Apakah Anak Balita Perlu Diajari Membaca? Simak Panduannya Disini!
Usia 0-5 tahun sering disebut sebagai periode emas pertumbuhan anak- anak. Di tahapan usia ini, proses pertumbuhan otak pada anak bisa mencapai 80 persen, yang berarti hamper semua yang diajarkan orangtua atau orang- orang di sekitarnya akan lebih mudah untuk diserap.
Dengan alasan ini, usia ini kerap dianggap sebagai kesempatan emas untuk memberikan semua pelajaran dan pengetahuan yang baik untuk anak- anak, termasuk salah satunya adalah literasi.
Yang perlu orangtua perhatikan, literasi disini bukan hanya soal membaca saja.
“Jangan dimaknai literasi itu hanya membaca, tapi menstimulus anak mengerti pertanyaan hingga bertanya pada orang dewasa,” ungkap Ketua Asosiasi Pendidikan Guru PAUD, Dr Sofia Hartati, Jakarta, Sabtu (5/5/2018).
Di usia balita ini, otak anak- anak bisa diibaratkan seperti spons. Artinya, apapun yang diberikan, anak akan mudah menyerap dan merespon. Terkait literasi, hal ini perlu diperhatikan sesuai dengan minat si anak.
Misalnya saat mengenalkan tulisan dan bacaan, akan lebih mudah bagi anak jika diawali dengan symbol- symbol yang mudah diserap dan diingat. Selanjutnya bisa ditambahkan dengan huruf- huruf yang mudah untuk dikenali.
Orangtua juga perlu berhati- hati agar tidak buru- buru mengenalkan anak bacaan dan tulisan yang sulit untuk dipahami. Jika anak tidak suka, maka biisa menimbulkan efek negatif seperti trauma dan frustasi, hingga anak tidak mau belajar lagi.
Seorang psikolog, Nadya Pramesrani, mengungkapkan bahwa rangkaian kemampuan membaca adalah sebuah rentang, sehingga bukan sekedar membaca atau merangkai huruf saja.
“Tapi itu rangkaian yang kita sebut kemampuan prabaca. Kemampuan itu sudah bisa dilatih bahkan sebelum usia satu tahun,” kata psikolog Rumah Dandelion ini.
Agar anak bisa membaca dengan baik, ada serangkaian proses yang perlu dilalui buah hati. Tahapan pertama yang perlu dilalui adalah mengembangkan minat baca anak. Orangtua bisa memulainya dengan mengenalkan anak dengan buku cerita. Setelah minat baca terlihat, beri anak kesempatan untuk memilih bukunya, lalu ajarkan dengan gambar dan symbol.
Saat anak sudah tertarik dengan buku, orangtua bisa meminta anak untuk bercerita.
Mereka akan membaca gambar dan ingatan, misalnya, ‘Oh halaman ini si bebek pergi gimana’,” lanjutnya.
Kemudian, anak bisa diajak untuk membedakan huruf jika dirasa anak sudah bisa membaca gambar dengan baik. Kenalkan juga anak- anak pada bentuk bangunan seperti segitiga dan lingkaran untuk membantu mereka mengembangkan kemampuan diferensiasi. Setelah proses ini berjalan dengan lancar, baru secara perlahan orangtua bisa mengajarkan proses membaca.
Caranya dapat dimulai dari pemenggalan kata. Misalnya adalah meminta anak untuk membuat kalimat yang terdiri dari dua atau tiga kata. Kemudian satu kata diberi pemenggalan suku kata. Misalnya kata mata (ma-ta) atau kaki (ka-ki).
“Ada berapa (suku kata), bo-la, ada dua. Dari pemenggalan suku kata, kita penggal lagi hurufnya,” katanya.
Satu hal yang perlu diingat ya Ayah Bunda, tidak perlu buru- buru mengharuskan anak untuk langsung pintar membaca. Nikmati saja prosesnya, agar anak dapat menyerap apa yang dipelajarinya dengan mudah dan menyukai apa yang dipelajarinya. Hindari untuk memaksakan karena ini justru membuat minat anak menjadi redup dan anak enggan belajar lagi.
Follow untuk Mendapat Tips Parenting Gratis :
Ikuti Ikuti Ikuti