4 Pola Asuh Inspiratif ala Miliarder Jack Ma, Tidak Ingin Anak Jadi Juara Satu di Sekolah
Nama Jack Ma mungkin tidak asing di telinga para orangtua. Jack Ma adalah sosok miliarder pemilik Alibaba yang menjadi inspirasi untuk banyak orang di seluruh dunia. Tokoh yang terlahir dari keluarga miskin di Hangzhou, Tiongkok ini melegenda karena menjadi salah satu miliarder di Tiongkok. Kisahnya yang membuat penasaran bukan hanya tentang perjalanan suksesnya saja, namun juga bagaimana cara ia mendidik buah hatinya.
Jack Ma dan Rentetan Kegagalan
Saat hadir dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, pada Januari 2015 lalu, Jack Ma menuturkan bagaimana ia menjalani kehidupan yang jauh dari kata nyaman. Ia bahkan sempat merasakan beratnya hidup di tengah Revolusi Kebudayaan di Tiongkok. Terutama karena Jack Ma sendiri bukan berasal dari kalangan berada.
Jack Ma sendiri bukan orang yang hebat secara akademis. Ia gagal masuk ke universitas ternama meski sudah melalui berkali- kali test. Ia pun akhirnya kuliah D3 Sastra Inggris di Hangzhou Normal University dan lulus pada 1988. Meski begitu, universitas tempatnya belajar menempati kelas tiga secara nasional kala itu.
Lulus kuliah, Jack Ma kesulitan mendapatkan pekerjaan. Saat itu KFC baru saja membuka cabang di kota kelahirannya. Melamar sebagai karyawan, Jack Ma justru menjadi satu- satunya kandidat yang gagal. Kepahitan lain yang sempat ia alami adalah gagal menjadi apparat kepolisian.
Siapa sangka, justru deretean kegagalan itu lah yang akhirnya mengantarkan seorang Jack Man menjadi seorang pengusaha. Kini, ia adalah bos raksasa teknologi ternama, Alibaba. Tak tanggung- tanggung, kekayaan bersih yang ia miliki bernilai total US$36,6 miliar atau setara Rp 541 triliun di tahun 2017, seperti dilansir dari Daftar Orang Terkaya versi Majalah Forbes.
Parenting ala Jack Ma
Berbanding terbalik dengan kondisi ekonominya saat lahir, Jack Ma kini hidup dengan bergelimang harta. Yang menarik, meski banyak menjadi sorotan, Jack Ma justru jarang memamerkan potret keluarga kecilnya. Tampaknya, pria berusia 54 tahun ini punya pandangan yang berbeda dari orangtua kebanyakan.
Jika banyak orangtua ingin anak- anak mereka selalu berprestasi di sekolah, hal ini justru tidak berlaku untuk si bos Alibaba ini. Sebaliknya, ia justru tidak menyarankan kedua anaknya untuk menjadi juara satu. Mengapa?
“Aku pernah berkata kepada putraku, kamu tidak perlu masuk urutan tiga besar di kelas. Berada di tengah-tengah tidak menjadi masalah asalkan nilaimu tidak terlalu buruk. Karena hanya orang seperti inilah (murid tidak terlalu pintar) yang memiliki lebih banyak waktu luang untuk mempelajari kemampuan lainnya selain akademis,” ungkap Jack Ma dalam Forum Ekonomi Dunia tersebut.
Bukan hanya itu, Jack Ma juga mengajarkan nilai yang bisa dibilang anti-mainstream pada kedua anaknya yang berbeda dari orangtua kebanyakan. Apa sajakah itu?
1. Menjadi ‘murid yang buruk’ bukan berarti akan mempunyai masa depan suram
Seringkali orangtua beranggapan bahwa kecerdasan akademis adalah tolak ukur utama untuk kesuksesan anak. Dengan dalih itu, anak didorong untuk mendapatkan nilai setinggi mungkin, bahkan tak menutup kemungkinan hal itu menjadi ambisi.
“Aku gagal menjalani tes sekolah dasar dua kali, tes saat sekolah menengah tiga kali dan ujian masuk perguruan tinggi dua kali,” ungkapnya.
Jack Ma juga tak malu mengakui bahwa ia ditolak ternama, Harvard, hingga 10 kali.
“Jika Anda ingin sukses, milikilah EQ (kecerdasan emosional). Tidak penting seberapa pintar pun Anda, jika tidak tahu bagaimana caranya bekerja sama dengan orang lain maka Anda tak akan pernah sukses,” kata Ma.
2. Kemampuan akademis anak menurun bukan berarti anak malas belajar
Jack Ma selalu mengatakan pada dirinya bahwa ia ingin belajar Bahasa Inggris. Ia pun belaja rmandiri sejak usia 12 tahun. Setiap pagi selama 8 tahun, ia bersepeda selama 40 menit ke hotel yang ada di kotanya dan menjadi seorang pemandu wisata turis gratis. Disinilah, ia mempraktekkan apa yang selama ini ia pelajari. Ia tak begitu peduli dengan nilai akademis lainnya.
“Prioritas utama saat belajar atau bekerja hanya satu: belajar. Melakukan bisnis, belajarlah dari bisnis. Di sekolah, tambah terus ilmu pengetahuan sejalan dengan praktek,” jelas Ma.
3. Grit menjadi faktor utama kesuksesan
Ayah Ibu, pernahkah mendengar apa itu grit? Angela Lee Duckworth, seorang psikolog sekaligus peneliti populer menyebut bahwa grit sangat penting dalam mendukung kesuksesan seseorang. Grit ini adalah hasrat, kegigihan seseorang untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Jack meyakini bahwa grit adalah modal penting yang membuat seorang anak sukses karena ia mengetahui apa minat dan bakatnya sejak dini. Minat dan bakat yang didukung dan didorong dengan kegigihan tanpa batas dapat membuat seseorang bekerja keras untuk mencapai mimpinya.
“Jika kamu berpikir dalam waktu 3 tahun akan menjadi sukses, siapkan diri selama 10 tahun. Ingin sukses dalam waktu 5 tahun, persiapkan segalanya selama 15 tahun. Anda harus memiliki persiapan panjang sebagai penentuan yang memuaskan,” tegas Ma.
4. Ubah Persepsi Bersaing
Kebanyakan orangtua hanya berpikir tentang menang atau kalah saat bicara tentang persaingan. Mereka lupa untuk mengedepankan proses yang berjalan. Parenting ala Jack Ma yang mengejutkan adalah pesan agar anak tidak berkompetisi dengan orang yang lebih pintar. Ajarkan anak sesuatu yang unik dan berbeda agar ia mempunyai daya saing.
“Kita tidak bisa mengajarkan anak berkompetisi dengan orang atau teknologi yang lebih pintar. Ajarkan hal unik, supaya mereka memiliki kesempatan 30 tahun kemudian,” pungkas Ma.
Bagaimana menurut Ayah Bunda di rumah? Tertarik untuk mengadopsi parenting ala Jack Ma ini?
Referensi : Smart Parenting, Tech in Asia, Next Shark
Follow untuk Mendapat Tips Parenting Gratis :
Ikuti Ikuti Ikuti