Type to search

Good Parenting

8 Cara Ampuh Orangtua Mengendalikan Emosi Saat Mendisiplinkan Anak

Orangtua mengendalikan emosi menghadapi anak

Ayah Bunda, sebagai orangtua mungkin kita pernah kelepasan dalam mengendalikan emosi saat anak sedang bertingkah aneh. Mengendalikan emosi memang menjadi tantangan tersendiri untuk setiap orangtua. Ada yang masih tahap belajar mengendalikan amarah, ada yang sudah lebih tenang dalam menghadapi tingkah anak, dan ada juga yang sangat santai.

Untuk orangtua baru, mungkin ada yang masih bertanya- tanya, kenapa ya Saya mudah sekali emosi pada anak? Mengapa saya kesulitan mengendalikan diri? Padahal ujung- ujungnya nanti merasa bersalah dan menyesal.

Percayalah Ayah Bunda, masalah ini kerap terjadi di kalangan para orangtua. Mari kita sama- sama cari jalan keluarnya!

Alasan Orangtua Tidak Bisa Menahan Emosi pada Anak

Ternyata ada beberapa faktor pemicu yang mendorong orangtua kesulitan menahan emosi pada anak. Pemicunya tidak selalu dari anak itu sendiri. Seringkali, ini adalah faktor internal Ayah Bunda dan faktor penyebab dari luar.

1. Rasa Takut & Khawatir

Orangtua kerap marah karena takut dan khawatir hal buruk menimpa sang anak. Ya, rasa takut ini sering memicu orangtua spontan berteriak hingga melakukan kekerasan pada anak. Misalnya saja saat anak bermain di tempat berbahaya, seperti dekat dengan peralatan listrik, sungai, atau jalan raya.

Secara reflek orangtua marah saat anak tidak mengindahkan peringatan orangtua. Dari sisi anak, mereka mungkin kurang menyadari bahaya yang mengintai. Atau pesan peringatan dari orangtua tidak bisa mereka cerna dengan baik.

Karena tujuan dari Ayah Ibu baik, cobalah untuk tidak terpancing emosi yang justru memperkeruh situasi. Sebaliknya, coba cara lain dalam  berkomunikasi agar anak bisa memahami pesan dan maksud yang Ayah Ibu ingin sampaikan.

2. Pengaruh Stres

Selain rasa takut, kondisi mental dan pikiran orangtua yang sedang tidak baik bisa memicu orangtua untuk melampiaskan kekesalan pada anak. Terutama saat anak sedang bertingkah atau melakukan kesalahan. Bahkan meski itu kesalahan sepele, orangtua tetap memarahi secara membabi buta.

Cara Mengendalikan Emosi Orangtua Terhadap Anak

Setelah mengetahui faktor pemicunya, tugas kita selanjutnya sebagai orangtua adalah berupaya meredam dan mengendalikan emosi kita. Bagaimana caranya?

Maheen Fatima, seorang psikolog anak dari Dubai, dalam tulisannya yang berjudul How to Handle Your Anger at Your Child, memberikan beberapa tips agar orangtua menjadi tidak mudah marah pada anak.

Kita contek yuk, Yah Bun!

1. Tentukan Situasi saat Harus Marah

Tidak jarang orangtua marah pada anak karena masalah yang sebenarnya sepele. Dan tipe marah seperti ini lah yang kerap membuat orangtua menyesal. Harusnya bisa kita kendalikan, tapi malah paling sering kelepasan.

Agar kita bisa mengontrolnya, cobalah menetapkan batasan- batasan perilaku mana yang perlu kita tindak tegas, dan mana yang bisa kita bicarakan baik- baik.

Perlu Ayah Bunda ingat, tidak semua tingkah anak harus kita respon dengan cara memarahi atau menghukum mereka. Dengan cara ini, orangtua pun bisa lebih tenang dalam menghadapi tingkah buah hati.

Jadi, cara pertama dalam mengendalikan emosi terhadap anak adalah memilih- milih kesalahan anak yang penting- penting saja. Contohnya jika anak bersikap buruk dengan orang lain atau menolak mengerjakan PR nya.

Sedangkan untuk kesalahan yang relatif ‘ringan’, seperti lupa menaruh sepatu di tempatnya usai pulang sekolah, bisa kita sikapi tanpa marah.

2. Segera Tenangkan Diri Saat Ingin Marah

Saat mendapati tingkah anak yang menjengkelkan, orangtua kerap naik pitam, dan akhirnya membentak atau berteriak. Ayah Ibu bisa menghindari luapan emosi ini dengan menenangkan diri lebih dulu dan membuat perasaan lebih rileks.

Pertama- tama, menjauhlah lebih dulu dari anak. Misalnya ke kamar atau ke dapur. Cobalah untuk menarik nafas sedalam mungkin, lalu hembuskan. Ulangi metode ini beberapa kali sampai emosi Ayah Ibu lebih stabil dan perasaan lebih tenang.

Saat sudah merasa lebih tenang, baru ajak anak bicara kembali. Berikan mereka arahan dengan tenang tapi tegas, untuk tidak mengulangi perilaku mereka.

3. Cobalah Menghitung

Selain memberi ketegasan pada anak, berhitung satu sampai sekian bisa menjadi cara selanjutnya untuk mengendalikan emosi orangtua pada anak.

Misalnya saja saat anak tidak mendengarkan teguran orangtua untuk merapikan mainan. Bunda bisa menggunakan trik ini, “Ayo rapikan mainannya sekarang yaa… Bunda hitung sampai sepuluh. Kalau sampai sepuluh belum rapi, adek tidak boleh lagi pakai mainan ini. Satu… dua… tiga…”

Langkah menghitung ini akan membuat anak lebih aware terhadap kewajibannya merapikan mainan. Di satu sisi, Ibu punya jeda untuk memberi peringatan selanjutnya jika anak masih juga belum mematuhi perintah. Dan tentu saja, tanpa teriakan dan bentakan terhadap anak.

4. Hindari Hukuman Fisik

Cara selanjutnya dalam mengendalikan emosi adalah menghindari memukul atau memberikan hukuman fisik apapun pada anak. Apapun alasannya, melakukan kekerasan pada anak adalah hal yang tidak bisa dibenarkan.

Selain itu, memukul juga mengajarkan anak bahwa menyakiti orang lain diperbolehkan. Ini bisa menyebabkan anak percaya bahwa cara memecahkan masalah dengan kekerasan sama sekali bukan masalah.

Memberikan hukuman fisik pada anak juga tidak akan membuat orangtua merasa lebih baik. Bukannya lega dan menyelesaikan masalah, orangtua justru dihantui perasaan bersalah dan emosi negatif lainnya.

Kekerasan juga bisa membuat anak kehilangan kepercayaan pada orangtua. Akibatnya, perilaku buruk pada anak bisa semakin menjadi- jadi.

Menurut Journal of Psychopathology, 8 dari 10 remaja mengungkapkan bahwa hukuman fisik seperti pukulan atau tamparan dari orangtua sangat menyakiti mereka dan meninggalkan efek negatif pada dirinya.

5. Mengendalikan Cara Bicara

Orangtua perlu tenang dalam menangani masalah. Termasuk dalam berbicara dan mengkomunikasikan apapun pada anak.

Semakin tenang orangtua saat berbicara, maka semakin mudah untuk Ayah Bunda menenangkan perasaan dan menahan emosi. Sebaliknya, makian dan bentakan justru membuat perasaan semakin kacau dan amarah semakin naik.

Oleh sebab itu, cara terbaik dalam mengendalikan emosi pada anak adalah mengendalikan cara bicara kita terlebih dulu. Hal ini memang perlu dilatih. Karena semakin sering dilatih, Ayah Bunda akan semakin mudah menguasai diri dan membuat anak mengerti bahwa perilakunya salah.

Lembaga kesehatan Stanford Children Health menyarankan orangtua agar menggunakan kata “Saya” dan sejenisnya, daripada kata “Kamu” yang merujuk pada anak, saat marah. Contohnya, “Bunda tidak suka adek melakukan ini karena…”, bukan “Kamu itu bikin Bunda pusing setiap hari.”

6. Hindari Perkataan Kasar

Stanford Children Health mengungkap bahwa perkataan kasar pada anak juga salah satu bentuk penganiayaan kepada anak. Kenyataannya, kekerasan verbal memang membekas lama di ingatan anak.

Maka dari itu, saat sedang marah, tips selanjutnya dalam mengendalikan emosi pada anak adalah menghindari perkataan kasar dan memilih kata- kata yang baik. Perkataan baik bisa membuat anak menyadari kesalahannya.

Sebaliknya, kata- kata kasar akan membuat mereka kesal, sakit hati, hingga trauma.

7. Hindari Ancaman yang Mustahil atau Berlebihan

Saat terbawa emosi, tidak jarang orangtua memberikan ancaman yang berlebihan dan sifatnya mustahil. Misalnya saja, “Kalau sampai kamu pecahkan piring lagi, Bunda akan potong tanganmu.”

Selain berlebihan dan seharusnya mustahil untuk kita lakukan pada anak sendiri, ancaman ini terdengar mengerikan untuk anak. Ancaman ini bisa menciptakan krisis kepercayaan pada anak.

Atau bisa juga, anak meyakini bahwa ancaman ini hanya omong kosong belaka. Sehingga anak beranggapan bahwa itu tidak begitu berarti dan tidak timbul efek jera.

Ancaman berbau kekerasan jelas tidak diperbolehkan. Alih- alih mengatakan kalimat ancaman seperti itu, cobalah langsung memberi contoh untuk anak. Jangan sampai ancaman ini justru memberi dampak negatif yang lebih jauh lagi untuk anak.

8. Tunda Melakukan Sesuatu saat Sedang Marah

Dalam situasi marah, tanyakan pada diri sendiri apa yang sebenarnya sedang membuat kita marah. Tunda melakukan apapun sampai emosi dan amarah kita mereda.

Marah adalah emosi normal pada manusia. Sayangnya, dampaknya bisa sangat luar biasa saat amarah ini tidak terkendali, terlebih saat kita bertindak berdasarkan amarah ini.

Dalam kebanyakan kasus, orang sering menyesali perbuatannya karena terbawa emosi sampai melakukan kekerasan pada anak. Oleh sebab itu, cobalah untuk mengendalikan emosi lebih dulu agar anak tidak menjadi korban dan pada akhirnya kita menyesal.

Tags:

You Might also Like