Type to search

Good Parenting

Panduan Orangtua : Cara Mengajarkan Kejujurkan pada Anak

Cara mengajarkan kejujuran pada anak

Salah satu pelajaran penting yang wajib kita tanamkan pada anak sejak kecil adalah kejujuran. Jika sedari kecil anak mampu berlaku jujur, maka ia akan tumbuh menjadi anak yang berakhlak mulia dan mempunyai empati yang baik kepada sesama.

Namun, tidak jarang kita menemui banyak anak takut mengungkapkan kebenaran. Mereka berkata bohong karena satu dan lain hal. Bisa jadi ia berusaha melindungi diri sendiri karena perkataan jujurnya mengandung konsekuensi. Benarkah demikian, Ayah Bunda?

 

Penyebab Anak Tidak Berkata Jujur

Kita sering menjumpai anak berusaha menutupi apa yang ia alami dengan mengatakan peristiwa yang tidak sebenarnya. Perkataan bohong ini tentu saja tidak terjadi begitu saja. Ada banyak faktor yang melatarbelakanginya, seperti beberapa hal sebagai berikut :

·         Takut Dimarahi dan Dihukum

Belum apa- apa anak sudah takut dihukum? Hal ini sering terjadi lantaran anak lebih dekat dengan hukuman dibandingkan dengan apresiasi. Misalnya saja saat beli menghilangkan uang, anak berbohong karena takut orangtuanya marah dan menghukumnya.

 

·         Panik dan Bingung

Panik dan bingung karena tidak tahu apa yang harus dilakukan, anak akan cenderung mengatasi masalahnya dengan cara berbohong. Tindakan ini biasanya juga muncul lantaran anak bingung untuk mengungkapkan perasaannya.

 

·         Kurang Komunikasi

Kurang komunikasi sering terjadi antara orangtua dan anak lantaran minimnya waktu berinteraksi. Imbasnya, saat mengalami masalah, anak bingung untuk menyampaikan pada orangtua. Dengan perasaan campur aduk, akhirnya bohong menjadi solusi instan anak dalam menghindari masalah dan pertanyaan berlarut- larut dari orangtuanya.

 

Cara Menanamkan Kejujuran Pada Anak

Seringkali anak tidak berkata jujur bukan karena mereka menginginkannya, namun lebih karena ada perasaan takut dan bingung dalam menyampaikan yang sebenarnya kepada orangtua atau orang- orang di sekitarnya. Apakah hal ini bisa diatasi?? Tentu saja bisa! Simak tips berikut ini ya, Ayah Bunda :

  1. Bangun Komunikasi dengan Anak dengan Waktu yang Berkualitas

Kesibukan bukanlah alasan untuk tidak mempunyai waktu dalam membangun hubungan yang berkualitas dengan anak. Misalnya saja untuk orangtua bekerja, manfaatkan waktu malam hari sebelum tidur untuk bercerita dengan anak seputar kejadian sepanjang hari. Dorong anak untuk terbiasa bercerita dan bersikap terbuka pada orangtua. Hal ini akan membantu mereka untuk mudah mengkomunikasikan kejadian apa saja yang mereka alami.

 

  1. Hindari Merespon Berlebihan dan Bersikap Keras

Mendisiplinkan anak itu baik, namun selalu berlebihan dan mengidentikan hukuman dengan kedisiplinan justru bisa memperburuk hubungan dengan anak. Orangtua yang bertindak terlalu keras pada anak dapat mendorong anak merasa takut mengakui kesalahannya. Dan ini akan berdampak jangka panjang.

3. Hindari Menanyakan Pertanyaan yang Anda Sudah Tahu Jawabannya

Misalnya saja saat Anda sudah tahu bahwa anak yang memecahkan vas bunga, maka hindari bertanya langsung, “Siapa yang memecahkan vas bunga ini?”

Namun, Anda dapat mengakalinya dengan menyusun pertanyaan yang membuatnya lebih tenang dan menunjukkan reaksi positif. Misalnya saja, “Wahhh, vasnya pecah… mari kita bersihkan bersama- sama. Lain kali kita semua perlu berhati- hati agar hal ini tidak terjadi lagi.”

Pernyataan ini akan mengurangi rasa panik anak dan akan membantu anak untuk lebih mudah berkata jujur dan meminta maaf atas kesalahannya.

 

  1. Jelaskan Pentingnya Kejujuran

Meskipun anak belum tentu bisa membedakan dengan jelas antara kebenaran dan kebohongan, bukan berarti kita selalu mentolerir kebohongan yang dilakukan anak. Misalnya saat anak mengakut tidak memakan kue padahal ada sisa kue di bibirnya, jelaskan bahwa pernyataan jujurnya jauh lebih penting daripada kue yang hilang untuk Anda.

 

5.Saat Anak Mulai Terikat dengan Fantasinya

Tentu saja orangtua sebaiknya tidak memadamkan imajinasi anak. Namun saat anak mulai menggunakan cerita- cerita anak untuk mengatasi rasa takutnya, cobalah untuk bertindak, Misalnya saat putri kecil Anda bersikeras mengatakan bahwa vas di meja jatuh karena auman seekor singa, coba lah membuat dialog dengan sedikit nada skeptis, “Wahhh… itu cerita yang hebat. Terdengar sangat mengerikan. Namun, sepertinya taka da seekor singa pun dalam lingkungan ini karena wilayah ini sangat aman. Apa kamu benar- benar yakin melihatnya?”

Karakter anak yang manis dan lucu

  1. Beri Tahu Anak Dampak dari Kebohongan

Dengan dialog yang mudah dipahami, jelaskan pada anak mengapa berbohong itu tidak baik. Misalnya saja Anda dapat menjelaskan bahwa bohong itu dosa atau Tuhan tidak suka dengan anak yang bohong. Anda juga mengajak anak memahami dampak berbohong dengan cerita- cerita yang sederhana.

 

  1. Menjadi Teladan untuk Anak

Anak- anak dikenal sebagai peniru ulung, sementara orangtua adalah sosok yang paling mudah untuk ditiru anak. Maka dari itu, penting untuk menjadi contoh yang baik untuk anak.

Hindari mengajarkan anak untuk berbohong, bahkan sekalipun Anda tidak bermaksud melakukannya. Misalnya saja saat ada orang mencari Anda, dan Anda enggan menemuinya, jangan meminta anak berbohong pada orang lain bahwa Anda tidak sedang di rumah.

 

  1. Pujilah Anak karena Kejujurannya

Jika anak sudah berhasil berkata dan bersikap jujur, cobalah untuk menunjukkan apresiasi dengan memberikan pujian. Pujian ini akan membuatnya memahami bahwa berkata jujur adalah perbuatan yang memang baik untuk dilakukan.

 

  1. Jangan Melabeli Anak

Hanya karena anak berbohong, bukan berarti anak boleh diberi label sebagai ‘si pembohong’. Bukannya membuat anak merasa bersalah, label ini justru membuat anak semakin kesal dan menjadi- jadi. Ia juga bisa merasa malu, dan akhirnya selalu bertindak sesuai label yang diberikan, yaitu selalu bohong.

 

  1. Beri Kepercayan pada Anak dan Hargai Kejujurannya

Akan menjadi kebanggaan tersendiri untuk anak saat ia mendapatkan kepercayaan dari orangtua. Contoh sederhananya adalah saat Anda meminta anak untuk beli sesuatu ke warung. Bila ia telah mengerjakan tugasnya dengan baik dan memberi tahu Anda telah menggunakan uang kembaliannya untuk membeli sesuatu, beri penghargaan atas kejujurannya dan pelukan. Perlakuan ini akan membantunya untuk terbiasa bersikap jujur dan terbiasa pada orang lain.

Tags:

You Might also Like