Pengakuan Seorang Ayah : “Putriku nyaris menjadi korban predator seksual online…”
Bagi seorang ayah, melindungi putra putri tercinta adalah tanggungjawab yang harus dipegang erat. Tak ada seorang ayah yang inging anaknya dilukai orang lain. Tidak heran, kadang ayah bisa bersikap cukup protektif kepada anak- anaknya.
Seorang ayah yang bernama Brad Summer, membagikan cerita dimana putrinya diincar oleh salah satu predator seksual online. Kisah pengakuannya adalah peringatan untuk Ayah Bunda agar waspada terhadap aktifitas yang dilakukan anak di gadgetnya, terutama di aplikasi chat.
Putri Brad, Jessy, yang usianya baru menginjak 7 tahun bertemu dan mengobrol dengan seorang pria yang ia kenal secara online. Pria itu meminta Jessy untuk mengirimkan foto telanjang, namun ia tidak bersedia. Pria itu pun terus saja mendesaknya.
Karena terus dipaksa, Jessy pun menunjukkan chat tersebut pada ayahnya. Brad pun merasa sangat marah kepada pria yang bermaksud melecehkan putrinya tersebut. Namun ia sekaligus bangga lantaran putrinya tidak mau menuruti omongan pria tersebut dan memilih berkata jujur pada orangtuanya.
Si predator seksual yang tidak tahu kalau Jessy telah melapor pada ayahnya masih terus memaksa untuk melihat foto gadis kecil ini tanpa busana.
Hingga akhirnya Brad membalas chat orang tersebut dengan mengatakan, “Saya ayah Jessy dan saya seorang polisi. Kami telah merekam alamat dan lokasi IP kamu. Hentikan kontak apapun dengan putriku sekarang juga!”
Di akun media sosialnya, Brad menceritakan pengalaman putrinya ini :
Kepada teman-teman Facebook kami,
Hari ini kami mengalami kejadian yang perlu kami infokan ke banyak orang, terutama orangtua. Putri kami memiliki sebuah aplikasi yang ia gunakan bersama beberapa teman dan anggota keluarga. Awalnya aplikasi ini menyenangkan, tapi kemudian membuat amarah kami memuncak.
Aplikasinya disebut musical.ly.
Pertama-tama, saya ingin mengatakan bahwa kami bangga pada Jessy, dan yang kedua kami ingin menjadikan peristiwa ini sebagai peringatan bagi keluarga lainnya.
Tolong, katakan pada anak-anak kalian untuk memberitahu orangtuanya jika ada seseorang yang meminta hal aneh seperti ini. Biarkan mereka tahu bahwa memberitahu orangtua adalah cara yang terbaik.
Kami telah menghubungi polisi dan sedang menelusuri jejak pelaku.
Aku tahu, banyak orang yang akan menyalahkan kami sebagai orangtua atas terjadinya peristiwa ini. Tapi kami tidak pernah mengerti pola pikir predator, dan mungkin kami juga naif karena berpikir putri kami aman menggunakan aplikasi yang kami pikir ramah anak.
Kami minta untuk tidak menghakimi, dan biarkan pengalaman kami menjadi pelajaran bagi kita semua.
Aplikasi ramah anak juga sering menjadi tempat predator seksual online berkeliaran.
Perlu diketahui, anak saya tidak punya ponsel pribadi. Aplikasi ini ada di salah satu ponsel saya yang digunakan saat saya dan istri ada di rumah. Jessy menggunakan aplikasi ini untuk terhubung dengan para sepupu, dan membuat lagu duet bersama
Kami juga menerima pertemanan dari teman-teman sepupu Jessy, dan putri kami pikir si pelaku adalah salah seorang dari mereka.
Kami tidak pernah menyangka, bahwa ada seseorang yang berpura-pura jadi anak 9 tahun untuk melancarkan aksi bejatnya.
Beruntung Jessy tahu apa yang harus dia lakukan, dengan melaporkan hal tersebut pada kami, dia terhindar jadi korban predator seksual.
Kami membagikan ini sebagai bahan peringatan untuk semua orangtua agar mengajarkan pada anak untuk waspada.
Anak- anak Semakin Rawan Menjadi Korban Predator Seksual Online
Ayah Bunda, kisah diatas dapat terjadi kepada siapa saja, termasuk kepada anak- anak kita. Bahkan laporan BBC di tahun 2013 lalu, yayasan internasional d bidang perlindungan anak, Terre des Hommes International Federation (TDHIF), mengutarakan bahwa anak- anak di Indonesia sangat rentan diburu oleh predator seksual di dunia maya.
Pernyataan ini dikeluarkan setelah mereka menemukan 1000 predator seksual yang tersebar di 71 negara di dunia. TDHIF menggunakan program Sweetie, rekayasa computer berbentuk anak perempuan usia 10 tahun untuk menjerat para predator seksual online. Dari 1000 predator yang terjerat Sweetie, tiga diantaranya berasal dari Indonesia.
Sudaryanto, Country Manager TDHIF Belanda, menyatakan bahwa jumlah ini tidak boleh dianggap remeh. Apalagi jika melihat sepertiga pekerja prostitusi di Indonesia berusia di bawaha 18 tahun. Memprihatinkan, bukan?
Selain itu, kasus kekerasan seksual terhadap anak di Indonesia juga cenderung meningkat setiap tahunnya. Situs porno juga makin mudah diakses meskipun pemerintah terus berupaya untuk melenyapkannya.
Seorang pengamat teknologi informasi, Enda Nasution, mengatakan kemungkin anak menjadi predator seksual semakin tinggi akibat pemakaian media sosial yang semakin meningkat.
Maka dari itu, wajib bagi orangtua untuk melek teknologi. Penting untuk orangtua selalu mengawasi anak- anaknya dalam mengguanakan media sosial. Anak- anak harus dalam pengawasan orangtua jika sering menggunakan gadget, internet dan media sosial.
Ajari anak agar tidak sembarangan memposting foto mereka atau mengirimkan foto kepada orang yang belum dikenalnya. Termasuk mengirim foto yang aneh- aneh kepada orang yang dikenalnya. Karena bisa jadi orang itu adalah predator yang sedang menyamar untuk mengincar anak atau memang bermaksud tidak baik.
Bangun komunikasi di keluarga agar anak selalu terbuka pada orangtua dan tidak takut untuk menyampaikan apa yang mengganjal di hatinya. Dengan cara ini, bila ada predator seksual yang mengicarnya, orangtua akan segera mengetahuinya.
Semoga kita senantiasa bisa melindungi putra putri tercinta dari kejahatan predator seksual, baik itu di dunia maya ataupun di dunia nyata.
Follow untuk Mendapat Tips Parenting Gratis :
Ikuti Ikuti Ikuti