Type to search

Good Parenting

Dampak Negatif Saat Orangtua Sering Membanding – bandingkan Anak

Dampak negatif saat orangtua suka membanding- bandingkan anak

Tanpa sadar orangtua sering membanding – bandingkan anak dengan anak yang lain. Mulai dari soal cara belajar anak, prestasi di sekolah, cara bermain, hingga dalam perilaku keseharian mereka.

Saat melakukan ini, memang sebagian besar orangtua tidak mempunyai maksud buruk. Kadang Ayah Bunda hanya ingin meningkatkan keberanian atau motivasi anak dalam melakukan sesuatu. Namun, apakah ini cara yang tepat dalam mendidik anak? Bagaimana dampaknya untuk anak?

Kadang Kalimat Membanding- bandingkan Anak Terlontar Begitu Saja

Ya, ini mungkin masalahnya. Sebagian orangtua merasa kalau kalimat membanding- bandingkan anak terlontar begitu saja. Tanpa kesadaran bahwa ini akan melukai citra diri anak dan membuatnya sakit hati. Dan tentu saja, belum tentu menghentikan perilaku buruk.

Misalnya saat anak aktif berlari- larian dan tidak sengaja menyenggol vas. Bunda yang sebelumnya tengah asyik mengobrol dengan sesama Bunda akan shock dan reflect mengucap kalimat :

“Kamu kenapa sih kok nakal banget? Bisa nggak kalau main itu anteng diam dan nggak nakal kayak Doni?”

Sayangnya, reflek membandingkan anak ini cukup sering terjadi. Pernahkah Ibu melakukannya? Lalu, apa dampaknya jika orangtua sering membanding- bandingkan anak? Simak ulasan ParentingCenter.id lebih lanjut ya, Bun.

Mengapa Orangtua Sering Membandingkan Anak?

Kecenderungan orangtua membandingkan anak sendiri dengan anak orang lain, atau bahkan sesama anak kandung, sebenarnya berasal dari naluri manusia paling dasar.

Secara alami, manusia memang tidak luput dari perilaku membandingkan sesuatu dengan yang lain. Ini adalah cara berpikir rasional dari manusia untuk mengetahui dan membedakan mana yang baik dan buruk suka dan tidak suka. Ini semua terjadi di alam bawah sadar manusia.

Orangtua sering ‘keceplosan’ membandingkan anaknya dengan teman- teman sepantaran biasanya didorong oleh motif agar anak bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi setelah diberi “contoh”.

Namun, cara ini tentu bukan yang ideal dalam mendidik anak. Seringkali anak sulit menerima nasehat saat orangtua membanding – bandingkan dirinya dengan anak lain. Bagi anak, dibanding- bandingkan adalah sebuah perlakuan yang tidak menyenangkan.

Dampak Negatif Membanding – bandingkan Anak dengan Orang Lain

Membandingkan anak dengan orang lain mungkin bisa memberikan gambaran pada anak tentang bagaimana mereka seharusnya bersikap. Nasehat ini bisa mendapat tanggapan secara positif atau negatif.

Saat mendapat tanggapan positif, ini bisa memotivasi anak untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik. Sayangnya, hanya sebagian kecil anak yang bisa menangani ini secara positif saat orangtua mulai membanding – bandingkannya. Anak- anak secara umum belum bisa merespon kritikan ini dengan baik.

Terlebih, kenyataannya tidak semua orangtua menindaklanjuti “perbandingan” ini dengan solusi nyata dalam mendampingi atau mendidik anak supaya lebih buruk lagi. Tidak heran, justru membanding- bandingkan ini akan lebih banyak menuai efek negatif untuk anak.

Berikut adalah beberapa dampak negatif saat orangtua sering membanding- bandingkan anak :

1. Anak Semakin Berpikir Negatif

Awalnya, anak mungkin akan termotivasi untuk menjadi lebih baik. Namun jika orangtua tidak pernah mengapresiasi usahanya dan terus membandingkan anak dengan yang lain, ia tidak akan pernah merasa bangga dan puas dengan pencapaiannya.

Ia akan terbayangi pikiran negatif bahwa ia tidak akan pernah sukses karena mudah cemas dan takut gagal. Dampaknya, ia menjadi tidak percaya pada kemampuan diri sendiri dan makin terpuruk.

Untuk itu, penting untuk orangtua mengapresiasi pencapaian dan usaha anak, sekecil apapun hasil yang diperoleh.

2. Anak Meragukan Dirinya Sendiri

Terus membanding- bandingkan anak tanpa memberinya kesempatan dan dukungan untuk memperbaiki diri lambat laun akan mengikis rasa percaya dirinya. Ia akan sering meragukan diri sendiri, terutama saat mengetahui ada orang lain yang lebih unggul darinya.

Untuk itu, orangtua bisa membantu anak berubah menjadi pribadi yang lebih baik tanpa harus membandingkannya dengan anak lain. Caranya adalah dengan memberitahu apa saja hal- hal yang ia perlu lakukan untuk menjadi lebih baik.

Jangan hanya mengatakan, “Tuhh, kakak saja matematika nggak pernah dapet nilai di bawah 70.”

Namun gantikan dengan, “Kesulitan adek di bagian mana? Mungkin Bunda atau kayak bisa bantu cek ya supaya adek bisa lebih paham.”

3. Anak Merasa Cemburu

Anak- anak juga bisa merasakan kecemburuan. Terutama saat ia sering dibandingkan dengan anak lain atau saudara- saudaranya sendiri. Perbandingan ini seakan membangun persepsi ada anak lain yang jelas- jelas lebih menjadi favorit oleh Ayah Bunda nya sendiri.

Kecemburuan yang terpupuk sejak kecil ini tidak baik untuk kesehatan mental anak. Karena ini bisa menimbulkan rasa benci, kecewa yang mendalam, dan permusuhan pada diri sendiri, saudara, teman, dan bahkan orangtuanya.

4. Hubungan dengan orangtua menjadi renggang

Jika orangtua terus membandingkan anak, kesalahpahaman akan semakin sulit dihindari. Anak akan merasa disudutkan, dihina, tidak diapresiasi dan tidak diperhatikan oleh orangtuanya sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Anak bahkan bisa beranggapan bahwa orang tuanya tidak benar- benar menyayanginya. Emosi anak yang cenderung naik turun juga akan melupa sehingga akhirnya sering beradu mulut dengan orangtua. Hubungan orangtua dan anak akan semakin jauh dan runyam.

Itulah dampak negatif saat orangtua sering membanding- bandingkan anak dengan anak lain atau saudara sendiri. Hubungan kekeluargaan yang seharusnya hangat justru bisa memanas dan merenggang akibat hal ini.

Jangan sampai ini terjadi ya, Ayah Bunda. Yuk kita coba hentikan kebiasaan membandingkan anak ini dan kita coba memberikan nasehat dengan cara yang lebih positif dan bisa anak terima.

Tags: