Type to search

Good Parenting

5 Tanda Orangtua Menerapkan Pola Asuh yang Tepat pada Anak

Menerapkan Pola Asuh Tepat pada Anak

Setiap orangtua selalu menginginkan yang terbaik untuk tumbuh kembang buah hatinya. Dengan maksud dan tujuan ini, orangtua selalu ingin bisa menerapkan pola asuh yang tepat. Tapi seperti apa tanda- tandanya? Bagaimana Ayah Bunda tahu bahwa sudah menerapkannya?

Bicara tentang pola asuh yang tepat, mungkin ada standar yang berbeda- beda dari setiap orangtua. Ada yang merasa pola asuh tepat sudah diberikan saat anak bisa rangking di sekolah. Ada juga yang merasa sudah memberi pola asuh terbaik saat anak pintar hafalan. Bagaimana dengan Ayah Ibu?

Tanda Orangtua Menerapkan Pola Asuh Tepat

Pada dasarnya setiap anak dibekali dengan kelebihan dan keunikan masing- masing. Ada yang jago di bidang akademis, ada yang pintar dalam hafalan, ada yang punya keahlian seni, dan ada juga olahraga fisik.

Pencapaian dalam keahlian tertentu tidak bisa menjadi tolak ukur utama orangtua menerapkan pola asuh yang tepat. Sama hal nya jika anak kurang pintar dalam pelajaran di sekolah, ini bukan berarti orangtua sudah gagal dalam mendidik anak.

Nah, berikut ini adalah beberapa tanda bahwa orangtua telah menerapkan pola asuh yang tepat untuk anak- anaknya :

1. Anak tidak takut untuk menunjukkan perasaannya

Tidak semua anak bisa menunjukkan perasaan, emosi, atau suasana hati kepada orang tuanya. Ada beberapa anak yang ingin mengungkapkan apa yang mereka rasakan, tapi takut diabaikan atau mereka merasa berjarak dengan orangtuanya.

Tapi jika di depan orangtua anak bisa mengungkapkan ini dengan mudah, seperti “Bunda aku sedih, mau menangis”, “Adek lagi marah/ kesal, Bunda” atau “Aku senang sekali hari ini, Bunda.

Ini adalah tanda penting bahwa anak merasa aman secara emosional dengan orangtuanya. Anak juga punya kepercayaan bahwa orang tuanya memperhatikan dan mendengarkannya.

2. Anak mau curhat dengan orangtuanya

Jika orangtua adalah tempat pertama yang dituju saat anak menghadapi masalah, ini berarti orang tua berhasil menyediakan rasa aman dan nyaman untuk anak. Hubungan orangtua dan anak hangat, serta anak merasa orangtua bisa membantu mereka menemukan jalan keluar.

3. Anak bisa berdiskusi apapun dengan orangtua

Diskusi antara orangtua dan anak adalah sinyal positif dalam sebuah hubungan kekeluargaan. Ini artinya kedua belah pihak mampu saling menerima, terbuka, dan fleksibel.

Diskusi orangtua dan anak- anak bisa terjadi saat orangtua bisa menghargai hak dan pendapat anak tanpa ada perasaan menghakimi. Hal ini akan membangun citra positif dan kepercayaan diri pada anak.

4. Tidak ada labelling 

Labelling adalah salah satu bentuk kekerasan verbal pada anak. Padahal, memberi label negatif sama sekali tidak memperbaiki perilaku anak dan justru sebaliknya.

Orangtua disarankan untuk bisa membedakan antara pelaku dan perilakunya. Saat mendapati anak berperilaku buruk, maka yang orangtua perlu lakukan adalah meluruskan perilakunya, bukan memberikan label negatif seperti “anak nakal”, “bodoh”, “pemalas”, dsb.

Hal ini akan membantu anak mengenali kesalahannya tanpa merasa dirusak citra dirinya.

Kenali 6 Bahaya Kekerasan Verbal pada Anak dan Memutus Mata Rantai Kekerasan

5. Anak berkembang sesuai minat dan bakatnya

Mengembangkan minat dan bakat  anak bisa mendorong rasa percaya diri mereka sesuai bidang yang cocok untuk anak. Anak akan lebih bersemangat dalam meraih prestasinya dan mengoptimalkan setiap kesempatan yang dimiliki.

Artinya, mendorong anak berkembang sesuai minat bakat sangatlah penting, terutama saat mereka menjalani masa- masa remaja. Perhatian anak akan terfokus pada minat dan bakatnya yang bisa menolongnya terhindar dari pengaruh negatif.

Kesimpulan

Setiap anak- anak punya kesempatan untuk meraih apa yang mereka inginkan dan tetap menjadi anak- anak yang bahagia dan ceria. Kuncinya utamanya adalah dengan menerapkan pola asuh yang tepat.

Dengan pola asuh yang baik, anak- anak akan tumbuh menjadi manusia generasi masa depan yang hebat.

Tags:

You Might also Like