Tips Ayah Ibu Mendidik Anak agar Sopan dan Hormat pada Orang Lain
Mendidik anak agar sopan dan hormat pada orang lain perlu orangtua terapkan sejak dini. Ajaran ini bahkan perlu untuk anak ketahui sebelum mereka berkenalan dengan jenjang sekolah awal.
Bagi orangtua, mengajarkan anak sopan santun dan rasa hormat adalah tantangan besar. Mengapa? Karena anak- anak saat ini hidup di era teknologi yang semuanya serba mudah.
Serba mudah memberi banyak dampak positif, sekaligus negatif. Dampak positif karena orangtua mempunyai resource ilmu parenting yang besar sebagai bekal untuk menjadi orangtua. Dampak negatif, karena anak mudah mendapatkan pengaruh negatif dari apa yang ia lihat melalui lingkungan dan juga layar teknologi.
Cara Mendidik Anak Penuh Sopan Santun
Teknologi adalah teman sekaligus musuh dalam parenting. Jika bisa menggunakannya dengan bijak, teknologi adalah teman yang sangat menyenangkan.
Sebaliknya, jika tidak bijak, orangtua yang lengah bisa terpedaya dan anak menjadi korbannya. Misalnya saja, anak mudah meniru perilaku negatif yang ia lihat dari layar teknologi, seperti ponsel orangtua dan TV. Ini sering terjadi saat orangtua minim pengawasan terhadap anak dan anak mulai kecanduan gadget.
Untuk mendidik anak tumbuh menjadi penuh hormat dan berperilaku sopan, berikut tips yang bisa Ayah Ibu terapkan :
1. Mendidik dengan Contoh
Anak dikenal sebagai peniru yang ulung. Apapun yang sering ia lihat, adalah hal yang paling melekat untuk ia tiru. Untuk mendidik anak agar bisa bersikap hormat, orangtua perlu lebih dulu menunjukkan bagaimana caranya.
Dari hal kecil di keseharian misalnya. Saat anak sedang tidak ingin melakukan sesuatu, Ayah Ibu perlu mengkomunikasikannya dengan baik bersama anak. Bukan sembarang memaksanya.
Cobalah untuk mulai mendengarkan keinginan anak dan menghargai pendapatnya. Saat berbicara dengan mereka, coba tatap mata mereka dan tunjukkan bahwa Anda antusias dengan apa yang mereka sampaikan.
2. Ajarkan Anak 3 Kata Ajaib
Ada tiga kata ajaib yang wajib orangtua kenalkan pada anak sejak dini. Kata- kata itu adalah “tolong”, “maaf”, dan “terimakasih”.
Beri tahu si kecil untuk memahami arti tiga kalimat tersebut dan kapan menggunakannya. Agar anak cepat memahaminya, tentu saja menggunakan contoh adalah yang terbaik ya, Ayah Bunda.
Misalnya saat ibu membutuhkan bantuan untuk mengambilkan lap di meja, ibu selalu mengucapkan tolong dan terimakasih sesudahnya. Saat ibu tidak sengaja membuat kesalahan, jangan lupa beri contoh dengan mengucapkan maaf.
Saat tiga kata ajaib ini sering muncul di keseharian, anak akan mudah mengingatnya dan menggunakannya. Akhirnya, ia pun akan terbiasa untuk mengucapkan hal- hal baik saat melakukan sesuatu.
3. Anak Bersikap Tidak Baik? Hindari Reaksi Berlebihan
Orangtua sering terkejut saat mendengar anak- anak berkata kasar, berteriak, dan melawan perintah orangtua. Belum lagi saat mendengar anak mengetahui kata- kata jorok dan mengucapkannya. Ayah Ibu mungkin geleng- geleng kepala dan pusing dari mana anak mendapatkan contoh jelek tersebut.
Namun jika Ayah Ibu berhadapan dengan situasi ini, cobalah untuk tidak bereaksi berlebihan. Cobalah untuk tenang dan mencoba mendekati anak. Ajak anak bicara dari hati ke hati, dan perlahan beri anak pemahaman bahwa teriakan dan kata- kata kasar bukanlah cara yang tepat untuk menunjukkan perasaannya yang tidak nyaman.
Setelah itu, beritahu anak bahwa Ayah Ibu akan membantunya belajar untuk memperbaiki kesalahannya. Dalam hal ini, misalnya ibu dapat berkata, “Berarti adek tahu ya sekarang kalau kata- kata itu tadi tidak baik untuk diucapkan? Nanti kalau adek lupa, Bunda akan bantu ingatkan lagi ya…”
4. Memahami Perbedaan Pendapat
Secara umum, orangtua lebih berharap jika anak- anak selalu patuh dan melaksanakan semua perintah orangtua. Namun perlu Ayah Ibu ketahui, harapan ini tidak realistis.
Saat anak- anak melakukan hal- hal yang berseberangan dan tidak menurut, hal ini tidak selalu berarti jika anak membangkang dan bersikap buruk. Anak- anak seringkali mempunyai cara yang berbeda dalam melakukan sesuatu.
Orangtua boleh mengoreksi dan meluruskan anak jika mereka mengekspresikan perbedaan pendapat dengan sikap yang kasar. Namun jangan langsung memberi label mereka tidak penurut atau pembangkang.
Sebaliknya, ajari mereka cara menyampaikan pendapat dengan positif dan santun.
5. Memberi Koreksi dengan Tepat
Tentu saja kita harus belajar dari kesalahan. Saat anak berbuat salah, orangtua wajib mengoreksi agar mereka dapat memahami kesalahannya dan memperbaiki perilakunya.
Namun yang orangtua perlu perhatikan, koreksi harus dilakukan dengan tepat, dari sisi waktu dan cara mengkoreksi. Misalnya saja saat Ayah sedang berbicara dan anak tiba- tiba menyela, Ayah perlu memberitahu dengan lembut bahwa perilaku tersebut kurang sopan.
Katakan pada anak, bahwa jika ingin berbicara, maka perlu menunggu orang lain selesai lebih dulu.
6. Waktu yang Tepat
Saat anak bersikap tidak baik, orangtua sering tidak sabar untuk menegurnya saat itu juga. Di sisi lain, saat itu juga tidak selalu menjadi waktu yang tepat untuk membahas kesalahan anak.
Misalnya saat berada di tempat umum atau banyak orang. Anak akan merasa teguran orangtua adalah hal yang memalukan dan menurunkan harga diri mereka. Teguran orangtua akan lebih mudah anak terima saat berada di tempat yang sepi dan saat anak sudah mulai tenang.
Saat situasi lebih tepat, cobalah untuk mengkomunikasikan pada anak tentang kesalahan yang ia buat tadi. Hindari memberi kesan kalau Ayah Ibu sedang mengungkit kesalahan atau menghakimi, melainkan mengevaluasi dan memberi nasehat. Dengan begitu, anak akan lebih mudah menerimanya dan merasa nyaman dengan nasehat orang tuanya.
7. Jangan Pernah Berteriak
Saat anak melakukan kesalahan, hindari untuk berteriak pada anak. Cobalah untuk memposisikan tubuh sejajar atau sama tinggi dengan anak saat mengoreksi mereka.
Ayah Ibu dapat sedikit menekuk atau jongkok ke posisi mereka agar memperoleh kontak mata. Selanjutnya, cobalah untuk berbicara dengan suara rendah dan tenang.
Berkomunikasi dengan cara ini akan menunjukkan pada anak bahwa orangtua mereka memperlakukan mereka secara manusiawi dan bermartabat. Anak akan lebih termotivasi untuk menjadi individu yang santun dan baik.
8. Beri Anak Pujian Tulus
Pujian tulus akan membuat anak merasa senang dan bangga karena telah bersikap baik dan sopan. Saat memberikan pujian, orangtua bisa mengungkapkan secara spesifik sesuai hal baik yang anak lakukan.
Misalnya saja, “Wahhhh… adek sekarang sudah pintar mengucapkan kata tolong saat meminta Ibu mengambilkan makanan. Terimakasih ya, sayang.”
Kalimat yang diungkapkan secara eksplisit akan membuat anak cepat menyadari bahwa apa yang ia lakukan adalah hal yang positif dan patut dihargai.
Kesimpulan
Mendidik anak menjadi sopan dan hormat pada orang lain membutuhkan kegigihan orangtua dalam memberikan contoh positif. Menerapkan ilmu parenting seperti ini mungkin terdengar mudah. Namun dalam prakteknya, orangtua kerap kesulitan, terutama saat harus berhadapan dengan egonya sendiri.
Selamat menerapkan tips di atas ya, Ayah Bunda. Semoga anak- anak akan tumbuh menjadi individu yang santun dan menghargai sesama.
Follow untuk Mendapat Tips Parenting Gratis :
Ikuti Ikuti Ikuti