Type to search

Good Parenting

10+ Cara Melatih Disiplin Anak yang Efektif & Tanpa Kekerasan

Cara melatih disiplin anak tanpa hukuman

Mengajarkan disiplin pada anak memang bukan hal yang mudah. Selain ada banyak distraksi dari lingkungan sekitar, ada saja upaya yang menggagalkan upaya Ayah Ibu dalam mendidik ananda menjadi pribadi yang lebih disiplin.

Kadang juga karena tidak sabar, beberapa orang tua melakukan cara kekerasan dengan dalih mendisiplinkan anak. Hal ini bukannya membantu anak0 anak menjadi disiplin, tapi justru membuat mereka terluka secara fisik dan psikis.

Padahal, membantu anak disiplin bukan berarti menakut- nakuti mereka. Bukan juga memaksa mereka untuk tunduk. Karena jika dipaksakan, mungkin saja anak akan ‘seolah disiplin’ di depan, namun melakukan tindakan mengejutkan di luar pengetahuan orangtua.

Tips Mendisiplinkan Anak yang Efektif

Orangtua bisa melatih kedisiplinan anak dengan pola pengasuhan yang positif. Tujuannya adalah agar anak memahami konsep peraturan dan menghormatinya dengan penuh kesadaran, tanpa paksaan.

Berikut ini adalah tips yang dapat Ayah Ibu coba agar ananda di rumah bisa menjadi lebih disiplin :

1. Berikan batasan

Memberi batasan kepada anak- anak adalah kunci sukses dalam menerapkan kedisiplinan. Di satu sisi orangtua memberi kelonggaran, tapi di sisi lain anak harus patuh mengikuti batasan.

Misalnya saja soal bermain gadget. Ayah Ibu dapat memberikan batasan waktu bermain gadget dengan timer atau sesuai batasan waktu. Jika waktu bermain sudah habis, maka anak harus berhenti dan menyerahkan gadget pada orangtua.

Dengan begitu, anak akan terhindar dari kecanduan gadget, sekaligus bisa mengatur waktu untuk kegiatan lain yang lebih positif.

2. Ajak anak terhubung dan bekerjasama

Anak lebih mudah mendengarkan orangtua saat mereka merasa terhubung. Ayah Ibu bisa mencoba untuk mengobrol dengan mereka dan mendengarkan apa yang menjadi kendala untuk sulit menaati peraturan di rumah.

Dengan obrolan seperti ini, anak dan orangtua akan terhubung dan bisa menemukan solusi bersama untuk mengatasi masalah kedisiplinan. Selanjutnya, ajak anak bersama- sama sepakat untuk menerapkan dan menaati aturan baru.

3. Hindari merendahkan harga diri anak

Saat menegakkan kedisiplinan di rumah, hindari penggunaan kalimat negatif yang merusak harga diri anak. Kalimat negatif ini misalnya :

  • Sudah besar masih ngompol, dasar anak bandel dan ngrepotin orangtua
  • Makanya belajar yang benar, jangan jadi anak bodoh

Kalimat negatif seperti ini akan membuat anak- anak kehilangan rasa percaya diri dan merasa buruk tentang diri mereka sendiri. Selain itu, ini sama sekali tidak membantu dalam proses pendisiplinan anak.

4. Bersikap tegas, tapi penuh cinta

Melatih disiplin anak identik dengan ketegasan orangtua. Tapi perlu diingat, tegas bukan berarti kasar dan membentak. Orangtua perlu menjaga nada bicara mereka agar penyampaian aturan bisa dipahami anak dengan baik.

Selain itu, tegas juga bisa dilakukan beriringan dengan penuh rasa cinta. Caranya adalah komunikasikan peraturan dengan baik dan jelas pada anak, dan konsisten dalam menegakkan peraturan, tapi selalu sampaikan dengan intonasi suara yang tenang dan penuh kasih saat anak membutuhkan pengingat tentang peraturan.

5. Mencoba  konsekuensi alami

Dalam proses mendisiplinkan anak, orangtua bisa menggunakan konsekuensi alami. Maksudnya konsekuensi alami adalah, anak akan mendapat hukuman mereka dengan sendirinya saat tidak patuh pada peraturan.

Misalnya saat ibu meminta anak membawa jas hujan atau payung saat musim hujan di sekolah, tapi anak bersikeras menolak. Nah, keesokan harinya saat hujan anak mungkin kebasahan dan sedikit demam. Ini lah konsekuensi alami yang anak rasakan.

Selanjutnya ibu bisa menyampaikan bahwa ibu tidak ingin anak mengalami hal tersebut lagi dan sedikit memaksa anak untuk menuruti permintaan ibu. Cara ini biasanya akan menyadarkan anak tentang maksud baik orangtua dan membuat mereka kembali menurut.

Mengajari anak kedisiplinan

6. Gunakan konsekuensi logis

Konsekuensi alami tidak ideal untuk terus diterapkan karena sifatnya jangka pendek dan memberi efek samping langsung. Sebagai gantinya, orangtua bisa menggunakan konsekuensi yang masuk akal, atau konsekuensi logis.

Misalnya saja soal merapikan mainan sendiri. Dalam situasi seperti ini, konsekuensi masuk akal yang bisa Ayah Ibu terapkan misalnya akan memindahkan mainan anak ke gudang, alih- alih ke kotak mainan anak.

Saat mendengar ini, tentu anak tidak ingin mainan kesayangannya dipindah ke gudang. Ia pun akhirnya lebih disiplin untuk mengembalikan mainan kesayangan ke tempatnya setelah selesai bermain.

7. Beri anak empati dan pengertian

Seringkali ada perilaku anak yang membuat orangtua marah. Misalnya saja anak sulit dibangunkan di pagi hari karena tidur terlalu malam untuk menonton televisi. Coba ajak anak bicara dan temukan alasan mengapa ia memilih tidur terlalu malam.

Apakah anak memang sulit terlelap atau dia menunggu acara favoritnya yang sudah ditunggu seharian. Setelah itu, coba beri edukasi pada anak agar ia bisa menyeimbangkan aktivitasnya atau membantunya untuk lebih mudah dalam mengatur waktu.

Pada dasarnya, setiap anak selalu punya alasan dalam setiap perilakunya.

8. Beri pilihan pada anak

Drama rengekan mungkin sering terjadi dalam proses melatih kedisiplinan. Dalam keadaan ini, orangtua tidak boleh mudah takluk pada rengekan anak. Sebaliknya, cobalah untuk memberinya pilihan agar tidak mudah sebagai trik.

Misalnya saat anak merengek minta mainan baru, tanyakan apakah anak menginginkan mainan baru sekarang atau nanti di hari ulang tahun mereka bersama dengan hadiah tiup lilin. Dengan begitu, mereka akan terdorong untuk membuat keputusan.

Selain meredakan rengekan dan melatih kedisiplinan, hal ini mengajarkan mereka bahwa permintaan mereka tidak selalu bisa terpenuhi.mereka akan belajar berkompromi yang bermanfaat untuk mereka di masa depan nanti.

9. Kenalkan anak pada tugas

Anak sering melakukan tindakan yang ‘aneh- aneh’ saat mereka bosan. Mungkin memulai kegaduhan dan melanggar peraturan misalnya.

Untuk menjaganya untuk tetap menghormati peraturan, orangtua perlu mengalihkan energi mereka ini secara produktif, seperti memberi tugas sesuai usia anak dan aktivitasnya. Misalnya saja tugas merapikan mainan dan kamar setelah bermain. Atau tugas matematika untuk membantunya lebih mudah belajar.

Intinya adalah orangtua mengarahkan anak tentang apa yang harus dan bisa ia lakukan. Ini akan membantunya untuk menggunakan energi kreatif mereka dan belajar menyalurkannya untuk meningkatkan kepintaran mereka sendiri.

10. Menjadi contoh untuk anak

Anak- anak cenderung meniru apa yang orang- orang disekitarnya lakukan. Jika ingin anak disiplin dan bersikap baik, maka orangtua perlu memberi contoh yang baik.

Misalnya saja ibu selalu membuat ruang TV rapi dan bersih atau ibu selalu mengucapkan kata ‘tolong’ saat meminta bantuan. Dengan contoh ini, anak akan belajar untuk merapikan  apa yang sudah dibuat berantakan dan mengucapkan kata baik saat minta bantuan.

Mengajari anak disiplin dengan contoh

11. Berikan pujian saat anak berperilaku baik

Orangtua kadang kelepasan berkomentar tentang perilaku buruk anak, tapi hanya tersenyum sendiri saat anaknya melakukan kebaikan. Padahal, kebaikan ini lebih butuh untuk ia dengarkan dibandingkan dengan kalimat negatif.

Saat anak berhasil bersikap baik dan disiplin, beri anak pujian dengan tulus. Misalnya saja :

“Tadi kakak bangun sendiri ya tanpa dibangunin, Bunda. Itu namanya kakak disiplin dan hebat.”

“Bunda lihat tadi kakak pintar sekali merapikan mainannya. Kakak sudah melakukan hal keren hari ini.”

Mengajarkan Disiplin pada Anak Membutuhkan Waktu dan Kesabaran

Selain 10+ tips di atas, ada hal yang perlu orangtua sadari juga dalam menerapkan kedisiplinan pada anak, yaitu semua membutuhkan proses. Ada anak yang cepat memahami peraturan, ada beberapa yang membutuhkan pendekatan lebih dan menguji kesabaran orangtuanya.

Orangtua tidak boleh menyerah. Karena pada dasarnya, mendidik anak menjadi manusia yang lebih baik adalah tanggungjawab besar kita sebagai orangtua. Nikmati setiap prosesnya dan tetap bimbing anak menjadi lebih baik.

Tags:

You Might also Like