Ayah Bunda, Jangan Memaksa Anak untuk Selalu Mengikuti Kemauan Kita. Akibatnya Bisa Fatal

Dengan dalih untuk kebaikan anak, tidak sedikit orangtua yang suka memaksakan kehendaknya pada anak. Padahal, memberi anak kesempatan untuk mengutarakan pendapat dan perasaannya saja belum.
“Pokoknya kamu harus sekolah kedokteran, kamu kan pintar. Kalau kali ini kamu mau nuruti keinginan Mama untuk menjadi dokter, segala keinginanmu yang lain pasti mama turuti,”
Apakah Ayah Bunda familiar dengan kalimat seperti ini? Mungkin kita sering mendengarnya lewat cerita di film atau sinetron. Semoga saja kita tidak termasuk orangtua yang suka memaksakan kehendak seperti ini pada anak- anak yaa..
Karena apapun alasannya, terlalu memaksakan apa yang orangtua inginkan pada anak justru bisa berakibat fatal. Maksudnya mungkin baik, tapi tidak dengan cara yang tepat.
Anak- anak Berhak Mendapat Kesempatan untuk Berpendapat
Tahukah Ayah Bunda, anak- anak berhak mendapat kesempatan untuk mencoba agar mereka tahu bahwa mereka bisa. Bila orangtua yang selalu menggerakkannya, anak hanya akan merasa menjadi boneka.
Sayangnya, memang ada orangtua yang kerap memaksakan kehendaknya pada anak. Dengan dalih bahwa pilihan orangtua adalah yang terbaik, orangtua memaksa anak untuk menuruti keinginan mereka. Daripada memberi mereka kesempatan membuat pilihan sendiri yang belum jelas masa depannya.
Tindakan ini berpotensi membuat anak merasa tidak berarti. Membuat mereka merasa bahwa apa yang mereka sukai atau minati dan mereka lakukan akan selalu sia- sia di mata orangtua, karena tidak sejalan dengan keinginan orangtua.
Banyak anak merasa tertekan dengan tindakan orangtua yang seperti ini. Dampaknya bisa jauh kemana- mana. Bahkan tidak sedikit kasus bunuh diri yang dilatarbelakangi tekanan karena faktor orangtua terlalu memaksa anak ini.
Pasalnya, orangtua lebih mementingkan status, gengsi dan keinginan pribadi mereka tanpa melihat keinginan dan kemampuan sang anak. Jika Kakek seorang dokter, Ayah juga dokter, maka anak juga harus menjadi dokter. Mungkin seperti ini harapannya.
Panduan untuk Orangtua Sebelum Membuat Keputusan Penting untuk Anak

Memang bukan hal yang aneh jika keturunan dari keluarga dokter lalu anaknya juga menjadi dokter. Jika ini selaras dengan keinginan anak, tentu tidak masalah. Terlebih karena profesi dokter memang dinilai menjanjikan untuk masa depan anak. Namun bagaimana jika minat dan bakat anak justru terletak di bidang yang berbeda?
Memang tidak ada orangtua yang ingin anaknya hanya menjadi orang biasa atau nantinya hanya menjadi karyawan dengan gaji minim.
Kendati begitu, sebelum membuat keputusan penting untuk anak, berikut adalah panduan yang bisa orangtua terapkan :
1. Segala Sesuatu yang Dipaksakan Akibatnya Bisa Fatal.
Narasinya kurang lebih seperti ini :
“Saya terpaksa, Pak, menikah dengan dia, tetapi bagaimana lagi, karena ini permintaan terakhir ibu saya sebelum meninggal dunia. Ya, saya dijodohkan dengan wanita pilihan almarhum ibu dan yang sekarang menjadi istri saya.
Yang terjadi kemudian sangat mudah ditebak. Saya asyik dengan kehidupan sendiri bersama teman-teman dan komunitas saya, sedangkan Istri juga jalan sendiri dengan kawan-kawannya, yang saya sendiri tidak kenal. Rumah hanya sebagai tempat istirahat kami semata.”
Ada orangtua yang memaksakan anaknya yang tidak bakat sepakbola, tapi diminta ikut les sepakbola. Jangankan untuk bisa menjadi pemain bola handal, melakukan latihan saja setengah hati.
Tidak sedikit juga anak yang terpaksa masuk ke jurusan kuliah yang tidak dia inginkan, hanya karena desakan orangtua. Ibarat bom waktu, suatu saat pasti meledak. Anak bisa stres karena tidak bisa menyelesaikan pendidikan di batas waktu yang ditentukan. Ada juga yang tidak sanggup menahan beban mata kuliah yang sulit ia kuasan, lantas memilih jalan pintas dengan bunuh diri.
“Kamu harus kuliah di kampus top kota ini dengan jurusan yang Bapak pilihkan. Karena dengan itu, nanti jalur karir mu terbuka luas nantinya,” ucap seorang orangtua kepada anak laki-laki satu-satunya.
Sebelum membuat keputusan untuk anak, penting sekali untuk orangtua mengenali kemampuan, bakat serta minat anak. Perhatikan pula kesiapan mentalnya karena ini sangat penting. Selanjutnya, coba ajak anak komunikasi dan mendiskusikan pilihan anak, sambil mencari opsi terbaik untuk pilihan anak.
Hindari untuk cepat menyalahkan anak dengan berbagai macam alasan dan argumen, yang nantinya membuat mereka tidak bisa menentukan pilihan sendiri.
2. Anak Bukan Pemuas dari Keinginan Orangtua atau Penebus Harapan.
Biasanya ini berkaitan dengan masa lalu orangtua dan ambisi tidak sampai. Misalnya dulu orangtua berambisi menjadi penyanyi terkenal, namun tidak tercapai. Kemudian orangtua membebankan dengan memaksa anak agar bisa menebus keinginan orangtua.
Selain itu, faktor gengsi juga menjadi pendorong orangtua dalam memaksakan kehendaknya pada anak. Misalnya saja tidak ingin kalah dari tetangga.
“Anak si anu saja sekolahnya di luar negeri, masak kita yang lebih pintar dari dia tidak bisa?” begitu kata seorang Ibu kepada anaknya.
Perlu Ayah Bunda ingat, anak bukanlah diri kita yang berada dalam raga yang berbeda. Namun, mereka benar- benar pribadi yang berbeda, meski ada sifat- sifat tertentu yang mirip dengan orangtuanya.
Orangtua perlu menyadari bahwa anak bukan lah pemuas keinginan. Anak juga bukan penebus harapan orangtua yang pupus di masa lalu.
Tugas Orangtua Memaksimalkan Potensi Anak, Bukan Memaksa Anak
Yang tidak kalah pentingnya, orangtua perlu memahami bahwa tugas mereka adalah mengisi anak dengan hal- hal baik. Orangtua berperan memaksimalkan potensi anak dan melatih mental mereka agar bisa menjalani hidup dengan sebaik- baiknya, bukan hanya memaksa anak.
Dengan begitu, kelak anak bisa termotivasi untuk menjadi pribadi yang mengenal kualitas dirinya dan bertanggungjawab atas pilihannya sendiri.
Faktor penentu anak berhasil dalam hidupnya bukan hanya lingkungan dan pergaulan. Akan tetapi juga bagaimana orangtua mampu memahami karakter anak serta mampu mengendalikan keinginan dan egonya.
Pada akhirnya, orangtua perlu menyadari bahwa tidak semua keinginan mereka pada anak dapat terpenuhi. Dan jika memaksakan, justru kerugian yang lebih besar untuk masa depan anak.
Maka dari itu, orangtua perlu memberi anak kebebasan dalam menentukan pilihannya. Peran orangtua adalah mendampingi dan mengarahkan, serta selanjutnya memantau dan memberi dukungan sepenuh hati.
Follow untuk Mendapat Tips Parenting Gratis :
Ikuti Ikuti Ikuti