Apa itu Dad Shaming dan Dampaknya untuk Psikis Ayah
Fenomena Dad Shaming kerap muncul dan menjadi pembicaraan yang sering dikeluh kesahkan para Ayah. Ya, ternyata tindakan menghakimi bukan hanya menimpa para ibu, ternyata juga para Ayah. Istilah yang kita sebut dengan Dad Shaming ini tentunya punya dampak yang sama merugikan seperti tindakan Mom Shaming.
Apa itu Dad Shaming?
Definisi dari Dad Shaming adalah tindakan mengkritik dan mempermalukan seorang Ayah di depan publik atau dalam lingkungan sosial tertentu. Kritik ini bisa berkaitan dengan berbagai aspek berkaitan dengan Ayah. Mulai dari gaya pengasuhan, tampilan fisik, interaksi dengan anak-anak, atau keputusan yang diambil oleh seorang ayah.
Dad Shaming terjadi dalam berbagai bentuk dan mudah kita temui dimana saja. Misalnya komentar negatif di media sosial, pembicaraan dengan orang di lingkungan sekitar, hingga diskriminasi terhadap sosok Ayah di situasi tertentu.
Menurut Psychology Today, Dad Shaming berdampak pada rasa percaya diri Ayah hingga kesejahteraan anak- anak di rumah. Dalam surveynya, Universitas Michigan mengungkap ada 32 persen Ayah Baru yang mengalami tindakan ini. Hal ini terjadi lantaran Ayah kerap mendapat kritik terlalu keras dengan pola pengasuhan yang mereka terapkan pada anak- anak di rumah.
Dalam studi lain yang dilakukan oleh C.S. Mott Children’s Hospital, Michigan, AS dan terbit sebagai jurnal pada Juni 2019 lalu juga memuat hasil serupa. Dalam penelitian terhadap 713 Ayah dengan anak 0-13 tahun, sebesar 52% pernah mengalami Dad Shaming terkait gaya pengasuhan mereka.
Penyebab Terjadinya Dad Shaming
Dad Shaming terjadi karena berbagai alasan. Salah satu yang paling sering mencuat adalah anggapan masyarakat tentang peran seorang Ayah. Beberapa hal yang menyebabkan perilaku Dad Shaming antara lain :
1. Stereotype di Masyarakat
Di Indonesia, masyarakat umumnya berpandangan bahwa peran Ayah adalah sebagai pencari nafkah untuk keluarga. Saat Ayah tidak berhasil memenuhi ekspektasi ini, mereka dengan mudah akan menjadi sasaran perilaku Dad Shaming.
2. Perbedaan Gaya Pengasuhan
Setiap orangtua tentu mempunyai pendekatan yang berbeda dalam mendidik anak- anak mereka. Hal yang sama berlaku pada sosok Ayah. Seorang Ayah mungkin punya gaya pengasuhan yang tidak umum dan tidak konvensional. Perbedaan ini lah yang kerap memicu perilaku mempermalukan sosok Ayah.
3. Media Sosial
Media sosial juga berkontribusi terhadap tindakan penghakiman terhadap Ayah. Kemudahan untuk melihat dan berkomentar sering memicu netizen untuk memperdebatkan tindakan dan keputusan sosok Ayah. Seringkali hal ini juga dilebih- lebihkan sehingga menjadikan Ayah yang ‘berbeda’ menjadi sasaran cyber bullying di media sosial.
Pelaku Dad Shaming Bisa Dari Orang Terdekat
Siapa sih yang paling sering melakukan Dad Shaming? Menurut hasil riset dari Department of Pediatrics. C.S. Mott Children’s Hospital, sebesar 44% pelaku Dad Shaming adalah orangtua dari anak lain.
Sarah J. Clark, M.P.H., Associate Research Scientist dari departemen ini menyebut bahwa orangtua lain kerap mengkritik dan memperlakukan sosok Ayah lain karena merasa gaya pengasuhannya lebih benar.
Selanjutnya, pelaku dari tindakan ini juga berasal dari orang terdekat. Pasalnya, 24% pelaku berasal dari orangtua, mertua atau kakek nenek anak mereka dan 9% berasal dari teman sendiri. Para Ayah juga menerima kritik tentang pengasuhan dari orang asing di tempat umum atau online sebesar 10%. Dan bahkan 5% perilaku ini juga berasal dari tenaga profesional yang berinteraksi dengan anak mereka, seperti guru dan penyedia layanan kesehatan.
Kritik yang disampaikan pun beragam. Sebanyak 11% dari Ayah mendapatkan kritik berlebih dari guru yang menganggap mereka tidak punya pengetahuan tentang kebutuhan atau perilaku anak mereka. Sedangkan 12% dokter atau perawat berasumsi Ayah tidak tahu dan tidak punya pengetahuan kesehatan terhadap anak mereka.
Dampak Tindakan Dad Shaming terhadap Ayah
Dad Shaming berdampak buruk terhadap psikologis dan emosional seorang Ayah. Beberapa dampak negatif dari perilaku ini antara lain :
1. Perasaan Bersalah
Ayah yang menjadi sasaran perilaku ini sering dihantui dengan perasaan bersalah. Ayah akan sering meragukan kemampuan mereka sebagai seorang Ayah, bahkan saat mereka sudah melakukan yang terbaik untuk keluarga mereka.
2. Stres dan Depresi
Dad Shaming juga bisa mengakibatkan stres dan depresi pada Ayah. Pasalnya, mereka merasa telah gagal dan tidak bisa memenuhi standar yang masyarakat harapkan dari sosok Ayah.
3. Merusak Hubungan Keluarga
Kritik dan penghakiman terus menerus dari luar dapat merusak hubungan keluarga. Hal ini terjadi karena Ayah terus menerus merasa tersudut dan apa yang ia lakukan tidak pernah benar. Lambat laun, hal ini bisa merusak keharmonisan dalam rumah tangga.
Cara Menghadapi Dad Shaming untuk Menjaga Kesehatan Mental Ayah
Seringkali kritik untuk Ayah dilontarkan dalam bentuk candaan. Kritik ini juga kerap tersampaikan dalam bentuk verbal dan non verbal. Padahal, tindakan ini bisa sangat menciderai sosok Ayah dalam menjalankan perannya.
Ada beberapa upaya yang bisa kita lakukan untuk menghadapi Dad Shaming dan menjaga kesehatan mental seorang Ayah :
1. Saring Komentar
Untuk menjaga mental Ayah, penting untuk menyaring setiap komentar negatif yang Ayah terima. Tidak semua komentar itu tepat dan sesuai dengan situasinya. Untuk itu, saring dan fokuslah umpan balik yang membangun dan bermanfaat untuk tumbuh kembang anak- anak.
2. Terbuka dengan Pasangan
Saat menghadapi penghakiman yang membuat sesak hati, tingkatkan komunikasi dengan pasangan tentang apa yang Ayah rasakan. Dukungan dari pasangan bisa membantu mengurangi beban dan stres yang mungkin Ayah hadapi.
3. Ciptakan Dukungan Sosial
Dukungan sosial dapat membuat Ayah menemukan kembali rasa percaya diri dan ketenangannya. Dapatkan dukungan dari teman, keluarga, atau komunitas Ayah lainnya. Berbicara lah dengan orang- orang yang bisa memahami pengalaman dan tantangan yang Ayah hadapi.
4. Fokus pada Anak- anak
Pada akhirnya, Ayah juga perlu menyadari bahwa tidak semua hal bisa dikendalikan. Maka dari itu, penting untuk Ayah agar bisa fokus menjalankan perannya sebagai suami dan Ayah terbaik untuk anak- anak. Jangan sampai perilaku Dad Shaming mengganggu pengasuhan dan hubungan dengan keluarga.
Kesimpulan
Selain Mom Shaming, Dad Shaming adalah fenomena yang sering terjadi di masyarakat dalam pengasuhan. Tindakan mengkritik berlebihan dan membuat seorang Ayah malu di depan publik ini bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Umumnya, tindakan ini terjadi karena stereotype di masyarakat, perbedaan gaya pengasuhan dan kemudahan mengkritik di media sosial.
Pelaku Dad Shaming biasanya tidak jauh- jauh dari orang di lingkungan sekitar hingga orang asing di media sosial. Untuk mengatasinya, seorang Ayah perlu terbuka dengan pasangan dan mendapatkan dukungan dari keluarga.
Dan pada akhirnya, yang terpenting adalah fokus dalam menjalankan peran sebagai Ayah. Jangan biarkan komentar dan penghakiman dari orang justru merusak kepercayaan diri dalam mengasuh dan menjaga hubungan keluarga.
Follow untuk Mendapat Tips Parenting Gratis :
Ikuti Ikuti Ikuti