Lahirnya Generasi Penakut Dimulai dari Cara Mendidik Orangtua dan Guru, Benarkah?
Setiap orangtua dan guru tentu ingin menjadi sebaik- baiknya pendidik untuk anak- anak mereka. Cara mendidik orangtua dan guru berperan penting dalam tumbuh kembang anak- anak. Faktor keluarga, sekolah dan lingkungan sekitar sangat menentukan mentalitas anak- anak.
Namun, ada kalanya pengasuhan di lingkungan rumah dan sekolah dilakukan dengan kurang tepat. Ada kalanya orangtua kurang sabar, ada kalanya guru kehilangan konsentrasi karena harus mengasuh banyak anak sekaligus. Tidak jarang juga guru dan orangtua mendidik dengan cara menakut- nakuti agar anak menjadi penurut.
Menakut- nakuti Anak Mendorong Terlahirnya Generasi Penakut
Beberapa orangtua menakut- nakuti anak untuk membuat mereka menurut seketika. Pernahkah Ayah Bunda mendengar orangtua atau saudara berkata seperti ini pada anak- anaknya :
“Awas disana gelap, nanti ada hantu “
“Jangan deket- deket anjing, nanti digigit sampai berdarah…”
Anak- anak memang punya rasa penasaran yang tinggi. Dan seringkali orangtua dan guru kewalahan dalam menangani pertanyaan dan tindakan mereka.
Namun, menakuti anak- anak sebagai upaya instan untuk menghentikan mereka bukanlah tindakan yang tepat. Tindakan ini, meski orangtua dan guru tidak bermaksud buruk, ternyata dapat menanamkan sifat takut pada anak.
Misalnya saja, setiap anak berada di tempat gelap akan merasa ketakutan karena merasa tempat gelap pasti ada hantunya.
Atau Ayah Bunda mungkin pernah mendengar seperti ini :
“Awas kalau nggak mau makan nanti dibawa pak dokter lho..”
“Kalau nggak mau tidur nanti ditangkap sama pak polisi..”
Bukannya membantu anak memahami maksud dari orangtua, tapi justru membuat mereka menjadi takut berlebihan pada dokter dan polisi. Akibatnya, mereka seperti dibayangi ketakutan setiap melihat orang berseragam polisi atau meronta- ronta saat harus periksa ke dokter.
Menakut-nakuti Juga Membuat Anak Merasa Rendah Diri
Menakut- nakuti anak juga kerap membuat mereka menjadi lebih rendah diri. Misalnya dengan mengatakan seperti ini pada anak :
“Item banget sih kulitnya, pesek banget hidungnya..”
“Masa’ gini aja nggak bisa… bodoh banget sih”
Dan semua ucapan merendahkan lainnya akan membuat anak menjadi pribadi yang takut berinteraksi dengan orang lain dan rendah diri. Lambat laun, karakter ini dapat menghambat kemajuan dan keberhasilan anak.
Mengatasi Anak Penakut
Namun bagaimana jika anak sudah terlanjur menjadi sosok yang penakut? Tidak perlu khawatir, Ayah Bunda bisa menerapkan tips berikut ini :
1. Jangan Menganggap Remeh Rasa Takut Anak
Tidak ada orang dewasa yang suka diremehkan. Begitu juga anak- anak. Untuk itu, langkah pertama mengatasi anak penakut adalah jangan sekali- kali menganggap remeh rata takut yang anak- anak miliki.
2. Dekati dan Bicarakan
Langkah kedua, cari tahu apa yang membuat anak sering merasa takut. Dekati dan ajak ia bicara. Ajak anak untuk memahami dirinya dan situasi menakutkan yang membayanginya.
3. Beri Semangat
Tahukah Ayah Bunda, anak kita layaknya sebuah pot tanaman. Saat orangtua menanamkan hal- hal baik padanya, ia akan tumbuh dan menghasilkan sesuatu yang baik pula.
Jadi, tanamkan selalu hal- hal baik dan semangat pada anak- anak kita. Niscaya mereka akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan berkepribadian baik.
4. Jangan Membesar- besarkan
Secara alami, rasa takut anak adalah hal yang baik, namun jangan membesar- besarkannya. Karena hal ini bisa membuat anak semakin yakin bahwa apa yang mereka takuti adalah hal yang benar- benar mengerikan.
5. Beri Hadiah dan Pujian
Anak- anak dan orang dewasa suka mendapatkan hadiah. Saat anak- anak berhasil mengatasi rasa takutnya, cobalah untuk memberikan pujian tulus dan benda- benda yang anak perlukan sebagai hadiah.
Hadiah kecil akan membuat anak merasa bahwa ia adalah sosok yang sangat berarti untuk orangtuanya dan kemampuannya mengatasi rasa takut adalah pencapaian besar.
6. Permainan Menyenangkan
Cara lain yang bisa Ayah Bunda lakukan untuk mengatasi rasa takut anak adalah melakukan hal- hal menyenangkan dengan menggunakan elemen yang menjadi obyek ketakutan.
Misalnya saja di ruangan gelap, ajak anak bermain cahaya atau permainan bayangan dengan tangan. Atau bermain peran dokter bersama anak untuk menghilangkan persepsi dokter sebagai orang yang menakutkan.
Jangan Biarkan Anak Menjadi Generasi Penakut
Dengan segala dampak negatifnya, tentu saja kita tidak ingin anak tumbuh menjadi generasi penakut. Terlebih, jika orangtua dan guru menjadi sosok yang berkontribusi terhadap ketakutan tersebut.
Ayah Bunda, tahukah bahwa orangtua dan guru adalah superhero untuk anak- anak. Mereka selalu mudah percaya dan meniru dari sikap orangtua dan guru- guru mereka.
Kendati begitu, dalam konteks berbeda ada kalanya mengenalkan ketakutan pada anak- anak juga penting. Misalnya mengajarkan anak untuk takut pada Tuhan atau takut melakukan hal yang keji.
Selain itu, ajarkan anak untuk menjauhi benda- benda berbahaya seperti pisau atau senjata tajam. Ajari anak untuk mengetahui apa saja bahayanya dan dampak menggunakannya jika tidak berhati- hati, tanpa reaksi yang berlebihan.
Follow untuk Mendapat Tips Parenting Gratis :
Ikuti Ikuti Ikuti