20 Tips Parenting Keluarga Muda dalam Membangun Rumah Tangga
Keluarga muda identik dengan pasangan muda dan 1-2 anak. Di tahap ini, biasanya keluarga sedang dalam tahap belajar banyak hal. Belajar menyeimbangkan karir dan keluarga, finansial, dan banyak belajar ilmu parenting.
Dalam fase ini biasanya akan ada banyak ujian dan tantangan yang dilalui pasangan suami istri. Salah satu tantangannya adalah menerapkan pola asuh yang tepat sembari membangun pondasi rumah tangga yang kuat.
20 Tips Parenting Keluarga Muda yang Layak untuk Diterapkan
Ada banyak manfaat positif saat keluarga muda mempelajari parenting sejak dini. Selain bisa menerapkan pola asuh yang tepat, keluarga muda akan lebih memahami permasalahan yang bisa mengancam keutuhan rumah tangga.
Keluarga muda akan lebih dewasa dalam menghadapi permasalahan, lebih terbuka dan kooperatif satu sama lain untuk menyelesaikannya. Dalam urusan anak, keluarga juga cenderung mempunyai perencanaan yang baik dan menerapkan pola asuh yang ideal.
Nah untuk bisa mewujudkan semua itu, berikut ini adalah tips parenting yang bisa Anda terapkan :
1. Jangan menentukan apa yang anak suka
Setiap anak terlahir dengan keunikan dan bakat masing- masing. Dari sini lah biasanya mereka juga mempunyai hal tertentu yang disukai.
Sudah menjadi kewajiban orangtua untuk mengarahkan dan membimbing anak. Tapi bukan berarti sampai mendikte dan memaksa anak untuk melakukan apa yagn diinginkan. Berilah anak kesempatan untuk menentukan apa yang anak suka dan melakukannya.
Selama hal ini tidak menjerumuskan anak ke perbuatan negatif atau mengganggu orang lain, orangtua tidak perlu terlalu khawatir.
2. Jangan membantu secara berlebihan
Biarkan anak melakukan tugas dan tanggung jawabnya sendiri. Hal ini akan melatih anak untuk menjadi pribadi yang mau belajar dan mandiri.
Jika orangtua terlalu mudah untuk membantu, anak justru tumbuh menjadi sosok yang manja dan selalu mengandalkan pertolongan orang lain. Hindari pola asuh Helicopter Parenting seperti ini karena menimbulkan lebih banyak dampak negatif untuk anak.
3. Persiapkan anak masuk ke era digital
Saat ini kita sudah masuk di era digital. Mau tidak mau, anak akan banyak bersentuhan dengan gadget dan alat- alat digital.
Orangtua mungkin tidak bisa melarang anak untuk tidak menggunakan gadget 100%. Maka dari itu, yang perlu orangtua lakukan adalah memberikan batasan dan peraturan pada anak.
Misalnya adalah memberi jadwal khusus kapan anak boleh menggunakan gadget dan berapa lama. Selain itu, kenalkan fungsi gadget yang sebenarnya dan manfaat positif nya.
Dengan begitu, secara perlahan anak akan mengetahui bahwa gadget bukan sekedar untuk main game. Tapi juga bisa menjadi sarana belajar yang menyenangkan.
Kuncinya terletak pada arahan, aturan, dan pembatasan yang dilakukan orangtua terhadap penggunaan gadget pada anak.
4. Jangan malu untuk mengakui kesalahan
Orangtua juga manusia biasa yang mungkin melakukan kesalahan. Jadi, Ayah Ibu tidak perlu menghindar atau mengelak saat melakukan kesalahan. Justru sebaliknya, tunjukkan bahwa Ayah Ibu tidak mengaku kesalahan saat berbuat kurang pas.
Mengakui kesalahan akan menjadi contoh baik untuk anak, sekaligus mendorong mereka untuk berbesar hati saat melakukan kesalahan.
5. Jangan bosan menjawab pertanyaannya
Di masa tumbuh kembangnya, anak- anak kerap mengeluarkan pertanyaan “apa” dan “kenapa”. Ada beberapa orangtua yang tidak sabar dengan pertanyaan anak- anak dan memilih tidak menanggapi atau bahkan menyuruh anak- anak untuk diam.
Padahal, rasa penasaran anak- anak yang dijawab dengan baik ini akan mendorong mereka menjadi pribadi yang cerdas dan kritis. Jadi, jangan bosan untuk menjawab pertanyaan anak- anak ya, Ayah Ibu.
6. Pengasuhan dengan tujuan
Banyak orangtua yang tidak mempunyai tujuan pengasuhan dengan jelas. Kebanyakan mereka hanya mendidik tanpa pola dan indikator yang jelas. Padahal, tujuan pengasuhan adalah salah satu poin penting dalam smart parenting.
Ayah dan Ibu sebaiknya berdiskusi tentang tujuan pengasuhan sedini mungkin atau sejak anak dilahirkan. Hal yang perlu disiapkan antara lain adalah kesepakatan pengasuhan dengan pasangan, prioritas apa yang diberikan kepada anak dan bagaimana pendekatan yang akan dilakukan.
7. Tanggung jawab penuh
Orangtua boleh saja menggunakan bantuan baby sitter. Tapi perlu diingat, tanggung jawab pengasuhan sepenuhnya adalah pada orangtua. Bukan pada baby sitter atau ibu mertua.
Meskipun menjadi ayah dan ibu pekerja, orangtua harus menjadi sosok yang dekat dengan anak. Bangun kedekatan, komunikasi terbuka, dan bonding bersama anak.
8. Apresiasi dan pujian pada anak
Saat anak mencapai sesuatu atau melakukan tindakan baik, jangan lupa untuk memberi apresiasi. Apresiasi ini bukan berarti hadiah, tapi bisa berupa pujian yang tulus.
Dengan apresiasi, anak akan merasa usahanya dihargai. Ini akan mendorong anak untuk melakukan hal- hal baik lainnya.
9. Boleh mengkritik, tapi tidak berlebihan
Anak- anak sering melakukan kesalahan, entah itu disengaja atau tidak. Sebagai orangtua, wajib bagi kita untuk mengingatkan tindakan yang salah dan dampak yang ditimbulkan.
Namun yang perlu dicatat, kritik harus diberikan sesuai porsinya dan tidak boleh berlebihan. Jika kritik disampaikan secara berlebihan, ini justru membuat anak enggan mencoba sesuatu yang baru. Hal ini bisa menjatuhkan mental anak/
10. Beri anak bekal yang cukup
Orangtua sering disebut sebagai sekolah pertama anak. Artinya, orangtua perlu memberikan bekal yang cukup pada anak sebelum anak menerima pengetahuan dan pelajaran dari luar.
Bekal yang perlu diajarkan anak sejak dini oleh orangtua adalah agama, ibadah, tata krama, dan pendidikan seksual dasar. Dengan bekal yang cukup, anak akan lebih siap untuk menghadapi dunia luar.
11. Berani menolak keinginan anak
Orangtua tidak boleh kalah dengan rengekan anak. Terlebih, pada dasarnya keinginan anak sangatlah banyak dan beragam. Orangtua tidak mungkin bisa memenuhi segala keinginannya.
Orangtua perlu memilih- milih mana saja yang baik untuk dituruti, dan mana yang ditolak. Dengan begitu anak akan menyadari, tidak semua hal yang dia inginkan bisa diperoleh dengan mudah.
Karena jika orangtua terbiasa menuruti semua yang diinginkan anak, anak bisa menjadi sosok yang enggan berusaha dan manja.
12. Jangan membanding- bandingkan anak
Setiap orangtua pasti ingin yang terbaik untuk anak- anak mereka. Namun tak jarang, ini membuat orangtua membanding- bandingkan pencapaian anak kita dengan anak- anak yang lain.
Membanding- bandingkan anak bisa membuat anak tertekan dan merasa orangtuanya sendiri tidak membanggakannya. Akibatnya, motivasi anak semakin redup dan semakin enggan untuk belajar hal baru.
13. Menjadi role model untuk anak
Apa yang lebih mudah anak tiru dari orangtuanya? Perilaku orang tuanya!
Anak mungkin tidak selalu mendengar nasehat orang tuanya. Tapi mereka hampir pasti meniru apa yang orangtuanya sering contohkan.
Jadi, jika ingin anak- anak bersikap baik, mau belajar, dan menghargai orang- orang di sekitarnya, orangtua perlu menjadi contoh untuk anak lebih dulu.
14. Ajarkan anak tanggung jawab
Tanggungjawab adalah hal yang perlu diajarkan kepada anak sejak dini. Ayah Ibu bisa memulainya dari hal yang sederhana. Misalnya saja membereskan mainan sendiri setelah bermain atau membuang sampah pada tempatnya.
Hal ini akan mendidik anak menjadi pribadi yang bertanggungjawab dan mandiri secara individu.
15. Waktu berkualitas bersama anak
Orangtua memang seringkali sibuk. Namun saat sudah menjadi orangtua, meluangkan waktu bersama anak- anak itu penting. Misalnya saja, sepulang dari bekerja, sempatkanlah bermain bersama anak atau membacakan mereka buku cerita.
Hal ini akan meningkatkan ikatan antara orangtua dan anak. Anak- anak juga bisa merasakan ‘kehadiran’ orangtua yang selanjutnya terekam di memori anak.
16. Pentingnya komunikasi dan keterbukaan
Ajarkan kepada anak- anak bahwa komunikasi dan keterbukaan adalah hal yang penting. Ajak mereka untuk terbuka mengenai apa yang mereka pikirkan dan rasakan dengan bahasa yang mereka pahami.
Keterbukaan ini akan meningkatkan kepercayaan anak terhadap orangtua. Anak akan lebih mudah untuk menceritakan masalah mereka atau menyampaikan ide- ide dan perasaan mereka.
17. Ajak anak keluar rumah
Luangkan waktu di akhir pekan untuk pergi bersama anak keluar rumah. Tidak harus selalu pergi ke tempat yang jauh. Misalnya saja ke taman dekat area perumahan, bersepeda keliling kompleks, atau bermain di lapangan.
Hal ini akan menghilangkan kebosanan anak sekaligus meningkatkan ikatan antara anak dan orangtua.
18. Bangun keceriaan di rumah
Dalam kehidupan sehari- hari, orangtua mungkin bergelut dengan kerumitan pekerjaan di luar rumah. Meski begitu, jangan sampai kerumitan dan masalah pekerjaan terbawa sampai ke rumah.
Sebaliknya, tetap jaga atmosfer positif dan ceria di rumah. Jangan sampai masalah dari pekerjaan dibawa ke rumah dan merusak keceriaan anak- anak yang sedang menunggu orang tuanya pulang.
19. Jadilah Orangtua
Orangtua kadang menjadi sosok yang menyebalkan karena memaksakan diri untuk menjadi teman bagi anak. Sebenarnya ini tidak salah selama tidak terlalu memaksakan diri. Karena jika terlalu dipaksakan, anak justru merasa tidak nyaman dan terganggu.
Maka dari itu, cobalah untuk menahan diri untuk tidak bersikap berlebihan kepada anak. Coba berikan perhatian sewajarnya dan beri anak kepercayaan. Hal ini akan membuat anak lebih nyaman karena mempunyai ruang yang dibutuhkan.
20. Tunjukkan dengan Tindakan
Orang Tua yang hanya menyuruh dan berbicara saja akan menjadi tipe orangtua yang menyebalkan. Apalagi jika sampai orangtua melakukan yang sebaliknya dari yang ia minta ke anaknya.
Sebaliknya, saat orangtua menunjukkan lewat tindakan, anak akan lebih mudah menghormati dan mencontoh. Jadi, akan lebih mudah bagi anak saat orangtua memberi tindakan nyata sembari mengarahkan anak.
Follow untuk Mendapat Tips Parenting Gratis :
Ikuti Ikuti Ikuti