Type to search

Good Parenting

Apa itu Mom Shaming & Mengapa Sesama Ibu Tega Melakukannya?

Apa itu Mom Shaming dan dampak negatifnya

Meski dalam konteks negatif, sayangnya mom shaming adalah hal yang mudah kita temui dalam kehidupan sehari- hari. Perilaku ini kadang dilakukan secara sengaja dengan tujuan tertentu, dan kadang tidak sengaja karena minimnya kesadaran dan empati terhadap sesama ibu.

Apa itu Mom Shaming?

Pengertian dari Mom Shaming ini adalah perilaku mempermalukan ibu lainnya, seakan diri sendiri lebih baik dan si ibu lainnya melakukan tindakan yang tidak sepatutnya. Perilaku ini kita muncul dengan tujuan menjatuhkan mental ibu lainnya atau dilakukan tanpa kesadaran karena minimnya empati terhadap sesama ibu.

Nah, Bunda mungkin sering mendengar kalimat- kalimat berikut ini :

  • “Duhhh kok nenenin adeknya gitu sih… nanti kepalanya peyang lho.”
  • “Baru lahiran kok sudah mau diet aja sih. Kasihan lho bayinya nanti ASI nya dikit.”
  • “Kok tega sih ninggalin anak kerja, padahal masih bayi? Lebih sayang pekerjaan daripada anak.”
  • “Kok rumahmu berantakan sih? Aku aja anak tiga rumah selalu rapi kok.”
  • dan masih banyak lagi

Jika Bunda pernah mendengar kalimat- kalimat tersebut, berarti Bunda pernah melihat contoh perilaku Mom Shaming ini. Perilaku ini seolah menunjukkan bahwa diri sendiri lebih baik dalam hal mengasuh dan mengatur rumah tangga dibandingkan ibu lain yang dikritik.

Bisa juga perilaku ini memojokkan ibu lain atas keputusan rumah tangga yang dilakukannya. Padahal, tentu setiap orang punya pilihan masing- masing dan latar belakang mengapa memilih keputusan tersebut.

Dan bisa jadi, ada banyak cara dalam menggendong, meng-ASI-hi, mengasuh, dan hal lainnya yang dilakukan dengan cara berbeda, tapi semua bertujuan untuk memberi yang terbaik pada buah hati.

Boleh saja kita memberi masukan, tapi tidak dengan menghakimi secara langsung.

Misalnya saat cara ibu lain menggendong terlihat membahayakan si kecil, ibu bisa membantu membetulkan dan menyampaikan posisi yang lebih nyaman untuk bayi. Dengan syarat, tidak bertujuan menggurui atau menyalahkan secara membabi buta.

“Mom-shaming biasanya berbentuk nasihat dari orang yang (merasa) lebih berpengalaman. Namun cara penyampaian yang tidak tepat, menimbulkan kesan negatif dan membuat korban merasa buruk atau bersalah atas pilihan yang telat dibuatnya,” ungkap seorang psikolog, Dessy Ilsanty M.Psi. 

Ada banyak ibu baru yang sedang dalam proses belajar. Dan bantuan sederhana akan sangat membantu.

Dampak Perilaku Mom Shaming

Menjadi ibu baru bukanlah hal yang mudah, terlebih saat orang- orang di sekitar kita tidak memberikan dukungan secara moril. Saat komentar merendahkan sesama ibu ini banyak dilakukan, psikis ibu bisa terdampak.

Sebuah survei yang dilakukan di aplikasi untuk ibu hamil pada September 2018 terhadap 574 ibu, terungkap bahwa hampir semua ibu pernah mengalami mom-shaming. Kebanyakan responden mengalami mom-shaming secara langsung dan dalam kondisi privat. Misalnya oleh ibu atau mertua, orang di sekitar, dan juga di media sosial.

Sebanyak 7 dari 10 responden juga mengaku bahwa kejadian mom-shaming ini semakin meningkat sejak adanya media sosial. Pasalnya, setiap orang mudah berkomentar dengan sembunyi di balik akun anonim.

Pola makan anak atau berat badan akan adalah topik yang paling sering dikritik. Kemudian disusul pada pemberian ASI atau susu formula, dan metode ibu dalam menerapkan disiplin pada anak.

Fakta tentang Mom Shaming

Dampak mom shaming sama seperti semua jenis perundungan, yaitu berpengaruh negatif terhadap kondisi mental ibu. Sebagian besar ibu merasa malu dan tidak percaya diri dengan apa yang mereka lakukan.

Saat seorang ibu terlalu sering menerima perundungan ini, pengaruhnya bisa sedemikian hebat. Ibu akan mudah merasa frustasi, tertekan secara mental, dan meluapkan emosi dengan cara yang tidak sehat. Misalnya saja menjadi mudah marah kepada anak- anak hingga terjadi penelantaran anak atau bahkan kekerasan yang lebih jauh.

Efeknya ternyata bisa menjadi mengerikan ya, Bun?

Penyebab Ibu Tega Melakukan Mom Shaming Terhadap Sesama

Perundungan terhadap ibu jelas bukan hal yang menyenangkan. Dan siapapun sudah pasti tak ingin menjadi korban.

Agar Bunda dapat mewaspadai adanya perilaku perundungan ini, penting untuk memahami apa saja yang melatarbelakangi seseorang berperilaku mom-shaming ini. Beberapa hal diantaranya adalah :

1. Caper

Pelaku biasanya melontarkan kalimat negatif untuk mendapat pengakuan dari lingkungan sekitarnya. Mereka ingin terlihat menonjol dan lebih dihargai dengan menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang pintar dan berpengalaman.

Sayangnya, hal ini dilakukan dengan cara mencibir dan menghina ibu- ibu di sekitarnya agar down, menurut, dan menganggap dirinya paling benar.

2. Pelampiasan emosi

Si ibu pelaku ini mungkin sedang terjebak dalam masalah. Ia mungkin kelelahan dalam mengurus anak dan rumah, dan tak seorang pun yang mengerti atau menawarkan bantuan. Kelelahan berlebih pada ibu bisa memicunya untuk mudah tersulut emosi dan mencari pelampiasan.

Saat ia melakukan tindakan ‘mom-shaming’ pada ibu lain, ia merasa bahwa emosinya telah tersalurkan dan membuatnya merasa lebih baik. Tentu saja ini bukan alasan yang ditoleransi ya, Bun.

3. Rasa iri hati

Rasa cemburu juga menjadi salah satu pemicu seseorang melakukan perundungan pada sesama ibu. Misalnya saat seorang ibu yang berhasil merawat diri dengan baik meski sudah mempunyai anak. Di sisi lain, ia merasa tak secantik dan seberuntung ibu- ibu yang lain.

Rasa iri hati yang tidak dikelola dengan baik ini lah yang memicu seseorang bisa mengeluarkan kata- kata tidak menyenangkan terhadap sesama ibu. Mom shaming menjadi pelampiasan untuk mengobat rasa iri agar harga dirinya tidak jatuh.

4. Minimnya kesadaran dan empati

Perundungan pada ibu juga bisa terjadi karena minimnya kesadaran dan empati dari pelaku. Mungkin untuk pelaku hal seperti adalah hal yang biasa dan seharusnya tidak menimbulkan sakit hati.

Padahal akan lebih menyenangkan jika setiap ibu memahami batasan apa saja yang boleh dikatakan terhadap ibu yang lainnya demi menjaga perasaan. Tidak perlu terlalu sibuk mencampuri keputusan ibu- ibu yang lain karena semua pasti diambil dengan pertimbangan tertentu.

10+ Cara Mengatasi Ibu yang Sering Melakukan Mom-Shaming

Saat kita menjadi ibu, kita kerap berhadapan dengan satu dua atau lebih orang yang melakukan mom shaming. Kita mungkin sudah berupaya melakukan yang terbaik untuk buah hati, tapi akan selalu ada orang yang memberi kritikan.

Jika ibu mengalami tindakan perundungan ini, berikut ini adalah beberapa tips yang bisa Ibu coba untuk mengatasi perilaku mom-shaming :

1. Rangkul kritik

Mom-shaming adalah tindakan yang salah. Tapi karena kita tidak bisa memaksa semua orang untuk memahami cara berkomunikasi yang baik terhadap sesama ibu, hal pertama yang perlu ibu lakukan adalah merangkul kritik tersebut.

Cobalah untuk memfilter kritik yang ibu terima. Buang kritik yang tidak masuk akal dan hanya berupa nyinyir, dan ambil kritik positif sebagai tantangan untuk memperbaiki diri.

2. Ibu tidak harus selalu merespon

Perilaku mom-shaming seringkali adalah hal yang tidak butuh direspon. Karena ini kerap dilakukan oleh orang lain yang haus perhatian dan butuh pengakuan.

Misalnya saja saat ibu mengunggah video ananda saat sedang makan, lalu ibu mendapat cacian. Ibu mungkin ingin langsung membalas komentar tersebut. Tapi ada kalanya saat diladeni, ini akan terus berlanjut dan menjadi masalah yang lebih serius.

Sedangkan saat ibu mengacuhkannya karena komentar ini adalah murni nyinyiran, ibu akan terhindar dari teror lebih lanjut dari si perundung.

3. Tidak perlu merasa rendah diri

Kebanyakan kritik yang dilontarkan sesama ibu membuat ibu yang lainnya merasa malu dan rendah diri. Merasa bahwa pola asuhnya salah atau bahkan tidak bisa menjadi ibu yang baik untuk anak- anaknya.

Kenyataannya, saat seorang wanita menjadi ibu, ia dibekali dengan insting untuk menjaga anak- anaknya. Setiap ibu pasti bisa menjaga anaknya dengan baik, dan yang diperlukan adalah proses untuk belajar dan berlatih.

4. Membuka diri terhadap wawasan baru

Kelanjutan dari nomor #3, agar tidak merasa rendah diri, Ibu perlu membuka diri terhadap wawasan dalam proses pengasuhan, meng-ASI-hi, menjaga kehamilan, dan yang lainnya. Belajar parenting adalah makanan wajib untuk para ibu dalam meng-upgrade kemampuannya.

Dengan begitu kita juga akan lebih peka untuk melihat apakah mom shaming ini dilakukan atas dasar kecemburuan, butuh pengakuan, luapan emosi, atau kurangnya empati. Dengan begitu, kita akan lebih bijaksana dalam menyikapinya.

5. Tanggapi dengan selera humor

Menyikapi kritik dengan selera humor akan membuat semuanya terasa lebih mudah. Kadang yang ibu perlu lakukan hanyalah berkomunikasi dengan si pengkritik dengan santai, dan dengan sendirinya seringkali mereka menjadi luluh

6. Mom shaming sebagai bentuk insecurity

Ada juga perilaku perundungan yang sebenarnya ekspresi dari rasa tidak aman (insecurity) yang ia rasakan sebelumnya. Mereka mungkin berharap untuk bisa melakukan hal yang sama secara berbeda.

Misalnya saja untuk orangtua dengan anak- anak yang sudah lebih dewasa. Perilaku perundungan yang mereka tunjukkan sebenarnya adalah cara memberitahu ibu yang lain agar tidak melakukan kesalahan yang sama sepertinya.

7. Miliki keyakinan positif

Satu hal yang pasti, ibu mengenal anak sendiri lebih baik dari siapapun. Percayalah insting ibu dan jaga keyakinan positif yang ibu miliki. Ini akan memudahkan ibu dalam memfilter kritik negatif dan tidak mudah tertekan dengan serangan perundungan.

8. Komunikasi secara terbuka

Mom shaming justru sering dilakukan oleh orang- orang terdekat. Mulai dari saudara ipar, ibu, atau mertua. Saat ini terjadi, cobalah untuk berkomunikasi dengan mereka. Sampaikan baik- baik bahwa ibu akan terus belajar dalam menjaga buah hati dan memastikan bahwa tindakan ibu diambil dalam proses belajar dari berbagai sumber.

Selain itu, libatkan mereka dalam proses belajar dengan menceritakan yang ibu pelajari dari buku, website parenting, atau sumber lainnya. Dengan begitu mereka akan lebih bisa menghargai ibu, dan juga terbuka terhadap wawasan baru seputar pengasuhan.

9. Jauhi pelaku

Jika membicarakannya secara baik- baik ternyata tidak manjur, cobalah untuk menghindari pelaku saat mereka mulai melancarkan aksi mom-shamer nya. Meskipun berada dalam satu lingkungan, batasi interaksi dengan mereka untuk menjaga mental ibu tetap sehat.

10. Dukungan orang terdekat

Terbuka lah pada suami atau orang terdekat lain yang bisa memberi ibu dukungan. Ceritakan tentang hal kurang menyenangkan yang ibu alami dan minta mereka untuk membantu menguatkan.

Dukungan dari orang terdekat akan membantu ibu untuk lebih bisa mengelola emosi saat mulai terpancing dengan perilaku mom-shaming.

11. Jangan mudah terpengaruh dengan pola asuh orang lain

Ibu perlu membuka diri terhadap wawasan baru itu memang betul. Tapi di sisi lain, ibu perlu menjaga diri agar tidak mudah meniru pola asuh yang terlihat mudah dan tanpa cela, terlebih jika ibu melihatnya di media sosial.

Ingatlah bahwa tak jarang apa yang terlihat di media sosial ini berbanding terbalik dengan apa yang sebenarnya.

12. Jangan menjadi seperti mereka

Dan yang tak kalah pentingnya, hanya karena orang melakukan mom-shaming terhadap ibu, bukan berarti ibu akan melakukan hal yang sama terhadap mereka atau melampiaskannya ke ibu- ibu baru lainnya. Hal ini tidak akan berhasil memutus tali mom-shaming.

Sebaliknya, tetaplah menjadi pribadi yang positif dan fokus meningkatkan kualitas diri sendiri untuk menjadi ibu yang hebat untuk anak- anak.

Kesimpulan

Mom shaming atau perundungan terhadap sesama ibu adalah perilaku negatif yang harus dijauhi. Ibu bisa melakukan tips- tips diatas untuk mengatasi mom-shaming. Pastikan juga ibu tak membalas perilaku ini, karena tanpa sadar justru membuat ibu sama- sama menjadi pelaku.

Tanamkan lah dalam pikiran ibu bahwa setiap ibu mempunyai situasi yang berbeda- beda. Atas dasar ini, sangat wajar jika ibu menerapkan pola asuh yang berbeda atau membuat keputusan yang berbeda dalam rumah tangganya.

Memberi masukan untuk kebaikan sesama ibu tentu saja diperbolehkan, tapi lakukan seperlunya dan secara hati- hati. Percayalah, setiap ibu pada dasarnya selalu menginginkan yang terbaik untuk buah hatinya.

Tags:

You Might also Like