Type to search

Mitos vs Fakta

Anak dengan Unyeng Unyeng 2 di Kepala Berarti Nakal? Mitos atau Fakta?

Anak dengan unyeng unyeng dua berarti nakal, mitos atau fakta?

Ayah bunda, familiarkah dengan mitos unyeng unyeng dua di kepala menandakan anak yang nakal? Memang, mitos ini cukup populer dan sudah dipercaya begitu lama. Namun apakah hal ini benar adanya atau sekedar mitos saja ya, Bun?

Noor Afidah Abu Bakar, seorang Certified Positive Parenting Educator asal Malaysia sudah lama tertarik untuk menganalisa lebih jauh tentang kepercayaan yang beredar di masyarakat terkait dua unyeng unyeng.

Di masyarakat, anak dengan dua unyeng unyeng atau pusar di kepala dipercaya bahwa sikapnya saat dewasa nanti akan cenderung memberontak dan sulit dikendalikan. Anak- anak tersebut juga kerap dipercaya akan mempunyai banyak sifat negatif, seperti jahat, suka mengganggu orang lain, tidak mau mendengar orang lain, keras kepala, dan masih banyak lagi.

Benarkah sifat negatif berkaitan langsung dengan dua unyeng unyeng?

Menurut Noor Afidah, anak dengan dua puser di kepalanya sudah terus menerus mendapat label negatif dari beberapa orangtua. Anak itu bahkan masih ‘terlalu hijau’ karena orangtuanya belum mendidiknya sama sekali.

“Jika hal itu sudah menjadi persepsi dari awal, maka kebaikan anak-anak kita untuk seterusnya tidak akan terlihat,” katanya.

Ada juga beberapa orangtua yang mempunyai pengalaman dengan anak dua pusar di kepala dan kebetulan anak tersebut sering bermasalah. Dan sebab itu lah kepercayaan ini terus menyebar dan dipercaya. Padahal, tidak seharusnya dua unyeng unyeng ini yang menjadi kambing hitamnya.

Keyakinan Dua Unyeng Unyeng Terkait dengan Anak Nakal Bukan Hanya Dipercaya Orang Melayu

Keyakinan tentang anak- anak dengan dua pusar di kepala akan tumbuh menjadi anak nakal bukan hanya dipercaya masyarakat Melayu saja. Tapi juga dipercaya oleh kelompok masyarakat Cina, Filipina, Amerika, Portugis, Vietnam, dan masih banyak lagi.

Dalam ratusan tahun, keyakinan ini telah bermigrasi dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Bukan itu saja, ada juga keyakinan kuno yang percaya bahwa roh akan memasukii tubuh manusia melalui pusarnya dari awal tubuh.

Menurut kepercayaan itu, saat bayi mempunyai dua pusar, maka roh akan lebih mudah masuk ke tubuh bayi dan menyebabkan perselisihan diantara keduanya. Kedua roh ini mencoba untuk bersatu menjadi satu roh dan mencoba menjadi roh si anak.

Akibat perselisihan tersebut, bayi tumbuh dalam keadaan bingung, pemberontak, tidak bermoral, jahat, dan keras kepala. Apakah Anda mempercayai hal ini, Ayah Bunda?

Agama mengajarkan kita bahwa setiap anak terlahir seperti kertas putih bersih. Orangtua lah yang bertanggungjawab untuk menentukan seperti apa anak itu kelak. Jadi saat orangtua melabeli anak nakal, pemberontak, dan pembuat onar, maka kelamaan anak tersebut akan bertransformasi menjadi seperti apa yang orangtua sering katakan. Mengapa bisa begitu?

Sederhananya karea kata- kata dari orangtua adalah doa untuk anaknya. Jadi, orangtua memang perlu berhati- hati dalam memberi label kepada anak, terutama label negatif.

Selain itu, menurut National Human Genome Research Institute yang telah melakukan studi tentang genetic dan genom manusia mengungkap bahwa 5 persen populasi dunia ini mempunyai dua unyeng- unyeng di kepala. Dan ini punya kaitan langsung dengan gen.

 

Untuk Orangtua yang Khawatir dengan Dua Unyeng Unyeng di Kepala Anak

Sudah jelas bahwa mempunyai dua unyeng- unyeng di kepala adalah kondisi fisik yang sangat wajar dan bisa terjadi pada siapa saja. Soal apakah anak akan menjadi nakal atau tidak, semua kembali bagaimana cara orangtua mendidik anak dan lingkungan di sekitarnya.

Namun jika Ayah Bunda masih benar- benar mengkhawatirkan hal ini, maka ada beberapa hal yang bisa Ayah Bunda ingat dan lakukan, yaitu :

1. Perilaku dan Perkembangan Anak Bervariasi

Anak mempunyai perubahan perilaku sesuai dengan usia dan tahap tumbuh kembangnya. Orangtua tidak bisa memaksa seorang anak kecil untuk bersikap patuh sepenuhnya dan tertib sebagaimana orang dewasa. Kabar baiknya, kepatuhan dan ketertiban bisa diajarkan sedini mungkin.

Selain itu, hindari untuk membanding- bandingkan anak karena setiap anak pada dasarnya mempunyai perkembangan yang berbeda satu dan yang lainnya. Sebalinya, mereka perlu untuk dibimbing dan didampingi dengan kasih sayang.

Hindari juga memberi anak banyak makanan dengan kandungan gula, pengawet, dan pewarna yang terlalu tinggi. Hal ini bisa mempengaruhi perilaku dan kesehatan anak- anak dalam jangka panjang.

Jika Ayah Bunda merasa anak mengalami keterlambatan dalam perkembangannya dan hal itu cukup mengkhawatirkan, coba lah untuk membawa anak ke spesialisnya.

 

2. Kenali Karakter Bawaan Anak

Setiap anak terlahir dengan karakter bawaan yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Ada yang terlahir aktif, pemalum pendiam, sulit dikendalikan, dan banyak lagi. Sebagai orangtua, kita wajib mengenal karakter mereka terlebih dulu agar tahu cara mengendalikan mereka.

 

3. Memahami Kecenderungan Anak

Di usia anak- anak, waktu dan kegiatan mereka akan didominasi dengan bermain dan bereksplorasi. Jika anak selalu ingin tahu dan tidak bisa diam, ini berarti mereka aktif bereksplorasi. Dampingi mereka, jangan menghambatnya.

Dengan mendampingi, orangtua tetap bertanggungjawab untuk memastikan kenyamanan dan keamanan anak- anak agar terhindar dari resiko yang berbahaya.

 

4. Kompak dan Saling Melengkapi dalam Membesarkan Anak- anak

Membesarkan anak- anak bukan hanya tugas orangtua tunggal, namun kedua orangtua. Kekompakan, saling melengkapi, dan saling mendukung dalam mendidik dan membesarkan anak- anak akan membantu mereka tumbuh dengan baik secara emosional dan mental.

 

5. Orangtua Menjadi Suri Teladan yang Baik

Anak adalah cerminan orangtua. Jika anak nakal dan sering bermasalah, maka yang pertama harus dilakukan adalah menanyakan pada diri sendiri bagaimana kita telah mendidik dan memberi contoh kepada anak.

Sama halnya dengan keinginan untuk membesarkan anak dan menginginkan mereka punya karakter yang baik, maka orangtua pun harus menjadi contoh baik terlebih dulu.

 

Jangan Lupakan Faktor Lainnya

Unyeng unyeng dua sebaiknya tidak dijadikan kambing hitam atas perilaku anak. Selain point- point di atas, jangan lupa bahwa ada faktor lain yang berkontribusi terhadap perilaku anak- anak, seperti teman sebaya, apa yang mereka lihat (misalnya televisi dan gadget), lingkungan, kepercayaan diri, dan lain sebagainya.

Jadi, ada banyak hal yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Daripada kita sibuk menyalahkan unyeng unyeng dua, ada baiknya kita fokus memperbaiki diri dan mendampingi anak untuk meraih tumbuh kembang yang maksimal secara fisik, mental, dan emosional. Pada dasarnya, bimbingan orangtua lah yang menjadi dasar bagaimana anak tumbuh besar kelak.

Tags: