting Gratis :
Ikuti Ikuti Ikuti