Type to search

Good Parenting

Ayah Bunda Wajib Waspada, 5 Kebiasaan Buruk Orangtua yang Mudah Ditiru Anak

Kebiasaan Buruk Orangtua yang Mudah Ditiru Anak

Ayah Bunda, orangtua selalu menjadi profil pertama yang sangat penting untuk anak- anak mereka. Umumnya, anak akan selalu mencontoh perilaku Ayah Bunda mereka. Itulah mengapa orangtua sebaiknya tidak berperilaku sembarangan, terutama di depan anak mereka.

Saat anak melihat apa yang orangtuanya lakukan, secara tidak langsung mereka meyakini bahwa tindakan tersebut benar dan aman ditiru. Banyak orangtua yang tidak menyadari hal ini dan baru tersadar dampaknya setelah anak meniru perilaku orangtua.

Kebiasaan Buruk Orangtua yang Mudah Anak Tiru

Ada banyak kebiasaan baik orangtua yang bisa anak tiru. Tapi dalam hal ini, yang perlu orangtua waspadai adalah kebiasaan buruk orangtua. Apa saja itu? Berikut ulasan ParentingCenter.id :

1. Terlalu Suka Mengkritik Keadaan

Menjadi orang dewasa memang melelahkan. Ada beberapa situasi yang sering membuat Ayah Bunda sering mengeluh dengan kehidupan sehari- hari. Bukannya tidak bersyukur, tapi keluhan sering menjadi media pelepas emosi dan lelah penat seharian.

Sayangnya, ucapan negatif yang sering tidak sadar kita lontarkan ini jug anak- anak serap. Anak- anak juga meniru kebiasaan buruk orangtua yang suka mengeluh ini. Mengeluh memang manusiawi, tapi sering mengeluh membuat anak mudah merasa tidak puas dan cenderung mempunyai perilaku depresi di kemudian hari.

2. Adu Argumen Tanpa Musyawarah

Tidak jarang orang dewasa suak terlibat dalam debat kusir. Artinya, mereka sama- sama keukeuh mempertahankan pendapatnya tanpa ada yang mau mengalah. Berbeda pendapat itu biasa.

Namun, sebagai orang dewasa, penting untuk memberi contoh pada anak bahwa perbedaan pendapat bisa disikapi dengan baik. ORang dewasa bisa beradu argumen secara sehat dengan bermusyawarah.

Misalnya saat akan menetapkan tempat tujuan wisata, Ayah Bunda bisa saling berdiskusi mengemukakan pendapat tempat mana yang ingin didatangi. Jika acara ini melibatkan seluruh anggota keluarga, cobalah untuk menanyakan pendapat pada anak- anak juga untuk membuat mereka terlibat dan melatih mereka berpendapat.

Di akhir, jika musyawarah tidak tercapai, maka ajak semua anggota keluarga untuk voting tempat mana yang akan dituju bersama.

Secara tidak langsung, aktivitas ini akan mengajarkan anak cara menyelesaikan konflik dengan baik.

3. Menggunakan Gadget Tidak Kenal Waktu

Tips menghindari anak kecanduan gadget

Komunikasi jaman now memang sulit terlepas dari gadget. Aktivitas kantor, ibu yang juga berjualan online, berkomunikasi dengan grup sekolah anak- anak, dan yang lainnya. Itulah kenapa gadget menjadi bagian tidak terpisahkan dalam hidup kita.

Kendati begitu, mengontrol penggunaan gadget tetaplah penting untuk orang dewasa.  Orang dewasa harus bisa lepas dari gadget saat mereka memang tidak ada kebutuhan yang penting terhadap gadget mereka.

Bukan hanya mengajarkan anak tentang kedisiplinan mengatur waktu, orangtua juga bisa menggunakan waktu luang untuk bisa lebih banyak berinteraksi dengan anak. Orangtua sekaligus menjadi contoh buat anak bahwa tidak semua harus melulu dengan gadget.

Sebaliknya, jika orangtua tidak bisa memberi contoh ini, anak- anak juga cenderung lebih akrab dengan gadget mereka daripada dengan orangtua sendiri. Saat orangtua mengingatkan, mereka tidak begitu peduli karena mereka melihat orangtua mereka melakukan hal yang sama.

4. Tidak Menghargai Perbedaan

Perbedaan adalah hal yang perlu disikapi dengan bijak karena ini hal yang lumrah ada di tengah- tengah masyarakat. Mulai dari perbedaan gender, hobi, agama, pekerjaan dan yang lainnya. Jangan lah menilai orang lain dari tampilan luarnya saja dan memberi penghakiman atas perbedaan yang ada.

Misalnya saat mengambil raport anak dan melihat ada beberapa orangtua yang menggunakan sandal jepit, sementara kita berusaha tampil rapi dan necis ke sekolah. Hindari untuk memberikan reaksi negatif atau menyepelekan. Orang dewasa perlu memahami bahwa tidak semua orang mempunyai pemikiran yang sama atau berada dalam garis ekonomi yang sama.

Dengan tidak mudah bereaksi negatif, hal ini mengajarkan anak untuk tidak mudah menyepelekan orang lain. Anak akan belajar untuk menyikapi perbedaan dengan lebih positif.

5. Membanding- bandingkan Anak

Kebiasaan buruk orangtua selanjutnya yang bisa ditiru anak adalah perilaku suka membanding- bandingkan anak.

Misalnya saja sering membandingkan buah hati dengan saudaranya atau bahkan teman sebayanya.

“Lihat tuh si Roni selalu ranking satu terus. Kamu udah dikursus-in masa’ sih nggak bisa ngalahin Roni”

atau , “Kamu kenapa sih susah banget dibilangin dan nggak bisa anteng. Nggak kayak kakak kamu yang selalu nurut sama Mama..”

Tahukah Ayah Bunda, ada banyak dampak buruk saat orangtua suka membanding- bandingkan anak. Anak yang sering mendapat perlakuan tersebut akan membuat mereka merasa rendah diri dan selalu merasa diri mereka kurang.

Selain itu, Ayah Bunda tidak perlu menyamakan si kecil dengan orang lain karena setiap anak punya bakat dan kemampuan mereka masing- masing. Bukannya membuat mereka termotivasi, hal ini justru membuat mereka sering berpikir negatif dan kurang bersyukur. Setiap kali mereka meraih sesuatu, mereka akan membandingkan pencapaian mereka dalam persepsi negatif.


Itulah lima kebiasaan buruk orangtua yang bisa ditiru oleh anak. Perilaku ini tentu tidak kita harapkan untuk anak lakukan, maka dari itu, orangtua pun perlu mengontrol diri. Saat kita berupaya mengontrol diri dari kebiasaan buruk, maka anak pun akan lebih banyak melihat contoh positif dari orangtua mereka.

Tags:

You Might also Like