Demi Anak, Terapkan 9 Tips Pengasuhan Positif yang Mengajarkan Anak Perilaku Baik
Berdasarkan studi yang dilakukannya pada 1920, psikiater Rudolf Dreikurs dan Wina Alfred berpendapat kalau hubungan yang anak miliki dengan keluarga berdampak signifikan terhadap perkembangan kepribadiannya. Saat orangtua menerapkan pengasuhan positif, anak- anak akan tumbuh berperilaku baik.
Pengasuhan positif ini sendiri banyak jenisnya. Namun salah satu yang menarik dan hasilnya sangat bisa dirasakan adalah gaya pengasuhan yang menekankan pentingnya saling menghormati dan menggunakan instruksi positif dalam proses mendisiplinkan anak.
Gaya parenting ini berfokus pada mengajarkan perilaku positif di masa depan, alih- alih menghukum perilaku buruk anak di masa lalu. Dalam pola asuh ini, orangtua cenderung lebih lembut terhadap anak- anak mereka.
9 Tips Pengasuhan Positif untuk Mengajarkan Anak Perilaku Baik
Untuk Ayah Bunda yang ingin menerapkan pola pengasuhan ini, berikut rangkuman tips pengasuhan positif yang mengajarkan anak perilaku baik dari ParentingCenter.id :
1. Selalu Tunjukkan Kasih Sayang untuk Anak
Menurut Centers for Disease Control and Prevention, tahun- tahun awal kehidupan seorang anak sangat penting untuk tumbuh kembang yang sehat. Dalam hal ini, anak- anak dari semua kemampuan, termasuk anak- anak berkebutuhan khusus, perlu lingkungan yang memenuhi kebutuhan sosial dan emosional mereka untuk bertumbuh.
Mempunyai rumah yang aman, kasih sayang, dan bisa menghabiskan waktu bersama untuk berbagai aktivitas anak seperti berbicara, membaca, dan bernyanyi. Anak juga membutuhkan ruang yang mendorong tumbuh kembang yang sehat dan mendorong anak- anak untuk mempunyai pandangan dunia yang lebih positif.
2. Bantu Anak Mengembangkan Rasa Tanggungjawab
Ajarkan anak untuk membantu pekerjaan rumah tangga sesuai dengan usia tumbuh kembangnya. Misalnya, di usia balita anak bisa membantu Ibu merapikan tempat tidurnya, membereskan mainan sendiri, dan membuang sampah di tempatnya. Anak usia remaja atau lebih besar bisa membantu Ibu berbelanja di warung, mencuci pakaian sendiri, dan menyapu.
Selain itu, ajak anak turut serta juga dalam kegiatan rumah yang melibatkan keluarga. Misalnya saja menyiapkan piring dan gelas saat akan makan. Dengan menjalani kegiatan ini, anak berkontribusi dalam pemeliharaan rumah yang sehat dan mengajarkan anak mandiri.
Memberi anak tugas rumah juga membantu mereka merasa bangga karena ikut bertanggung jawab dengan kebutuhan rumah. Dengan saling membantu, tugas Ibu di rumah juga terasa lebih ringan.
3. Ajari Anak untuk Menghormati Diri Sendiri dan Orang Lain
Orangtua bisa menanamkan The Golden Rule pada anak sejak dini, yaitu bahwa anak harus memperlakukan orang lain sebagaimana ia ingin diperlakukan.|
Balita punya kecenderungan untuk mengulang apa yang ia lihat di rumah. Maka dari itu, orangtua perlu menjadi teladan yang baik untuk anak. Jika anak sering melihat orangtuanya membantu orang yang membutuhkan, anak akan meniru perilaku ini.
Untuk mengasah perilaku positif ini, orangtua juga bisa mendaftarkan anak mengikuti kegiatan berkelompok, seperti olahraga, menarik dan bela diri. Kegiatan ini dapat membantu anak mengembangkan empati dan perilaku positif lainnya.
4. Mendisiplinkan Anak dengan Lembut
Mendisiplinkan anak tidak harus dengan cara yang keras dan menggebu- gebu. Kenyataannya, mendisiplinkan anak dengan lembut tapi lugas justru lebih menunjukkan hasil yang efektif.
Melansir dari Positive Discipline, Dr. Jane Nelson, seorang terapis pernikahan dan keluarga berlisensi, serta konselor anak, tindakan yang terlalu keras dalam mendisiplinkan anak justru menghasilkan “4R” yang tidak membantu anak- anak belajar. 4R ini artinya Resentment (dendam), Rebellion (pemberontakan), Revenge (balas dendam), dan Retreat (mundur).
Secara umum, hukuman juga tidak menghentikan perilaku buruk anak dan tidak mengajarkan mereka tentang perilaku baik. Nelson juga mengungkap kalau orangtua kerap tidak menggunakan metode refleksi kesalahan sendiri di kamar atau time-out dengan benar.
Alih- alih menekankan Time-Out, orangtua bisa menerapkan Time-in. Time-in menekankan koneksi, bukan isolasi yang membatasi gerakan anak. Dengan koneksi yang terjalin, anak- anak merasa lebih terhubung dengan orangtua dan lebih mudah mengikuti bimbingannya.
5. Buat Aturan yang Jelas dengan Konsekuensi dan Konsistensi
Dalam belajar disiplin, anak- anak perlu memahami konsep konsekuensi saat mereka melanggar aturan. Pemahaman ini wajib mereka dapatkan sebelum aturan secara resmi ditetapkan. Setelah itu, orangtua juga harus konsisten dalam menindaklanjuti.
Tapa konsistensi, anak- anak akan mengalami kebingungan. Mereka justru terpancing untuk membuat keonaran demi menguji pelanggaran yang mereka lakukan. Atau bahkan, sekedar menantang batas untuk melihat seberapa jauh orangtuanya akan menindaklanjuti.
Oleh sebab itu, hindari mengancam anak untuk menghentikan perilaku buruk mereka jika orang tua sendiri tidak berencana menindaklanjuti.
6. Bantu Anak Menetapkan SMART, alias Tujuan yang Ingin Dicapai
Orangtua perlu mengenali keterampilan dan minat khusus anaknya agar bisa membantu mereka menetapkan tujuan. Tanyakan pada anak- anak apa yang ingin mereka capai, atau hal apa yang ingin anak kuasai dan banggakan di masa depan.
Tentunya orangtua bisa mengemas pertanyaan ini menjadi obrolan yang ringan sesuai dengan usia anak. Setelah anak menjawab tujuannya, bantu mereka untuk meraih tujuan itu dengan konsep S.M.A.R.T. Konsep S.M.A.R.T artinya Specific (spesifik), Measurable (terukur), Achievable (dapat dicapai), Relevant (relevan), dan Timely Goals (tepat waktu).
Sebagai contoh saat anak suka sekali menggambar dan suka menggambar setiap saat. Alih- alih mempunyai tujuan untuk membuat lebih banyak gambar, Ibu bisa mengajak anak untuk menentukan jenis- jenis gambar yang bisa dibuat dalam waktu tertentu. Misalnya saja anak akan menggambar hewan- hewan selama tiga hari.
Dengan menetapkan konsep ini, anak terbiasa punya gambaran tentang apa yang ingin ia raih. Anak akan belajar mengenai tekad dalam mencapai tujuannya.
7. Berikan Pujian untuk Perilaku Positif Anak
Beberapa orangtua kerap fokus pada perilaku buruk anak. Alih- alih fokus pada perilaku buruk anak, lakukanlah sebaliknya. Coba perhatikan perilaku baik mereka dan memberi pujian untuk hal baik itu.
Misalnya saja dengan berkata, “Terimakasih kakak sudah membantu Bunda hari ini. Kakak melakukan hal yang sangat baik hari ini!” Memberikan pujian pada anak akan membuat mereka merasa mendapat apresiasi, sekaligus dukungan untuk melakukan kebaikan lainnya.
Selain itu, pujian terhadap perilaku juga membantu anak berfokus pada proses daripada hasil. Hal ini bisa membantunya mengurangi kecemasan dan stres saat masuk usia sekolah nanti.
8. Jangan Lupa Menjaga Diri
Kunci dari pola asuh ini adalah menunjukkan kelembutan saat membimbing dan mendisiplinkan seorang anak. Kendati begitu, tak dipungkiri juga jika orangtua bisa cemas, lelah, dan sedih. Hal ini tidak jarang membuat orangtua kelepasan dan tidak bisa bersikap santai.
Untuk mengantisipasi ini, cobalah menemukan waktu setiap hari atau seminggu sekali untuk bersantai atau melakukan hal yang Ayah Bunda sukai. Kendati tidak mudah dilakukan, pastikan orangtua juga memberi ruang untuk diri sendiri dengan waktu ‘Me-Time’.
Untuk ibu misalnya, bisa bekerjasama dengan suami untuk mendapat waktu sejenak perawatan rambut, membeli makanan favorit atau menikmati spa untuk mengatasi kelelahan fisik dan emosional.
9. Jangan Pernah Menyerah pada Anak
Menjadi orangtua memang kadang melelahkan. Namun percayalah, dengan kelembutan, humor, ketekunan dan niat baik, orangtua bisa menyelesaikan masalah bersama anak dengan baik. Dengan dukungan orangtua, bahkan anak yang paling bermasalah sekalipun bisa menjadi anak yang kembali berperilaku positif.
Setiap hal membutuhkan proses tentunya. Menanamkan perilaku baik pada anak tidak cukup hanya sehari dua hari, melainkan waktu yang panjang dan proses terus menerus. Dengan mengingat tujuan, hal ini bisa membuat orangtua tetap bersemangat dan tidak menyerah dalam menerapkan pola pengasuhan positif ini.
Kesimpulan
Menjadi orangtua adalah tanggung jawab yang menantang untuk seumur hidup. Menyadari tanggungjawab yang tidak ringan ini, banyak orangtua yang sering bersikap keras dalam mendidik dan mendisiplinkan anak- anak mereka.
Padahal, kekerasan bukan cara ampuh untuk mendidik anak menjadi patuh. Sebaliknya, hal ini justru membuat anak trauma dan menjauhkan diri dari orangtuanya. Semakin anak merasa jauh, semakin sulit mereka menerima masukan dan bimbingan dari orangtua.
Sebaliknya, saat orangtua menerapkan kasih sayang dan kebaikan dalam pengasuhan, anak akan merasa aman dan lebih mendengar nasehat orangtuanya. Anak menjadi lebih mudah mengikuti apa yang orangtua contohkan dan menjadi pribadi yang berperilaku positif.
Dengan menerapkan tips pengasuhan positif ini, mudah- mudahan memberikan dampak yang baik untuk perilaku anak. Ayah Bunda akan melihat hasilnya lewat tumbuh kembang putra- putri tercinta dan menyukai hasilnya.
Follow untuk Mendapat Tips Parenting Gratis :
Ikuti Ikuti Ikuti