Tips Membesarkan Anak Laki-Laki Berkarakter dan Penuh Empati
Membesarkan anak laki- laki berkarakter mulia dan penuh empati perlu orangtua terapkan sedini mungkin. Di awal masa sekolahnya, mungkin saja anak laki- laki kita akan menjadi ketua tim di sekolah. Atau suatu hari nanti, anak kita kelak mempunyai jabatan sebagai pemimpin dalam karirnya di masa depan.
Selain itu, laki- laki pada dasarnya tercipta untuk menjadi seorang pemimpin. Itulah mengapa penting untuk mengajarkan mereka menjadi sosok pemimpin yang tanggung sekaligus bijaksana dan berempati. Dengan begitu, anak- anak kita pun akan menjadi seorang pemimpin yang siap mengemban tugasnya dengan baik.
6 Tips Mendidik Anak Berkarakter dan Kaya Empati
Saat orangtua berhasil mendidik anak laki- laki dengan karakter terbaik, mereka akan mudah mengorganisasi teman- teman dalam satu timnya. Saat tumbuh menjadi anak laki- laki dewasa, mereka juga akan lebih peka dan mudah empat terhadap bawahannya di kantor. Mereka juga kelak menjadi sosok suami dan ayah idaman untuk keluarga.
Jadi apa saja yang perlu orangtua terapkan untuk membesarkan anak laki- laki berkarakter ini? Berikut rangkuman dari ParentingCenter.id :
1. Ajarkan Anak Laki- laki Cara Menghargai
Kenalkan anak perbedaan yang bisa terjadi antara individu. Misalnya perbedaan fisik, cara berbicara, cara berpakaian hingga perbedaan keyakinan.
Anak- anak seringkali menganggap perbedaan fisik, seperti ‘gendut’ atau ‘hitam’ sebagai guyonan dan bahan ejekan. Namun dengan ajaran menghargai orang lain, anak akan belajar bahwa menyebut temannya dengan perbedaan yang mereka miliki bisa saja menyakiti perasaan.
Bunda mungkin bisa mengatakan, “Kalau adek jadi temannya, suka nggak dipanggil begitu? Perasaannya bagaimana kalau jadi temannya?”
Jika anak terlanjur atau kelepasan mengajak temannya dengan label- label negatif tersebut, ajarkan mereka untuk meminta maaf dengan tulus. Selain itu, ajak anak untuk mengobrolkan hal tersebut.
2. Ajarkan Anak Laki- laki Menjadi Tangguh
Hindari menerapkan helicopter parenting dalam pola asuh. Anak membutuhkan ruang dan dorongan agar dapat mengatasi masalahnya sendiri.
Latih anak laki- laki Ayah Bunda untuk mampu menganalisa masalahnya dan mencari cara untuk mengatasinya. Ajarkan juga mereka agar tidak mudah menyerah dan mencari bantuan bila memang membutuhkan. Dengan cara ini, orangtua dapat memberi anak bekal untuk sebuah ketangguhan.
Ayah Bunda dapat berkata, “Adek kesulitan, ya? Menurut Adek ada kesalahan dimana nih? Yuk kita cari tahu dulu. Kalau sudah, nanti adek bisa bikin daftar solusinya. Tapi jika masih kesulitan dan butuh bantuan, bilang, ya…”
3. Ajarkan Anak Laki- laki Mengenali Emosinya
Orangtua seringkali membesarkan anak laki- laki mengikuti stereotype yang beredar di masyarakat. Mereka sering menerapkan tagline “anak laki- laki harus kuat” atau “anak laki- laki tidak boleh menangis”. Tanpa sadar, stereotip ini membuat para anak laki- laki memaknainya sesuai pemahaman mereka.
Mereka berupaya menjadi kuat, yang tentu saja ini baik. Namun apakah benar kalau laki- laki tidak boleh menangis? Toh anak laki- laki juga bisa merasakan sedih dan sakit. Jadi, bukankah tidak salah untuk mereka mengekspresikan emosi mereka sesuai dengan yang mereka rasakan.
Menurut psikoterapis di Ontario, Kanada bernama Jessica VanderWier, tagline stereotip ini dapat menjadi pesan toksin untuk anak- anak. Toxic masculinity akan membuat anak kesulitan untuk memaknai emosinya sendiri dan mengekspresikannya. Jessica juga menyebut bahwa hal ini bisa berdampak pada orang- orang di sekitarnya dan beresiko pengulangan saat mereka mengasuh anak- anak mereka kelak.
Di sisi lain, anak laki- laki yang mempunyai kemampuan untuk mengenali emosi mereka dan bisa mengekspresikannya dengan cara yang sehat dapat lebih mengatur amarahnya dan mempunyai hubungan yang sehat dan fungsional.
Maka saat anak laki- laki Ayah Bunda sedih, cobalah berkata, “Hmmm… adek lagi sedih ya? It’s okay kok kalau meu menangis. Perasaan sedih itu wajar dan kadang menangis bisa membuat kita merasa lega. Bunda disini akan temani ya. Setelah adek merasa lebih baik, nanti adek bisa ceritakan masalahnya ya..”
4. Ajarkan Anak untuk Yakin dengan Upayanya
Tahukah Ayah Bunda, kerap mengucapkan “Kamu pasti bisa!” atau “Anak Ayah kan paling hebat!”, ternyata bisa menjadi toxic positivity. Selain itu, anak juga dapat terjebak pada perfeksionisme yang membuat mereka kewalahan saat dewasa nanti.
Alih- alih meyakinkan berlebihan, Ayah Bunda dapat berkata, “Adek sudah berlatih dengan giat untuk lomba matematika besok. Itu adalah bekal yang bagus, nak”
5. Ajarkan Anak Laki- laki untuk Peka dan Sensitif
Penting sekali untuk melatih anak- anak untuk banyak melihat kondisi orang lain. Hal ini akan membantu mereka menumbuhkan jiwa empati dan menjadi peka terhadap sesama.
Misalnya saat Ayah Bunda mengajak si kecil makan bersama di restoran. Ayah Ibu bisa sambil mengajaknya ngobrol, “Setelah kita makan, nanti tetap kita rapikan yaa, jadi mbak pelayan restoran akan mudah mengerjakan tugasnya. Gimana kalau kita tumpuk piringnya dengan rapi di tengah setelah makan? Jadi nanti mbak nya bisa membereskan meja kita dengan mudah. Menurut adek gimana?”
6. Ajarkan Anak untuk Menilai Proses
Alih- alih berfokus pada hasil, Ayah Bunda dapat mengajarkan anak laki- laki berkarakter dengan menilai proses belajar. Dengan cara ini, anak akan belajar bahwa segala sesuatu tidak ada yang instan, melainkan membutuhkan proses untuk belajar dan bertumbuh.
Follow untuk Mendapat Tips Parenting Gratis :
Ikuti Ikuti Ikuti