Memahami Kekerasan Verbal dan Non-Verbal , Dampak & Cara Mencegah
Kekerasan verbal dan non verbal bukan istilah yang asing lagi di telinga kita. Keduanya cukup familiar dan sering terjadi di masyarakat. Sebagian masyarakat berupaya mencegah dan mengatasi dua tindak kejahatan ini. Tapi tidak sedikit juga masyarakat yang tanpa sadar turut andil menciptakan tindak kekerasan ini.
Kenyataannya, membutuhkan edukasi yang konsisten di masyarakat untuk bisa mengatasi masalah kekerasan verbal dan non verbal ini. Masyarakat perlu memahami apa itu kekerasan verbal dan non verbal, serta dampak yang disebabkan oleh kedua jenis kekerasan ini.
Pengertian Kekerasan Verbal
Kekerasan verbal adalah tindakan menyakiti seseorang dengan menggunakan kata-kata. Tindakan ini biasanya dilakukan dengan cara memaki, mengancam, melecehkan, mencemooh, memfitnah, dan bentuk-bentuk ucapan negatif lainnya.
Kekerasan verbal merupakan salah satu bentuk kekerasan psikis yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi korbannya. Melalui kata-kata, pelaku bermaksud merendahkan martabat dan harga diri korban. Kekerasan verbal juga bisa digunakan pelaku untuk menakut-nakuti korbannya.
Bentuk-bentuk kekerasan verbal antara lain:
- Memaki dan mengumpat
- Mengancam akan melukai atau membunuh
- Mengejek dan melecehkan
- Memfitnah atau menyebarkan isu negatif
- Berteriak atau membentak secara kasar
- Memprovokasi pertengkaran atau perselisihan
- Menyalahkan dan mengkritik secara berlebihan
- Melarang berkomunikasi dengan orang lain
- Melontarkan komentar bernada seksual yang mengganggu
- Menyebarkan rahasia pribadi korban tanpa izin
Dengan kata lain, kekerasan verbal adalah segala bentuk ucapan yang ditujukan untuk menyakiti perasaan, merendahkan martabat, atau mengintimidasi lawan bicara.
Pengertian Kekerasan Nonverbal
Kekerasan non verbal merupakan bentuk kekerasan yang dilakukan tanpa menggunakan kata-kata atau verbal. Kekerasan jenis ini lebih menggunakan bahasa tubuh, isyarat, sikap, dan perilaku untuk menyampaikan kemarahan atau niat jahat kepada korban.
Beberapa bentuk kekerasan non verbal antara lain:
- Bersikap kasar secara fisik tanpa berkata-kata, seperti mendorong, menampar, atau memukul seseorang.
- Menggunakan bahasa tubuh yang negatif seperti melipat tangan di dada, menatap dengan tajam, atau menunjuk-nunjuk seseorang.
- Merusak barang tanpa izin, seperti membanting pintu, menendang meja, atau merobek buku milik orang lain.
- Melakukan komunikasi isyarat yang mengancam, seperti gerakan memotong leher atau meninju udara.
- Menulis pesan negatif secara diam-diam untuk mengintimidasi korban.
- Mengabaikan kehadiran seseorang dengan sengaja. Misalnya dengan berpura-pura tidak melihatnya.
Dengan kata lain, kekerasan non verbal merupakan tindakan fisik maupun isyarat yang bertujuan untuk melukai, mengancam, atau merendahkan orang lain tanpa menggunakan kata-kata verbal.
Dampak Kekerasan Verbal
Kekerasan verbal dapat berdampak buruk bagi korbannya, baik secara psikologis maupun sosial.
1. Dampak Psikologis
Secara psikologis, korban kekerasan verbal rentan mengalami trauma akibat caci maki atau hinaan yang diterimanya. Kata-kata kasar dan menyakitkan dapat membuat korban merasa tidak berharga, bahkan ingin bunuh diri.
Korban juga berisiko menderita depresi, kecemasan, harga diri rendah, dan gangguan stres pasca trauma (PTSD). Anak-anak yang mengalami kekerasan verbal berulang dapat tumbuh dengan rasa percaya diri dan harga diri yang rendah.
2. Dampak Sosial
Secara sosial, korban kekerasan verbal cenderung menarik diri dan menutup diri dari lingkungan. Mereka takut berinteraksi karena trauma akan diejek dan dihina lagi.
Akibatnya, korban sulit memperoleh dukungan sosial padahal itu penting untuk pemulihan. Karena merasa tidak dipercaya dan tidak berharga, korban juga enggan terlibat dalam kegiatan sosial di sekolah atau masyarakat. Interaksi sosial yang terbatas ini pada akhirnya memperparah isolasi sosial dan melemahkan kemampuan bersosialisasi korban.
Dampak Kekerasan Non Verbal
Kekerasan non verbal dapat menimbulkan dampak yang sangat buruk, baik secara fisik maupun psikologis.
1. Dampak Fisik
Secara fisik, korban kekerasan non verbal biasanya mengalami luka-luka di tubuh akibat pukulan, tendangan, atau bentuk kekerasan fisik lainnya. Luka-luka ini bisa berupa lebam, luka lecet, patah tulang, atau bahkan luka parah yang mengancam jiwa korban.
Tidak jarang korban mengalami cacat permanen atau gangguan fungsi tubuh akibat serangan fisik yang pelaku lakukan.
2. Dampak Psikologis
Selain dampak fisik, korban kekerasan non verbal juga rentan mengalami trauma psikologis yang mendalam dan berkepanjangan. Korban biasanya merasa takut, cemas, minder, tidak percaya diri, dan mengalami gangguan konsentrasi.
Kekerasan nonverbal yang berulang dapat menimbulkan rasa rendah diri, depresi, gangguan stres pasca trauma, hingga kecenderungan bunuh diri pada korban. Dampak psikologis ini bahkan bisa bertahan hingga korban dewasa jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat.
Faktor Penyebab Kekerasan Verbal dan Non Verbal
Kekerasan verbal dan nonverbal biasanya terjadi karena berbagai faktor, antara lain :
1. Faktor Keluarga
Didikan dan perlakuan orang tua di dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap perilaku anak. Jika anak diajarkan dengan cara kekerasan dan melihat orang tuanya sering melakukan kekerasan verbal maupun fisik, maka anak cenderung meniru perilaku tersebut. Pola asuh ketat dan otoriter seperti tiger parenting yang tidak mengedepankan komunikasi juga rentan membuat anak melampiaskan emosinya dengan cara yang salah.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan pertemanan yang salah dapat mempengaruhi anak untuk berperilaku kasar. Jika berteman dengan anak-anak yang senang melakukan bullying, memaki, atau perilaku menyimpang lainnya, lama-kelamaan anak akan menganggap perilaku tersebut wajar dan mengikutinya.
3. Faktor Media
Terpaan media yang menampilkan adegan kekerasan tanpa filter yang cukup juga bisa memicu anak meniru perilaku tersebut. Anak-anak dan remaja yang kecanduan gadget atau overdosis menonton konten kekerasan di TV dan youtube tanpa pengawasan cenderung lebih agresif dan impulsif.
Cara Mencegah Kekerasan Verbal
Masyarakat dapat mencegah kekerasan verbal dengan beberapa cara, seperti :
1. Pendidikan Karakter Sejak Dini
Pendidikan karakter yang keluarga berikan sejak usia dini sangat penting untuk mencegah kekerasan verbal di kemudian hari. Orang tua sebaiknya memberikan contoh komunikasi yang baik, tanpa kekerasan verbal kepada anak.
Orang tua juga perlu mengajarkan nilai-nilai moral seperti menghargai sesama, berempati, jujur, bertanggung jawab. Dengan pola asuh yang melibatkan pendidikan karakter yang kuat sejak dini, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih menghargai orang lain dan terhindar dari kekerasan verbal.
2. Mengontrol Emosi
Kekerasan verbal seringkali muncul karena emosi yang tidak terkontrol. Oleh karena itu, melatih kontrol emosi sangat penting untuk mencegah kekerasan verbal. Beberapa cara yang bisa kita lakukan antara lain dengan meditasi, menenangkan diri sebelum berbicara saat emosi sedang meluap, berpikir sebelum berkata-kata, dan meminta maaf jika sudah melakukan kekerasan verbal.
Dengan kontrol emosi yang baik, seseorang akan lebih mampu berkomunikasi tanpa melakukan kekerasan verbal.
3. Komunikasi Non-Kekerasan
Cara lain untuk mencegah kekerasan verbal adalah dengan menerapkan pola komunikasi non-kekerasan, yaitu komunikasi tanpa menyakiti perasaan lawan bicara. Hal ini bisa kita lakukan dengan berbicara secara sopan, tidak menghina, tidak membentak, tidak menggunakan kata-kata kasar, serta mengedepankan pendekatan empati dan rasa hormat. Dengan komunikasi non-kekerasan, konflik verbal dapat kita cegah.
Cara Mencegah Kekerasan Nonverbal
Kekerasan nonverbal bisa kita cegah dengan beberapa cara sebagai berikut:
1. Ajarkan Empati
Mengajarkan empati pada anak sejak dini sangat penting untuk mencegah kekerasan nonverbal. Orangtua perlu mengajari anak untuk memahami perasaan orang lain dan berempati pada penderitaan orang lain.
Orang tua dan guru bisa memberikan contoh sikap empati dan mengajak anak untuk ikut merasakan penderitaan orang lain. Dengan demikian, anak akan belajar untuk tidak melakukan kekerasan nonverbal yang dapat menyakiti orang lain.
2. Beri Contoh Sikap Baik
Orang tua dan guru juga perlu memberikan contoh sikap baik dan perilaku positif pada anak. Jika anak melihat orang dewasa bersikap baik, sabar, dan penuh kasih sayang, mereka cenderung meniru perilaku tersebut.
Beri contoh berperilaku sopan, tidak melakukan kekerasan fisik maupun nonverbal. Tunjukkan pada anak bagaimana menyelesaikan masalah dengan cara baik-baik.
3. Melatih Kesabaran
Kesabaran juga perlu dilatih sejak dini agar anak tidak mudah melakukan kekerasan karena emosi yang meluap. Ajarkan anak teknik menenangkan diri seperti menarik napas panjang atau berhitung sampai 10 saat marah.
Beri pengertian bahwa perilaku kasar tidak akan menyelesaikan masalah. Dengan kesabaran, anak akan belajar mengendalikan emosi dan mencegah kekerasan nonverbal.
Cara Menangani Korban Kekerasan Verbal dan Non Verbal
Korban kekerasan, baik verbal maupun nonverbal, perlu mendapat dukungan dan perhatian agar bisa pulih dari trauma mereka. Beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menangani korban kekerasan adalah:
1. Beri dukungan psikologis dan sosial
Berikan motivasi dan dukungan secara terus menerus agar korban merasa diperhatikan dan tidak sendirian. Beri korban kekuatan untuk tetap bertahan dan bangkit dari keterpurukan akibat kekerasan yang mereka alami.
2. Laporkan ke pihak berwenang
Bantu korban untuk melaporkan kasus kekerasan yang mereka alami kepada pihak berwenang seperti kepolisian atau dinas sosial. Hal ini penting agar pelaku kekerasan mendapatkan efek jera secara hukum.
3. Konsultasikan pada Ahli
Rujuk korban untuk menjalani konseling dengan psikolog agar bisa mendapat terapi trauma. Ini sangat penting untuk pemulihan psikis korban pasca mengalami kekerasan. Konseling dapat membantu korban untuk mengenali dan mengelola trauma serta ketakutan mereka.
Dengan pemberian dukungan sosial, tindakan hukum, dan konseling psikologis, kita dapat berharap korban kekerasan verbal dan nonverbal dapat pulih secara perlahan dan kembali mendapatkan rasa percaya diri mereka. Dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar juga sangat penting agar proses pemulihan korban dapat berjalan dengan baik.
Follow untuk Mendapat Tips Parenting Gratis :
Ikuti Ikuti Ikuti