11 Cara Tepat Memarahi Anak Tanpa Kekerasan dan Bentakan
Memarahi anak sering menjadi salah satu cara orangtua untuk menegakkan kedisiplinan dan kepatuhan. Tidak jarang orangtua perlu bersikap tegas agar anak mematuhi peraturan yang sudah disepakati
Kendati tujuannya baik, tidak jarang orangtua sering kelepasan dengan marah secara berlebihan. Padahal, teriakan dan bentakan, terlebih melibatkan kekerasan fisik, bisa memberikan efek kompleks yang lebih buruk.
Alih- alih melibatkan emosi tinggi, orangtua bisa menerapkan positive parenting. Karena tanpa teriakan dan bentakan, anak cenderung lebih mudah menerima teguran orangtua.
Bagaimana Cara Memarahi Anak yang Efektif?
Tahukah Ayah Bunda, menurut studi yang dipublikasikan dalam Child Development Journal, berteriak dan memukul saat memarahi anak justru bisa menjadi senjata makan tuan untuk orangtua. Alih- alih membuat mereka lebih disiplin, kebiasaan ini bisa memicu perilaku yang lebih buruk pada anak.
Jika memarahi anak dengan membentak dan kekerasan bisa berdampak buruk untuk kesehatan mentalnya, apakah ada cara yang lebih baik? Tentu saja! Ayah Bunda bisa menggunakan berbagai cara ini untuk memarahi anak tanpa kekerasan :
1. Tanpa Teriakan
Berteriak jelas bukan cara yang efektif untuk memarahi anak. Teriakan bisa memicu anak untuk melawan karena tidak ada koneksi sebelum melakukan koreksi.
Saat marah pada anak, cobalah untuk duduk sejajar dengan anak dan tatap mata mereka. Sampaikan apa kesalahan dan konsekuensi dari perbuatannya sehingga anak bisa memahaminya.
2. Kendalikan Emosi
Saat anak sering marah- marah karena ada yang tidak sejalan dengan ekspektasinya, cobalah merefleksikan diri. Tanyakan pada diri sendiri, “Pernahkah Ayah Bunda melakukan hal serupa di depan anak?”
Perlu orangtua ingat juga, pada dasarnya anak adalah sosok yang mudah merekam dan meniru apa yang ada di sekitarnya. Jika jawaban pertanyaan tadi “iya”, cobalah belajar mengendalikan emosi.
Hindari untuk menunjukkan kemarahan atau kekesalan dengan energi negatif di depan anak. Jika ingin marah, cobalah cari distraksi sehingga tidak meluapkannya di depan anak. Atau bisa juga, langsung berada di ruangan yang berbeda untuk meluapkan kekesalan.
3. Dengarkan Anak
Tidak jarang anak berulah karena suatu alasan. Ayah Bunda bisa mengajak anak untuk mengkomunikasikan apa yang ia rasakan. Tanyakan secara perlahan apa yang membuat anak berperilaku tidak pas.
Upayakan agar anak menyampaikan unek- uneknya dengan nyaman, bukan takut atau karena tersudut. Tidak jarang, pemicu anak berulah karena hal yang tidak disangka- sangka oleh orangtua.
Misalnya anak mungkin ingin membantu, tapi tanpa sengaja justru merusak situasi karena anak tidak sepenuhnya paham. Jika seperti ini, orangtua bisa mengajarkan anak bagaimana cara melakukannya dengan hati- hati.
4. Memvalidasi Emosi Mereka
Memarahi anak dengan teriakan dan bentakan bisa menciptakan jarak antara orangtua dan anak. Solusinya, cobalah validasi emosi mereka.
Validasi emosi merupakan cara untuk mengakui dan memberi wadah untuk anak tentang emosi apa yang sedang mereka rasakan. Biarkan anak mengenali, memahami dan merasakan emosi mereka.
Selanjutnya, setelah emosi anak sudah tervalidasi, sampaikan mengapa orangtua merasa marah. Jelaskan dengan bahasa sederhana sebab akibat dari perbuatannya.
Setelah anak memahami, tutup dengan afirmasi positif bahwa tindakan tegas orangtua adalah bentuk kasih sayang. Afirmasi positif ini mempunyai dua tujuan utama.
Yang pertama agar anak memahami bahwa teguran orangtua perlu untuk mengawal mereka dari tindakan tidak baik. Yang kedua, sebagai cara untuk memperbaiki mental anak yang sering dimarahi.
5. Pola Koneksi Sebelum Koreksi
Penting sekali untuk membangun koneksi alias kedekatan antara orangtua dan anak. Karena tanpa adanya koneksi, maka tidak ada koreksi yang efektif. Termasuk dalam hal memarahi anak.
Orangtua bisa bertindak sesuai dengan bahasa cinta yang sesuai dengan anak. Entah itu sentuhan, quality time, kata- kata atau yang lainnya. Saat koneksi sudah terbangun, maka koreksi saat memarahi menjadi lebih mudah anak terima.
6. Beri Anak Pilihan
Saat orangtua perlu memarahi anak karena sebuah kesalahan, cobalah untuk mengajari anak tentang beberapa opsi tindakan.
Misalnya saat si kakak mendorong adik, ajarkan kalau ada cara lain untuk meminta adiknya minggir. Contohnya dengan minta sang adik bergeser atau lewat jalur yang lain.
Atau saat anak bermain bola hingga merusak barang di dalam rumah, beri anak pemahaman bahwa ada pilihan lain dalam bermain bola. Misalnya bermain bola di luar ruangan atau berganti permainan yang lebih aman jika memilih bermain di dalam ruangan.
Jelaskan perbedaan konsekuensi antara pilihan- pilihan tersebut sehingga anak bisa memahami konsep sebab akibat.
7. Coba Metode Time-Out
Metode time-out bisa menjadi salah satu cara ampuh mengajarkan disiplin pada anak. Caranya adalah dengan membawa anak ke dalam ruangan, menjauhkan ia dari berbagai hal yang menyenangkan, dan melarangnya berinteraksi dengan orangtua atau siapapun.
Seperti ParentingCenter.id lansir dari Very Well Family, metode ini bisa mengajarkan anak untuk belajar menenangkan diri. Dengan begitu, ia akan bisa fokus memahami masalah dan menyelesaikannya.
Setelah time-out usai, orangtua bisa kembali mendekat untuk memandu dan menasehati anak agar tidak mengulangi perilaku buruknya lagi.
8. Mencabut Hak Anak di Rumah
Orangtua sering menyesal setelah marah dengan anak. Tapi tentu saja orangtua tidak ingin anak tidak belajar dari kesalahannya atau bahkan menjadi kebal dari teguran.
Untuk itu, orangtua bisa mencoba trik mencabut hak anak di rumah. Misalnya saat di rumah anak punya hak untuk bermain handphone, menonton TV, hingga bermain dengan teman di luar rumah. Selama masa hukuman, anak akan dicabut berbagai hak tersebut.
Setelah anak belajar dari kesalahan dan memperbaiki perilaku buruknya, orangtua bisa mengembalikan haknya tersebut.
9. Mengajari Anak Cara Menyelesaikan Masalah
Cara ampuh selanjutnya untuk mengatasi perilaku buruk anak adalah mengajarkan mereka cara menangani masalah dan mengelola emosi. Pasalnya, memarahi anak dengan bentakan bukan cara yang tepat untuk menghadapi kesalahan anak.
Mengajarkan anak untuk menyelesaikan masalah memang bukan perkara mudah. Orangtua perlu bersabar, banyak berkomunikasi dua arah dan mendampingi mereka dalam proses belajar ini.
Seiring berjalannya waktu, saat anak sudah mulai bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik, ia akan bisa memperbaiki perilaku buruknya.
10. Tetap Tenang dan Luapkan Amarah dengan Singkat dan Positif
Dilansir dari situs Parents, salah satu cara efektif dan tidak melukai hati adalah dengan mengungkapkan amarah dengan positif dan singkat.
Dalam hal ini, tentu orangtua perlu bisa tenang dan mengontrol diri. Hindari banyak teriakan dan kalimat terlalu panjang karena bisa membuat anak kesulitan untuk mengerti apa yang orangtua maksud.
Untuk itu, cobalah menyusun kalimat- kalimat yang lebih singkat dan ulangi kalimat tersebut agar anak memahami maksud orangtua. Misalnya dengan berkata, “Kakak, tidak main pukul- pukulan ya. Kayak dan adik bisa kesakitan kalau pukul- pukulan seperti itu.”
11. Tetap Bersikap Tugas
Yang tak kalah pentingnya, cara ampuh dalam memarahi anak adalah tetap bersikap tegas sebagai orangtua.
Di beberapa kasus, anak bisa tetap berperilaku buruk meski orangtua sudah marah. Dalam situasi ini, orangtua tidak boleh kalah dengan anak. Tunjukkan rasa simpati sebagai orangtua, namun tetap bersikap tegas.
Selanjutnya, pastikan anak tahu bahwa Ayah Bunda bersungguh- sungguh dengan apa yang sudah dikatakan. Cara ini diharapkan bisa membuat anak menjadi lebih memahami kesalahannya dan berkomitmen memperbaiki perilakunya.
Dampak Negatif Orangtua Sering Memarahi Anak dengan Kekerasan
Jadi, ada banyak cara yang bisa kita tempuh untuk memarahi anak dengan efektif kan, Ayah Bunda?
Selain itu, salah satu alasan kuat untuk tidak marah dengan kekerasan dan pukulan adalah dampak negatif yang bisa terjadi pada mereka. Antara lain seperti :
1. Berdampak Buruk pada Otak Anak
Sering memarahi anak berdampak buruk untuk otak anak. Dilansir dari Medicine Net, otak anak- anak yang sering dimarahi mempunyai perbedaan di bagian otak yang memproses suara dan bahasa saat dilihat menggunakan MRI (Magnetic Resonance Imaging).
2. Perilaku Anak Menjadi Lebih Buruk
Dampak buruk selanjutnya, memarahi anak dengan kekerasan dan bentakan memicu perilaku yang lebih buruk pada anak.
Sebagian orangtua berpikir membentak anak menjadi solusi paling cepat untuk menghentikan mereka dari berperilaku buruk. Namun kenyataannya, kebiasaan orangtua ini justru membuat anak semakin berperilaku buruk di masa depan.
3. Anak Menjadi Depresi
Sering memarahi anak akan membuat inner child anak tersakiti. Anak akan tumbuh menjadi anak yang rendah diri dan terjadi gap komunikasi dengan orangtua yang semakin melebar. Selain itu, anak juga menjadi lebih rentan mengalami depresi dan gangguan kecemasan.
4. Berdampak Buruk pada Kesehatan Fisik Anak
Memarahi anak juga berkontribusi pada kesehatan fisik buah hati. Karena saat sering menjadi sasaran amarah orangtua, anak menjadi rentan stress.
Jika ini terjadi dalam waktu panjang, stres bisa meningkatkan berbagai resiko penyakit seiring dengan pertumbuhan anak. Jadi bukan hanya psikis saja yang terdampak, fisik juga.
5. Orangtua juga Frustasi
Selain banyak dampak negatif untuk anak, ternyata kebiasaan memarahi anak juga berdampak pada orangtua. Saat orangtua frustasi dengan perilaku buruk anak, menanganinya dengan amarah tidak tepat justru memperparah rasa frustasi ini.
Berbanding terbalik saat orangtua bisa menenangkan diri dan mengontrol emosi. Tindakan yang lebih tepat akan berdampak lebih baik lagi.
6. Hubungan Antara Orangtua dan Anak Menjadi Rusak
Sering dimarahi membuat anak merasa bahwa dirinya tidak bernilai dan tidak berharga di mata orangtuanya. Akibatnya, anak cenderung menarik diri dari orangtua mereka.
Jika Ayah Bunda familiar dengan situasi dimana anak menjadi karakter yang berbeda- beda saat di rumah dan bersama teman- temannya, ini bisa menjadi tanda- tandanya. Anak cenderung lebih pendiam dan menutup diri bersama orangtuanya.
Cara Tepat Memarahi Anak Membuat Masalah Teratasi dengan Lebih Baik
Anak- anak sering membuat kesalahan dan berperilaku kurang tepat bisa karena banyak faktor. Mungkin karena mereka mendapat banyak cntoh kurang baik, anak kurang memahami baik buruknya perilaku, iseng ikut- ikutan dan masih banyak lagi.
Dalam hal ini, untuk meluruskan kesalahan anak, penting sekali untuk orangtua bisa melihat berbagai sisi dengan tenang. Hindari terlalu sering menyalahkan memarahi mereka tanpa mendengar terlebih dulu dari sisi mereka. Terlebih dengan kekerasan dan pukulan.
Pada akhirnya, tidak ada orangtua yang sempurna, pun anak- anak. Semoga tips ini bermanfaat bagi Ayah Bunda dan menginspirasi untuk menjadi orangtua yang lebih bersabar lagi.
Follow untuk Mendapat Tips Parenting Gratis :
Ikuti Ikuti Ikuti