Type to search

Good Parenting

7 Kekerasan Verbal pada Anak yang Sering Orangtua Tidak Sadari

Kekerasan verbal pada anak yang sering orangtua tidak sadari

Kekerasan verbal merupakan suatu tindakan menyentuh atau menjatuhkan seseorang melalui perkataan, tanpa menyentuhnya secara fisik. Kekerasan verbal bertujuan untuk merendahkan, menghina, menghujat atau mengintimasi seseorang.

Contoh mudah dari kekerasan verbal yang kerap kita dengar antara lain menggunakan nada suara tinggi yang menyakitkan. Atau sering juga penggunaan kalimat yang merendahkan lawan bicara.

Kekerasan ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pada anak- anak. Bahkan tanpa sadar, pelaku kekerasan verbal pada anak biasanya justru orang- orang terdekat. Mulai dari saudara, keluarga di sekitarnya, dan bahkan orangtua sendiri.

Kekerasan Verbal pada Anak Mengganggu Kesehatan dan Mental Anak

Sama seperti kekerasan fisik, kekerasan verbal pada anak juga bisa sangat menyakitkan. Kekerasan verbal bisa membuat anak mengalami gangguan mental dan kesehatan. Bahkan dalam sebagian besar kasus, kekerasan verbal yang terjadi secara berkelanjutan bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak dari berbagai aspek.

Salah satu yang sering terjadi, kekerasan verbal kerap membuat anak yang menjadi korban mempunyai rasa bersalah terhadap suatu hal. Anak juga cenderung tumbuh menjadi tidak percaya diri dan merasakan trust issue yang besar.

Kekerasan Verbal Pada Anak yang Sering Tidak Disadari oleh Orangtua

Banyak orangtua yang merasa tidak pernah melakukan kekerasan verbal pada anak. Namun kenyataannya, banyak orangtua yang melakukan kekerasan verbal ini secara tidak sadar.

Lantas apa saja kekerasan verbal yang kerap terjadi pada anak ini? Berikut rangkuman ParentingCenter.id terkait kekerasan verbal yang sering tidak disadari orangtua :

1. Mengabaikan Anak Secara Sengaja atau Tidak Sengaja

Orangtua seringkali menolak atau tidak mau mendengar pendapat anak. Baik itu untuk pilihan yang mereka ambil sendiri atau hal yang lainnya. Tidak jarang orangtua juga menghakimi anak atas pilihan yang mereka buat.

Hal ini biasanya terjadi karena orangtua menganggap pilihan mereka adalah yang paling benar dan terbaik untuk anak. Padahal, anak belum tentu menyukai dan menerima pilihan orangtuanya. Anak akhirnya terpaksa menerima dan tidak bisa menolak permintaan orangtuanya.

Perilaku ini sebenarnya bisa kita hindari dengan menjalin komunikasi yang baik antara anak dan orangtua. Anak mendengarkan nasehat orangtua, dan orangtua juga mau mendengar pendapat anak.

Dengan komunikasi yang baik ini, orangtua dan anak akan menemukan jalan tengah sebagai solusi atas permasalahan yang dibahas. Sehingga anak akan merasa lebih dihargai dan tidak diabaikan.

2. Membentak Anak

Membentak anak juga menjadi tindakan yang sering orangtua lakukan tanpa sadar. Dan tentu saja, membentak anak termasuk kekerasan verbal.

Tidak jarang orangtua membentak anak dengan keras karena kesalahan sederhana. Bahkan tidak jarang orangtua melakukan ini di depan umum.

Tindakan ini akan membuat anak merasa malu dan menyakiti harga diri anak.

3. Menuduh Anak Melakukan Hal yang Tidak Ia Lakukan

Siapapun tidak suka dituduh melakukan hal yang tidak ia lakukan. Termasuk anak. Tuduhan bahkan secara jelas merupakan tindakan mencela seseorang.

Namun tidak jarang anak mendapatkan perlakuan seperti ini dari orangtuanya. Orangtua kerap membuat spekulasi dan berprasangka atas perilaku anak, tanpa mengkonfirmasi lebih dulu.

Untuk mencegah hal ini terjadi, sebaiknya Ayah Bunda mencari bukti dan mengkonfirmasi bukti lebih dulu sebelum mengambil tindakan yang menyakiti anak. Selain itu, anak yang sering mendapat perlakuan seperti ini berpotensi tumbuh menjadi pribadi yang suka menyalahkan orang lain atas kesalahan yang ia lakukan.

4. Membandingkan Anak dengan Orang Lain

“Kenapa sih adek nggak kayak Riko… itu lho belajarnya rajin, nilainya bagus terus di sekolah”

Perilaku membandingkan dan merendahkan anak juga termasuk ke dalam kekerasan verbal. Namun tidak sedikit orangtua yang sering membanding- bandingkan anaknya dengan orang lain.

Kenyataannya, situasi ini tidak pernah disukai anak. Tak seorang anak pun yang nyaman saat orangtua membandingkan dirinya dengan orang lain, baik itu saudara atau anak tetangga.

Meskipun niat orangtua mungkin baik dan ingin memotivasi anaknya, namun tindakan ini membuat anak merasa sedih dan merasa orang tuanya tidak menyayanginya. Saat anak belum maksimal dalam proses belajarnya, sebaiknya orangtua mendampinginya dengan sabar.

Selain itu, pada dasarnya setiap anak mempunyai keahlian dan kemampuan yang berbeda antara satu dan yang lain.

5. Menyematkan Label Negatif pada Anak

Menyebut anak dengan sebutan ‘anak nakal’ tidak akan membuat perilaku anak kita tiba- tiba menjadi baik. Melabeli anak kita dengan sebutan ‘anak bodoh’ juga tidak akan membuat anak kita tiba- tiba rajin belajar.

Penyematan label negatif ini juga termasuk tindakan kekerasan verbal pada anak. Tindakan ini bisa mempengaruhi tingkat percaya diri anak dan membuatnya merasa orangtuanya tidak peduli pada dirinya.

Semakin sering orangtua menyematkan label negatif, anak akan merasa dirinya semakin tertinggal. Ia akan menjadi semakin penakut dan tidak mau berusaha. Ia juga akan semakin jauh dari orangtuanya karena merasa orangtuanya tidak mau mencoba memahaminya.

6. Melakukan Body Shaming

Dampak negatif saat orangtua suka membanding- bandingkan anak

Body shaming bukan hanya terjadi pada lingkungan teman sebaya. Perilaku body shaming juga kerap terjadi di lingkungan keluarga, termasuk orangtua. Orangtua tanpa sadar melakukan body shaming pada anak mereka dengan menyebut anak ‘pendek’, ‘jelek’, atau ‘gendut’.

Beberapa orangtua merasa bahwa ini hanya untuk panggilan lucu- lucuan. Tanpa sadar bahwa anak menjadi tidak percaya diri karena merasa seperti label yang orangtuanya sematkan padanya. Anak yang menjadi korban kekerasan verbal body shaming ini biasanya akan kesulitan untuk mencintai dirinya sendiri.

7. Mengancam Anak

Ada beberapa orangtua yang kerap memberikan ancaman pada anak agar anak- anak menuruti kemauan mereka. Tanpa sadar, orangtua telah melakukan tindak kekerasan secara verbal pada anak.

Perilaku mengancam anak akan membuat anak merasa terintimidasi dan tidak punya pilihan lain. Hal ini bisa berdampak buruk untuk perkembangan anak, terutama secara mental.

Penting sekali untuk orangtua dan anak saling berdiskusi tentang banyak hal. Orangtua bisa memberikan pemahaman dan penjelasan pada anak dengan tegas agar anak bisa mengerti tanpa harus mengancam.

Saat komunikasi terjalin dengan baik, anak akan mudah memahami maksud dari anjuran orangtua. Pada akhirnya, ada banyak hal bisa dibicarakan dengan baik- baik antara orangtua dan anak.
Nah, itu dia beberapa perilaku kekerasan verbal pada anak yang sering terjadi tanpa orangtua sadari. Perlu Ayah Bunda ketahui, kesalahan pola asuh bisa berdampak pada tumbuh kembang anak. Termasuk saat anak sering menerima kekerasan verbal ini.

Semoga artikel ini menjadi pengingat untuk kita agar bisa lebih tenang lagi dalam berkomunikasi dengan anak, serta menyelesaikan masalah dengan baik, tanpa adanya kekerasan.

Tags:

You Might also Like