Type to search

Good Parenting

Mengenal Tiger Parenting: Pola Asuh yang Ketat dan Otoriter

Mengenal pola asuh Tiger Parenting

Selain Positive Parenting dan Helicopter Parenting, ada juga gaya pengasuhan yang terkenal dengan nama Tiger Parenting. Berbeda dengan positive parenting yang penuh dengan kehangatan, pola asuh tiger parenting identik dengan cara yang keras secara berlebihan.

Apa itu Tiger Parenting?

Tiger parenting atau pola asuh macan adalah gaya pengasuhan anak yang ketat dan otoriter. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Amy Chua, seorang profesor hukum Amerika keturunan Cina, dalam bukunya Battle Hymn of the Tiger Mother yang terbit tahun 2011.

Dalam buku ini, Chua menggambarkan pengalamannya mendidik kedua putrinya dengan standar yang sangat tinggi dan ekspektasi yang besar dalam bidang akademik maupun non-akademik. Chua melarang putrinya menonton TV, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang dianggap tidak penting, mendapatkan nilai di bawah A, dan gagal dalam berbagai kompetisi musik klasik yang mereka ikuti.

Ciri khas utama tiger parenting adalah standar yang sangat tinggi untuk anak, fokus pada prestasi akademis, kedisiplinan yang ketat, penegasan aturan secara konsisten, dan kurangnya pujian maupun penghargaan secara verbal kepada anak. Orang tua dengan pola asuh macan dianggap selalu menuntut yang terbaik dari anak-anak mereka. Mereka juga menjadi sosok yang kurang hangat dan jarang memperlihatkan kasih sayang secara fisik.

Ciri-ciri Utama Pola Asuh Tiger Parenting

Pola asuh macan dikenal dengan tuntutannya yang sangat tinggi dan kedisiplinan yang ketat terhadap anak-anak. Beberapa ciri utama dari pola asuh ini antara lain:

1. Tuntutan Prestasi Tinggi

Orang tua Tiger Parenting sangat menekankan prestasi akademik. Mereka mengharapkan anak-anak mereka mendapatkan nilai sempurna di sekolah. Anak-anak wajib mengikuti les privat tambahan di luar sekolah untuk memperkuat prestasi akademisnya. Orang tua tiger juga sering mengikutkan anak-anak mereka ke kompetisi akademik untuk mengasah kemampuan anak.

2. Kedisiplinan Tinggi 

Orang tua Tiger Parenting sangat disiplin dan tegas. Mereka membuat jadwal harian yang sangat terstruktur dan terencana untuk aktivitas anak, baik aktivitas akademik maupun non-akademik. Anak diharapkan mengikuti jadwal ini dengan disiplin. Orang tua pola asuh macan juga sangat ketat memantau aktivitas dan kemajuan anak.

3. Kurangnya Otonomi Anak

Dalam pola asuh Tiger Parenting, orang tua cenderung mengambil alih kendali atas kehidupan anak. Mulai dari pendidikan, aktivitas harian, teman bermain, hingga masa depan kerja yang diharapkan.

Anak biasanya tidak mendapat banyak kesempatan untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya secara mandiri. Orang tua yang menerapkan pola asuh tiger biasanya sudah sangat detail merencanakan masa depan anak tanpa banyak melibatkan anak.

4. Ekspektasi yang Tinggi

Orang tua Tiger Parenting memiliki ekspektasi yang sangat tinggi terhadap anak-anak mereka. Selain menargetkan nilai sempurna di sekolah, mereka juga mengharapkan anak masuk ke universitas terbaik. Orang tua Tiger Parenting juga menekankan agar anak menjadi yang terbaik di bidangnya. Apapun yang kurang dari sempurna bisa menjadi sebuah kegagalan yang tidak bisa ditoleransi.

Tujuan dan Filosofi Tiger Parenting

Mengarahkan anak dengan hobi yang mendukung prestasi akademis seperti bermain piano

Orang tua tiger parenting memiliki tujuan utama untuk mendidik anak mereka menjadi sukses secara akademis dan finansial. Mereka percaya bahwa dengan menerapkan disiplin yang ketat dan menuntut prestasi akademik tertinggi, anak akan mampu meraih kesuksesan di masa depan. 

Beberapa filosofi utama tiger parenting:

  • Anak harus selalu berprestasi tinggi di sekolah. Terutama dalam mata pelajaran STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika). Nilai rata-rata B adalah standar minimum.
  • Anak harus berlatih dan belajar setiap hari, bahkan saat akhir pekan dan liburan. Tidak ada waktu untuk bersantai atau bermain bebas tanpa tujuan.
  • Kegiatan ekstrakurikuler harus berfokus untuk meningkatkan kemampuan akademik atau keterampilan, seperti les matematika, fisika, piano, dll. 
  • Kedisiplinan dan kerja keras adalah kunci kesuksesan. Orangtua tiger mengajarkan anak disiplin dengan ketat dan agar menghargai pendidikan.
  • Orang tua mengatur jadwal harian anak dan memantau secara ketat aktivitas mereka. Orangtua mengharapkan anak untuk selalu berprestasi unggul dari teman sebayanya.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, orang tua tiger parenting berharap dapat mencetak anak yang sukses dalam bidang akademik dan karir profesional kelak. Mereka percaya bahwa kesuksesan hanya bisa diraih melalui kerja keras dan dedikasi total.

Kelebihan Tiger Parenting

Pola asuh tiger parenting memang identik dengan tegas dan otoriter. Kendati begitu, sebenarnya pola asuh ini juga memiliki beberapa kelebihan, terutama dalam mendorong anak untuk berprestasi. 

1. Anak Terdorong untuk Berprestasi

Salah satu tujuan utama tiger parenting adalah mendorong anak untuk meraih prestasi akademis dan nonakademis semaksimal mungkin. Orang tua dengan pola asuh ini akan menuntut anaknya untuk mendapatkan nilai sempurna di sekolah, menjuarai kompetisi, dan meraih prestasi tertinggi dalam berbagai bidang.

Harapan yang tinggi dari orang tua ini mendorong anak untuk terus belajar dan berlatih keras demi memenuhi ekspektasi orang tua. Alhasil, anak-anak ini seringkali memiliki etos kerja yang tinggi dan fokus dalam meraih prestasi.

2. Kedisiplinan dan Etos Kerja Tinggi 

Tiger parenting sangat menekankan kedisiplinan dan etika kerja keras sejak dini. Anak-anak dididik dengan aturan dan jadwal yang ketat setiap harinya, tanpa banyak waktu bermain dan bersantai. Mereka didorong untuk rajin belajar setiap hari, mengikuti les tambahan, dan menghabiskan waktu untuk terus mengasah kemampuan akademik maupun non-akademik mereka.

Pola asuh yang ketat ini membuat anak menjadi terbiasa disiplin dan memiliki etos kerja tinggi sejak kecil. Kedisiplinan dan kerja keras yang orangtua tanamkan sejak dini inilah yang membuat banyak anak dari tiger parents mampu meraih kesuksesan di bidang akademik maupun karier.

Kekurangan Tiger Parenting

Pola asuh Tiger Parenting tentu juga memiliki beberapa kelemahan yang harus orangtua perhatikan :

1. Anak Kurang Kreatif

Karena orang tua terlalu fokus pada prestasi akademik, anak menjadi kurang kesempatan untuk mengeksplorasi kreativitas dan minat di luar pelajaran sekolah. Alhasil, anak bisa menjadi kurang inovatif dan imaginatif.

2. Stres dan Depresi

Tekanan yang berlebihan untuk meraih prestasi tinggi bisa membuat anak merasa terbebani, stres, bahkan depresi. Apalagi jika harapan orang tua terlalu tinggi dan tidak realistis. 

3. Hubungan Orang Tua dan anak Renggang

Karena interaksi orang tua dan anak lebih berfokus pada prestasi akademik, hubungan emosional antara keduanya bisa menjadi renggang. Anak merasa kurang didukung secara emosional dan hanya dinilai dari prestasinya.

4. Risiko Perilaku Bermasalah

Sebagai pelampiasan atas tekanan yang mereka rasakan, beberapa anak bisa mulai berperilaku bermasalah. Misalnya saja mulai diam- diam merokok, minum alkohol, membolos sekolah, atau terlibat tawuran.

5. Harga Diri Rendah

Jika selalu merasa gagal memenuhi ekspektasi orang tua, perlahan-lahan anak bisa mengembangkan harga diri yang rendah. Anak akan merasa bahwa diri mereka tidak berharga, dan menjadi tidak percaya diri.

Itu beberapa kelemahan dari pola asuh Tiger Parenting yang perlu para orang tua perhatikan. Terlalu menekankan prestasi akademik berlebihan tanpa memperhatikan perkembangan psikologis anak bisa berdampak negatif jangka panjang.

Perbandingan dengan Pola Asuh Lain

Pola asuh Tiger Parenting sering dibandingkan dengan dua jenis pola asuh populer lainnya, yaitu permissive parenting dan authoritative parenting. Berikut perbedaan utamanya:

1. Permissive Parenting 

Ciri khas permissive parenting adalah orang tua bersikap sangat longgar, memberi sedikit batasan dan kurang menuntut anak. Orang tua permissive cenderung:

  • Memberi kebebasan penuh pada anak untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan.
  • Jarang mengatur atau mendisiplinkan anak.
  • Lebih bersikap sebagai teman daripada orangtua.
  • Kurang terlibat dalam kehidupan dan pendidikan anak.

Permissive parenting bertolak belakang dengan tiger parenting yang sangat ketat dan otoriter. Orang tua permissive berpendapat anak butuh kebebasan untuk tumbuh dan menemukan jati diri mereka sendiri.

2. Authoritative Parenting

Authoritative parenting menekankan keseimbangan antara keleluasaan dan batasan yang wajar. Ciri-cirinya antara lain: 

  • Menegakkan aturan dan batasan yang jelas namun masih memberi kebebasan untuk anak.
  • Bersikap hangat, mendukung minat dan cita-cita anak.
  • Terbuka untuk diskusi dan negosiasi aturan dengan anak.
  • Mendorong kemandirian tapi tetap memonitor perkembangan anak.

Authoritative parenting dianggap sebagai pendekatan terbaik karena menggabungkan kasih sayang dan kedisiplinan. Berbeda dengan tiger parenting yang terlalu otoriter dan kaku.

Tiger Parenting di Indonesia

Pola asuh ketat dan otoriter seperti Tiger Parenting sebenarnya bukan hal asing di Indonesia, terutama di kalangan orang tua yang sangat menjunjung tinggi pendidikan dan prestasi akademik anak.

Meski pertama kali populer di Amerika Serikat, banyak orang tua di Indonesia tanpa sadar menerapkan pola asuh serupa. Contohnya, dengan mendorong anak untuk selalu mendapatkan nilai terbaik di sekolah, mengikuti les tambahan berjam-jam setiap hari, dan memfokuskan aktivitas sehari-hari hanya pada pendidikan akademik.

Sebagian besar orang tua di Indonesia melakukan hal ini dengan tujuan agar anak bisa masuk universitas favorit dan mendapatkan pekerjaan mapan di masa depan. Namun dampak negatif jangka panjang dari tekanan berlebihan ini seringkali tidak disadari.

Secara umum, pola asuh tiger parenting cukup umum ditemui di kota-kota besar Indonesia, terutama di kalangan keluarga berpendidikan dan berpenghasilan tinggi. Namun demikian, para orang tua perlu berhati-hati agar tidak berlebihan hingga berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak. Penerapan pola asuh harus orangtua sesuaikan dengan kebutuhan individu setiap anak.

Dampak Jangka Panjang Tiger Parenting

Saat menerapkan pola asuh macan ini, tentu saja ada dampak jangka panjang yang berlaku pada anak. Dampak ini antara lain : 

1. Prestasi Akademis

Secara umum, anak-anak dengan pola asuh tiger parenting cenderung lebih berprestasi di bidang akademik. Mereka terpacu untuk rajin belajar dan meraih nilai terbaik dalam ujian. Namun demikian, beberapa penelitian menunjukkan bahwa meski anak tiger parenting memiliki prestasi akademis yang baik pada usia dini dan remaja, hal ini bisa berbeda saat mereka dewasa. Ketika memasuki usia dewasa mereka cenderung kurang inovatif, kreatif, dan mandiri. Mereka lebih terpacu untuk menghafal ketimbang berpikir kritis.

2. Hubungan Orang Tua-Anak 

Pola asuh macan yang otoriter dan penuh tekanan kerap membuat hubungan orang tua-anak menjadi renggang. Anak merasa tertekan dan tidak nyaman dengan standar yang orangtua tetapkan sehingga memunculkan rasa benci dan menjauh dari orang tua. Ketika dewasa, anak cenderung menjaga jarak dari orang tua dan menghindari keterlibatan dalam kehidupan keluarga.

3.  Kesehatan Mental

Tekanan berlebih yang dibebankan pada anak dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental anak. Anak tiger parenting berisiko mengalami kecemasan, depresi, gangguan makan, hingga kecenderungan bunuh diri akibat tekanan yang tinggi untuk meraih prestasi. Mereka juga cenderung memiliki harga diri rendah, sensitif terhadap kritik, dan merasa tidak berdaya. Kondisi mental yang buruk ini dapat berlanjut hingga dewasa.

Cara Menerapkan Tiger Parenting Secara Bijak

Pola asuh tiger parenting memang terkenal tegas dan keras. Namun, ada cara-cara bijak yang bisa dilakukan agar penerapannya tidak berlebihan dan tetap memperhatikan kebutuhan anak.

1. Adaptasi

Orang tua harus peka dan mengadaptasi penerapan tiger parenting sesuai karakter dan kemampuan anak. Jangan memaksakan standar yang terlalu tinggi atau target yang sangat berat di luar batas kemampuan si anak. Pahami bahwa setiap anak unik dan memiliki talenta serta minat yang berbeda-beda.

2. Keseimbangan dengan Pola Asuh Lain  

Tiger parenting tidak harus diterapkan secara total dan tanpa kompromi. Bisa dicoba untuk menyeimbangkannya dengan pola asuh authoritative yang hangat, bersahabat, dan demokratis. Dengarkan juga masukan dari anak, beri mereka kebebasan mengekspresikan diri, dan luangkan waktu berkualitas bersama keluarga.

3. Memperhatikan Kebutuhan Anak

Meski tegas, orang tua tiger tetap harus peka terhadap kebutuhan emosional dan psikologis anak agar mereka tumbuh dengan sehat dan bahagia. Berikan dukungan positif dan pujian ketika mereka berhasil, jangan hanya mengkritik kesalahan. Berikan waktu bermain dan bersosialisasi agar anak tidak stres. Penting juga untuk memenuhi kebutuhan gizi, istirahat, dan kesehatan anak.

Dengan adaptasi dan keseimbangan yang tepat, tiger parenting dapat diterapkan tanpa melupakan kebutuhan penting anak agar mereka dapat tumbuh optimal secara akademis dan psikologis.

Kesimpulan

Tiger parenting merupakan salah satu gaya pengasuhan yang paling ketat dan disiplin. Meskipun dikritik karena cenderung  otoriter, gaya asuh ini memiliki tujuan yang baik yaitu mendorong anak untuk sukses dalam prestasi akademik dan non-akademik.

Gaya asuh tiger parenting ditandai dengan harapan yang sangat tinggi kepada anak, kedisiplinan yang ketat, dan pengawasan konstan dari orang tua. Pola asuh ini didasarkan pada keyakinan bahwa tekanan, pujian bersyarat, dan kritik konstruktif dapat mendorong anak untuk mencapai potensi maksimal mereka.

Walaupun gaya pengasuhan tiger parenting memiliki beberapa manfaat, tetap harus diterapkan dengan bijak dan tidak berlebihan. Orang tua perlu menunjukkan kasih sayang, memahami kebutuhan anak, dan memberikan dukungan emosional juga. Keseimbangan antara disiplin dan kelembutan penting agar anak tidak tertekan atau kehilangan motivasi.

Tiger parenting layak dicoba oleh orang tua yang ingin mendorong anaknya meraih prestasi tinggi, tetapi harus dilakukan dengan penuh kasih sayang. Menjadi “macan” yang menuntut, tetapi juga memberikan “belaian” lembut. Dengan kombinasi disiplin dan dorongan positif, anak bisa berkembang optimal dalam lingkungan tiger parenting.

Tags:

You Might also Like