Type to search

Tumbuh Kembang

Penyebab Anak Terlambat Bicara dan 12+ Terapi untuk Mengatasinya

Penyebab dan terapi mengatasi anak terlambat bicara

Orangtua biasanya mulai panik saat merasa bahwa anaknya mengalami terlambat bicara. Terlambat bicara memang kerap menjadi keluhan orangtua. Pemicunya pun beragam. Mulai dari faktor kelainan perkembangan bicara, gangguan pendengaran, disabilitas intelektual atau karena minimnya komunikasi antara orangtua dan anak.

Untuk itu, peran serta orangtua sangat penting dalam mendukung tumbuh kembang anak dan memberikan stimulasi.

ParentingCenter.id telah merangkum dari berbagai sumber tentang penyebab utama anak terlambat berbicara dan sekaligus terapi yang bisa membantu buah hati untuk mengembangkan kemampuan berbicaranya.

A. Penyebab Anak Terlambat Berbicara

Ada beberapa faktor yang menyebabkan masalah keterlambatan berbicara pada anak. Beberapa faktor ini antara lain sebagai berikut :

A.1 Keturunan dan Temperamental

Faktor keturunan dan temperamental juga bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan anak terlambat bicara. Saat ada riwayat dari keluarga sebelumnya yang mengalami kondisi terlambat berbicara, hal serupa bisa terjadi pada keturunannya.

Sedangkan untuk faktor temperamental, ini kerap terjadi saat orangtua kurang mengantisipasi kebutuhan anak. Orangtua biasanya terlalu cuek sehingga menunggu anak memintanya sendiri daripada bertanya tentang apa yang anak inginkan.

A.2 Kelahiran Prematur

Kelahiran prematur juga menjadi penyebab selanjutnya seorang anak cenderung mengalami keterlambatan berbicara. Kelahiran dini tidak jarang membuat anak membutuhkan waktu lebih lama dalam proses tumbuh kembangnya, termasuk dalam hal berbicara.

Kendati begitu, kondisi setiap anak tentunya berbeda- beda. Ibu juga bisa mengkomunikasikannya dengan dokter spesialis terkait kondisi buah hati. Kondisi ini biasanya mulai membaik saat usia anak mencapai 2 tahun.

A.3 Infeksi Kronis Telinga

Penyebab selanjutnya yang menyebabkan anak telat berbicara adalah karena infeksi kronis pada telinga. Jika cairan di dalam telinga ini terus berlanjut, bahkan mencapai tahun pertama, ini akan berdampak buruk pada pendengaran anak saat mulai memproses bahasa.

Akibatnya, anak akan mengalami keterlambatan dalam berbicara.

Selain penyebab di atas, faktor lain yang bisa menyebabkan anak terlambat bicara adalah beberapa kelainan, seperti autis, apraxia (kesulitan berbicara karena masalah otot), down sindrom, dan cerebral palsy.

B. Tahapan Berbicara Anak sesuai Usia Tumbuh Kembangnya

Pada umumnya, setiap anak bisa mempunyai tahap perkembangan berbicara yang berbeda- beda. Kendati begitu, ada patokan usia dimana anak mulai membutuhkan bantuan atau tidak.

Berikut tahapan anak berbicara sesuai usia tumbuh kembangnya :

B.1 Usia 3 Bulan

Bayi usia 3 bulan berbicara dengan suara yang tidak mempunyai arti, atau biasa kita sebut bahasa bayi. Di tahapan usia ini, anak lebih banyak berkomunikasi dengan menggunakan ekspresi. Misalnya dengan tersenyum saat melihat atau mendengarkan suara ibunya.

B.2 Usia 6 Bulan

Anak mulai bisa mengeluarkan suara- suara yang berbeda dan terdengar jelas suku katanya, meski masih belum kita pahami artinya. Misalnya saja mengucapkan “da-da” atau “pa-pa”.

Di akhir usia enam bulan, bayi sudah bisa bersuara untuk mengekspresikan kondisinya saat sedih atau senang. Bayi kemudian akan melihat ke arah yang menimbulkan suara dan memperhatikan alunan musik. Saat Bunda menyebut namanya, ia sudah bisa menoleh ke arah Bunda.

B.3 Usia 9 Bulan

Menginjak usia sembilan bulan, bayi mulai bisa memahami beberapa kata dasar seperti “ya” atau “tidak”. Ia juga bisa menggunakan nada suara yang lebih luas lagi.

B.4 Usia 12 Bulan

Menginjak usia satu tahun, bayi biasanya sudah bisa mengucapkan kata- kata sederhana seperti “Papa” atau “Mama” dan menirukan kata- kata yang orangtuanya ucapkan.

Di usia ini, anak biasanya juga sudah bisa memahami beberapa perintah. Misalnya saja “Ayo, kemari” atau “Ambil botolnya”. Selain itu, bayi juga bisa mengenali beberapa benda, seperti boneka, botol susu, atau sepatu.

B.5 Usia 18 Bulan

Bayi mulai bisa mengucapkan sekitar 10-20 kata dasar di usia ini. Kendati begitu, anak juga masih mengucapkan beberapa kata dengan belum jelas. Misalnya saja mengucap kata “minum” dengan sebutan “num”.

Di usia 18 bulan, bayi bisa mengenali nama orang, benda, dan beberapa bagian tubuh. Ia juga bisa mengikuti petunjuk sederhana yang disertai dengan gerakan.

B.6 Usia 24 Bulan

Kosakata anak semakin meningkat di tahapan usia ini. Bayi berusia dua tahun biasanya bisa mengucapkan setidaknya 50 kata dan berkomunikasi dengan menggabungkan dua kosakata, seperti “mau main”. Anak juga mulai memahami pertanyaan sederhana.

B.7 Usia 3-5 Tahun

Di tahapan usia ini, kosakata anak meningkat semakin pesat. Menginjak usia 3 tahun, sebagian besar anak bisa menguasai sekitar 300 kosakata baru.

Mereka juga bisa memahami kalimat perintah yang lebih panjang. Misalnya saja, “Adek nanti cuci tangan dan kaki ya” atau “Setelah bermain jangan lupa kita bereskan ya..”

Sedangkan di usia 4 tahun, anak umumnya bisa berbicara dengan kalimat yang lebih panjang dan menjelaskan tentang sebuah peristiwa. Kemudian di usia 5 tahun, anak sudah mulai bisa berbincang- bincang dengan orang lain.

C. Terapi untuk Mengatasi Anak Terlambat Berbicara

Ayah Bunda, kondisi anak terlambat berbicara bukanlah kondisi yang tidak bisa diatasi. Ada beberapa jenis terapi yang bisa kita lakukan untuk membantu si kecil untuk mengatasi terlambat berbicaranya.

Dalam hal ini, bukan hanya peran psikiater dan psikolog, tapi juga peran aktif orangtua. Berikut adalah beberapa upaya terapi yang bisa Ayah Bunda lakukan :

1. Belajar dengan Musik

Musik dan nyanyian merupakan salah satu media terapi yang baik untuk anak- anak yang mengalami keterlambatan bicara. Terlebih, keduanya selalu menarik perhatian anak- anak.

Saat anak sudah tertarik, mereka cenderung menirukan bahasa, gerakan, dan isyarat dari musik yang ia dengar dan tonton. Itulah mengapa car ini terbilang efektif sebagai terapi penyembuhan. Bahkan saat musik sudah mati sekalipun, musik yang masih terngiang- ngiang kerap membuat anak terus bernyanyi dan menari dengan sendirinya.

Dalam memilih musik dan nyanyian untuk anak- anak, tentunya perlu Ayah Bunda pilihkan sesuai dengan usia anak. Ada banyak lagu anak- anak dengan irama gembira yang bisa menambah kemampuan berbahasa untuk anak.

2. Sering Bertanya pada Anak

Sudahkah Ayah Bunda sering berkomunikasi dengan anak- anak? Misalnya saja sering bertanya pada anak apakah sudah makan atau menanyakan anak tentang aktivitasnya hari ini.

Sebagai awalan, orangtua bisa mulai menanyakan pertanyaan- pertanyaan sederhana yang bisa anak jawab. Seperti “siapa nama adek?”, “berapa usia adek?”, dan lain sebagainya. Komunikasi sederhana seperti ini bisa mengalihkan perhatian anak, membuat mereka antusias karena merasa diperhatikan, sekaligus meningkatkan kemampuan berbicara dan mendengarkan.

Ayah Bunda juga bisa menambahkan kata- kata manis saat bertanya dan merespon nya kembali dengan antusias. Anak mungkin belum bisa menjawab dengan baik, tapi latihan ini akan sangat penting untuk meningkatkan kemampuannya.

3. Menirukan Kata- kata Anak dan Membenarkannya

Ada rentang usia dimana buah hati belum bisa berbicara dengan jelas. Meski begitu, cobalah untuk tetap menyimak dengan baik dan memperhatikan suara- suara yang anak ucapkan.

Saat Ayah Bunda tidak mengerti maksud pembicaraan anak, ulangi lagi suaranya sesuai yang Bunda tangkap. Cara ini akan membantu si kecil untuk berbicara dengan orangtuanya dan membiasakan diri meniru kata- kata dan nada bicara orangtua.

Proses ini memang membutuhkan proses yang tidak sebentar. Jadi Ayah Bunda perlu bersabar dan tetap memberikan si kecil kesempatan sebanyak mungkin untuk terbiasa mengobrol dengan Ayah Bunda.

4. Berbicara sambil Bergerak

Saat berbicara dengan buah hati, orangtua juga perlu aktif bergerak dan ekspresif. Misalnya saja saat mengatakan, “Ayo, kita minum susu,” sambil menggoyang- goyangkan botol susu. Atau “Kita beresin mainannya, yuk..” sambil menunjukkan gestur bersemangat dan mulai bergerak membereskan mainan.

Ayah Bunda juga bisa menggunakan tips ini saat mengajarkan anak mengenal bagian- bagian tubuhnya.

5. Mengobrol dengan Narasi

Si kecil memang belum bisa berbicara layaknya orang dewasa. Kendati begitu, Ayah Bunda bisa menggunakan narasi percakapan sehari- hari saat berkomunikasi dengannya. Cara ini layaknya kita sedang bercerita saat melakukan aktifitas dengan buah hati.

Misalnya saja saat akan mengajak si kecil makan, sang Bunda bisa sambil berkata, “Hari ini adek akan makan tim ayam dengan sayur wortel. Sayur wortel ini warnanya orange sayang… nih lihat ada warna orange nya kan.”

Narasi percakapan akan membantu anak untuk memahami obyek tertentu yang orangtuanya katakan. Jadi orangtua bisa menerapkannya dengan terbiasa menggunakan kalimat lengkap padanya.

Misalnya saat anak menunjukkan ke minuman yang ada di atas meja. Bunda tidak langsung mengambilkannya. Melainkan mengucapkan satu atau dua kalimat seperti, “Adek mau minum ya?”

Saat anak merespon dengan anggukan dan senyuman, Bunda bisa melanjutkan, “Bunda ambilkan yaa..” sambil mengambilkannya untuk buah hati. Praktek yang sama bisa orangtua lakukan saat anak akan melakukan aktivitas lain. Seperti saat akan bermain, ganti popok atau akan mandi.

6. Bicara dengan Nada Lambat pada Anak

Beberapa orangtua berbicara terlalu cepat pada anak- anak mereka yang masih berusia balita. Dalam sebagian kasus, secara tidak langsung ini memicu anak- anak mengalami kondisi keterlambatan bicara karena kurang memahami apa yang orangtua mereka sampaikan.

Untuk menghindari anak terlambat berbicara, cobalah untuk bicara dengan nada yang lebih lambat pada anak. Namun tidak juga terlalu lambat, dan beri penegasan dalam beberapa kata.

Dengan berbicara lebih lambat, anak- anak akan mengerti makna dari kata- kata yang Ayah Bunda nya ucapkan, dari awal hingga akhir. Selain itu, mereka juga bisa menangkap ekspresi orangtua dan menirukannya.

7. Bermain Peran

Saat mempunyai anak, terkadang orangtua perlu berakting menjadi seorang anak kecil. Permainan peran akan mengasah imajinasi anak dan mengembangkan kemampuan verbalnya, termasuk dalam menyimak dan berbicara.

Misalnya saja, Bunda bisa mengajak si kecil bermain dokter- dokteran. Ajak si kecil untuk berpura- pura memeriksa Bunda dan berbicara seolah- olah menjadi dokter yang mendiagnosa Bunda.

8. Permainan Menirukan 

Saat sedang bermain, anak- anak kerap merasa kalau dunianya adalah miliknya sendiri. Biasanya anak akan mudah terlibat saat orangtua berkomunikasi dengan anak dengan metode ini.

Dalam permainan peran, Ayah Bunda bisa ikut bermain bersama anak dan mengajarkan anak untuk berbicara sesuai apa yang ingin ia tirukan. Misalnya saja menirukan hewan sapi dan membuat ekspresi yang mirip saat sapi sedang bersuara.

Selain mudah untuk dilakukan dimana saja dan kapan saja, terapi ini juga membuat anak senang dan mulai ikut berbicara.

9. Permainan Mengenalkan Banyak Benda

Anak bisa mengalami keterlambatan bicara karena mempunyai kosakata yang sangat sedikit. Untuk mengatasinya, permainan mengenal banyak benda akan membantu anak untuk menambah banyak kosakata baru.

Untuk permainan ini, Ayah Bunda bisa mengenalkan anak dengan berbagai tema permainan anak. Misalnya saja mengenal bentuk- bentuk benda, mengenalkan tentang benda- benda di alam, jenis- jenis hewan, dan lain sebagainya.

Selain mengenalkan nama bendanya, jangan lupa juga untuk mengenalkan kegunaan atau peran dari masing- masing benda ya, Ayah Bunda. Hal ini juga berdampak positif untuk si kecil karena meningkatkan pengetahuannya dan juga daya fokusnya.

10. Berlatih dengan Sedotan

Anak- anak bisa mengalami keterlambatan berbicara karena adanya masalah dalam koordinasi otot- otot yang terdapat pada wajah dan mulut. Padahal, kedua otot ini sangat mendukung saat sedang berbicara karena didukung sinyal dari otak.

Untuk itu, kita bisa mengajarkan anak latihan untuk mengoptimalkan koordinasi otot pada wajah dan mulut. Salah satu caranya adalah dengan mengajarkan minum dengan menggunakan sedotan. Cara ini sekaligus bisa membantu anak untuk beralih dari kebiasaan menggunakan botol susu.

Untuk membuat si kecil antusias, Ayah BUnda bisa menyediakan botol minum lucu dengan sedotan atau menyiapkan sedotan warna warni yang disukai anak.

11. Beri Anak Ruang Bermain dengan Teman

Beberapa orangtua mungkin khawatir untuk mengizinkan anak- anaknya bermain di luar rumah. Kendati begitu, cara ini bisa menjadi terapi efektif untuk anak- anak yang mengalami terlambat bicara.

Dengan berbaur bersama temannya, anak- anak akan belajar untuk mengenal lebih banyak kosa kata, berkomunikasi dan berinteraksi. Saat anak bermain bersama temannya, berilah dorongan agar anak mulai membiasakan diri berbicara dengan teman- teman lainnya.

12. Optimalkan Asupan Vitamin D

Terdapat riset yang menjelaskan bahwa anak- anak yang terlambat berbicara bisa dipicu karena saat berada dalam kandungan, sang ibu kekurangan vitamin D. Vitamin D mempunyai peranan penting dalam merangsang kemampuan otak dan bahasa yang ada di dalam otak.

Saat ibu hamil kekurangan vitamin D, hal ini bisa membuat anaknya nanti cenderung mengalami keterlambatan berbicara. Untuk itu, salah satu terapi yang bisa orangtua lakukan adalah dengan memberi asupan vitamin D yang cukup untuk buah hati.

Vitamin D ini bisa kita peroleh secara alami mulai dari berjemur dengan sinar matahari pagi, konsumsi ikan (ikan salmon, ikan tuna, dsb), susu, kuning telur, jamur kancing, seral, minyak ikan, hati sapi, dan sebagainya.

13. Mengajarkan Anak Bahasa Isyarat

Saat anak sudah memperlihatkan kondisi terlambat bicara, orangtua sebaiknya mulai mengenalkan bahasa isyarat. Bahasa isyarat ini nantinya bisa mewakili kosakata yang membantu anak dalam berkomunikasi.

Tidak jarang, anak dengan kondisi terlambat bicara cenderung mudah tantrum karena kesulitan dalam berkomunikasi yang membuat keinginannya sulit terpenuhi. Mungkin anak butuh waktu juga untuk beradaptasi dengan bahasa isyarat ini.

Kendati begitu, setelah beberapa saat anak akan memahami dan berlatih bicara kembali. Ayah Bunda dapat memberikan bahasa isyarat untuk menandai komunikasi beberapa benda yang sering anak butuhkan.

Saat berkomunikasi dengan isyarat ini, jangan lupa Ayah Bunda tetap mengucapkan kosakata secara jelas untuk terus mengasah kemampuan anak berbahasa.

14. Terapi dengan Psikolog Anak

Setelah melakukan semua tahapan di atas, namun masih belum juga mendorong perkembangan anak dalam berbicara secara maksimal, maka orangtua perlu segera membawa anak ke ahlinya.

Bantuan profesional nantinya akan mencari tahu lebih lanjut apa penyebab anak sulit berbicara. Jika hal ini berkaitan dengan otak, syaraf atau telinga, nantinya anak akan mendapatkan rujukan untuk penanganan oleh ahli lainnya.

Di tahap ini, dukungan Ayah Bunda sangat diperlukan. Kondisi anak terlambat bicara bukanlah kondisi yang tidak bisa dibutuhkan. Meski begitu, perlu kesabaran dari orangtua dalam menerapkan terapi- terapi yang dianjurkan.

Itulah beberapa cara dan terapi yang bisa Ayah Bunda lakukan untuk mengatasi anak yang terlambat bicara. Dengan melakukan tips penanganan di atas, mudah- mudahan hal ini dapat membantu mengatasi kondisi buah hati tercinta. Selamat mencoba! 🙂

Tags: