Type to search

Parenting Story

Keluh Seorang Ibu : “Mertua memberi makanan pemicu alergi, anakku menanggung akibatnya.”

Alergi protein susu sapi pada bayi

Status orangtua yang diterapkan pada kita memang bukan tanggung jawab yang mudah. Ada banyak kewajiban yang kita emban dalam menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga.

Sudah pasti, sebagai ibu kita selalu menginginkan yang terbaik untuk keluarga, terutama anak. Hambatan bisa datang dari mana saja, dan tidak jarang masalah justru datang dari orang terdekat. Salah satunya adalah gap pola asuh dengan mertua.

Salah satu gap pola asuh dengan mertua ini dapat kita pelajari dari kisah ibu yang satu ini. Sang ibu mengalami gap pola asuh bahkan untuk hal sederhana seperti pemberian makan pada anak.

Akibatnya, sang ibu bertengkar dengan ibu mertua. Kisahnya menjadi viral lantaran ia membagikan kisahnya ke laman Mumsnet.

Mertua Tidak Percaya dengan Alergi Susu Sapi

Dalam unggahannya, ia menumpahkan kekesalannya karena sang mertua dianggap sengaja dalam memberikan makanan yang bisa memicu alergi pada putranya hingga alergi putra tercinta kambuh.

“Aku sudah lama diet ketat tanpa susu, karena aku sedang menyusui bayi dengan kondisi CMPA (Cow’s Milk Protein Allergy),” ungkap sang ibu di awal kisahnya.

Ia pun melanjutkan kisahnya saat sang ibu mertua seperti biasa mengundangnya untuk makan malam. Dalam acara tersebut, ia selalu menjelaskan hingga tiga kali menjelang makan malam kalau ia tidak akan mengonsumsi susu apapun karena sang putra mengalami alergi terhadap protein susu sapi.

Ia sudah mewanti- wanti agar ibu mertua tidak menambahkan bumbu apapun yang mengandung susu ke dalam menu makan malam hari itu.

Yang membuatnya merasa kurang nyaman, ibu mertua menganggap alergi tersebut adalah hal konyol. Saat memasak menu makan malam, ia melihat sendiri ibu mertua mengolah ayam panggang yang dicampur dengan mentega.

Ibu mertua meyakinkan bahwa hal ini tidak akan berdampang apa- apa. Karena tidak ingin merusak suasana, maka wanita itu memutuskan untuk tidak melanjutkan perdebatan.

“Aku hanya menyentuh potongan ayam lain yang sekiranya tidak terkena terlalu banyak mentega,” lanjutnya.

“Aku sangat marah, aku kaget tetapi aku memutuskan untuk tidak mengatakan apa pun.”

Anak Langsung Bereaksi dengan Alergi

Usai acara makan malam, pasangan ini pun pulang ke rumah seperti biasa. Wanita ini kemudian menyusui putranya. Tak lama kemudian, sang putra langsung menunjukkan reaksi alergi.

Menurutnya, alergi serupa yang pernah terjadi telah membuat sang putra menangis nyaris delapan jam sehari dna menyebabkan ruam di kulit.

Usai kejadian ini, wanita ini memutuskan untuk tidak berbicara pada mertuanya lebih dulu untuk menghindari konflik. Terlebih, ia juga perlu menenangkan hati dan pikiran lebih dulu.

Kisah ini pun menuai beragam reaksi dari netizen. Ada yang turut menumpahkan kekesalannya karena mengalami kejadian yang mirip. Namun ada juga yang beranggapan reaksi ibu ini terlalu berlebihan.

“Saya pikir Anda hanya perlu tenang. Ibu mertuamu tidak sepenuhnya bermaksud jahat. Ia hanya ingin menyediakan yang terbaik untukmu, tetapi dia tidak mengerti secara spesifik apa yang Anda maksudkan. Akan lebih baik untuk memberitahu mertua Anda dengan informasi yang jelas daripada hanya mencaci makinya melalui tulisan ini,” ujar salah satu netizen.

Dampak Alergi Protein Susu Sapi pada Anak

Alergi protein susu sapi sebenarnya bukan hal baru. Ada beberapa anak yang memang mengalaminya sehingga untuk nutrisinya dapat digantikan dengan susu non-protein setelah proses meng-ASIhi usai.

Alergi protein susu sapi atau yang dikenal dengan CMPA (cow’s milk protein allergy) ini sendiri adalah kondisi yang mempengaruhi sekitar 2 persen bayi di AUstralia dan Selandia Baru. Di banyak kasus, hal ini bisa diatasi sang anak secara mandiri saat usianya menginjak tiga hingga lima tahun.

Dilansir dari Mayo Clinic, kondisi alergi ini bisa berlangsung beberapa menit hingga beberapa jam dengan gejala sebagai berikut :

  • Kelelahan
  • Sulit bernafas
  • Gatal atau kesemutan di sekitar area mulut atau bibir
  • Pembengkakan pada lidah, bibir, dan tenggorokan
  • Sesak nafas atau batuk
  • Muntah
  • Gejala parah yang mungkin terjadi adalah diare berdarah, kram perut, flu parah, dan mata berair

Yang perlu diwaspadai, jika tidak ditangani dengan tepat alergi protein susu juga bisa memicu anafilaksis yang berujung pada kematian bayi dan anak- anak.

Tips Mengatasi Gap Pola Asuh dengan Mertua

Adanya gap pola asuh antara ibu dan mertua perlu disiasati dengan baik agar tidak menimbulkan keributan. Mulai dari hal sederhana seperti cara menyusui, pemberian MPASI, cara menggendong, dan juga penanganan saat anak sakit.

Dalam sebuah acara Media Briefing dan Diskusi bertajuk “Organic Parenting Semakin Tinggi Minat” di Jakarta, pada Kamis (23/1), psikolog Ayoe Soetomo memberikan beberapa tips untuk menanggulangi perbedaan antara orangtua milenial dan mertua, sebagai berikut :

Libatkan mertua dalam pengasuhan anak 

Dalam kasus orangtua bekerja, seringkali ibu menitipkan buah hati pada kakek dan neneknya, entah itu orangtua sendiri atau mertua. Dalam hal ini, tentu kepercayaan dengan mertua diperlukan agar kedua belah pihak saling nyaman.

Sharing Informasi Parenting

Seringkali gap pengasuhan terjadi karena perbedaan persepsi pengasuhan jaman dulu dan sekarang. Hal ini ini bisa diminimalisir dengan saling berbagi tips pengaruh pada orangtua.

Misalnya saja, seperti ini : “Mah, kemarin di berita ada bayi meninggal karena tersedak makanan. Memang kalau menurut kedokteran, bayi itu sebenarnya baru boleh diberi makan setelah usia 6 bulan. Karena di usia sebelum itu, pencernaan bayi itu sebenarnya belum siap, Ma.”

Atau misalnya seperti ini, “Mah, adek kalau di rumah nontonnya kartun anak ini saja ya. Soalnya ajarannya bagus lho, ada pertemanan dan hormat orangtua. Kalau nonton sinetron nanti adek suka niruin adegan sinetron yang nggak baik.”

Sebagai catatan, pastikan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh orangtua. Jika perlu, lakukan pengulangan berbagi informasi dengan cara yang menyenangkan. Pasti orangtua perlahan akan mulai paham.

Jika perlu, ajak mertua atau orangtua untuk ikut seminar parenting atau membaca buku parenting. Dengan saling mengenal informasi, maka pengasuhan akan semakin sinkron antara ibu dan mertua.

Tingkatkan Komunikasi dengan Anak dan Beri Pengertian

“Tadi waktu aku di rumah nenek boleh kok makan es krim habis makan, kenapa sama Bunda nggak boleh?,” celoteh si kecil.

Hal seperti ini pasti pernah terjadi kan, Ibu? Untuk mengatasinya, cobalah untuk memberikan jawaban yang bisa dicerna oleh anak. Beri anak pengertian bahwa tujuan pelarangan adalah untuk kebaikan sang anak.

Misalnya soal jangan terlalu sering makan anak, beri tahu anak apa dampaknya jika anak terlalu banyak makan permen. Dengan begitu lambat laun anak akan paham apa yang baik dan kurang baik untuknya.

Untuk bisa berbicara seperti ini, tentu komunikasi antara orangtua dan anak harus sebaik mungkin. Anak mungkin tidak selalu bercerita tentang apa- apa yang boleh atau apa yang dilakukan di rumah nenek kakeknya, maka dari itu, ibu perlu memancing anak untuk bercerita seputar kegiatannya di rumah kakek nenek.

Tags: