Memukul Anak sebagai Hukuman akan Berdampak Buruk untuk Mental dan IQ Mereka
Ada banyak cara yang dilakukan orangtua dalam mendidik dan mendisiplinkan anak- anak. Di usia tumbuh kembang mereka, ada fase dimana anak menjadi tantrum, pemberontak dan sulit diatur. Menghadapi fase tersebut, kesabaran orangtua sangat dibutuhkan.
Sayangnya, hal itu seringkali tidak mudah untuk para orangtua. Tidak sedikit orangtua yang merasa geram dan menggunakan pukulan saat anak mulai merengek dan tidak patuh. Bahkan tidak sedikit pula orangtua yang menerapkan pukulan di tangan atau di pantat sebagai cara untuk mendisiplinkan anak. Apakah hal ini pantas dilakukan, Ayah Bunda?
Tidak! Pukulan tidak akan pernah menjadi pemecah masalah. Sebaliknya, orangtua perlu berhati- hati karena kebiasaan memukul anak ini bisa menyebabkan IQ anak menjadi rendah. Selain itu, pemukulan bukan hanya meninggalkan bekas luka fisik, namun juga trauma yang sulit dilupakan anak- anak.
Anak yang Sering Dipukul Cenderung Punya IQ Rendah
Sebuah penelitian di Universitas New Hampshire Amerika Serikat yang melibatkan ratusan anak- anak mengungkap bahwa anak yang sering dipukul akan cenderung mempunyai tingkat IQ yang rendah.
Pemimpin riset ini, Murray Straus, menyatakan, “Penelitian menunjukkan bahwa menghindari pemukulan dan menjalankan metode lain untuk mendisiplinkan anak bisa membantu anak agar lebih cerdas.”
“Saya yakin, memukul anak menyebabkan kemunduran dalam perkembangan anak dan kemampuan mentalnya.”
Bersama rekannya Mallie Paschall dari Institute for Research and Evaluation di Maryland, Straus meneliti sejumlah anak yang mewakili anak- anak di negara mereka. Straus dan Paschall membaginya ke dalam dua grup berdasarkan usia, yaitu 704 anak berusia 5-9 tahun, dan 806 anak usia 2-4 tahun.
Di awal penelitian, mereka menguji tingkat IQ masing- masing anak. Kemudian, mereka mengujinya kembali empat tahun kemudian. Anak- anak yang berada di kedua grup tersebut bertambah cerdas.
Namun, anak- anak usia 2-4 tahun yang mengalami pemukulan mempunyai skor 5 poin lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak pernah dipukul orangtuanya. Sedangkan a-Anak- anak usia 5-9 tahun yang pernah dipukul orangtua merkea rata- rata mempunyai IQ lebih rendah 2.8 poin dibandingkan teman- teman seusianya yang tidak pernah dipukul.
Sebagai tambahan, riset ini juga melibatkan statistik yang menerangkan Pendidikan orangtua, penghasilan keluarga, stimulasi kognitif dari orangtua, dan juga faktor- faktor lain yang bisa mempengaruhi kesehatan mental anak.
Pukulan Orangtua Menyebabkan Anak Stres dan Trauma
Selain membuat IQ anak cenderung lebih rendah, pukulan pada anak juga menimbulkan trauma, kemampuan kognitif tidak optimal, serta membuat trauma dan stress pada anak- anak saat menghadapi situasi sulit.
“Berlawanan dengan apa yang dipercayai orang, dipukul oleh orangtua adalah pengalaman traumatis bagi anak, kami mengetahui dari berbagai penelitian bahwa trauma menekan otak secara negatif,” lanjut Straus.
Saat memukul, orangtua biasanya mempunyai motif memberi hukuman agar anak memperhatikan dan berperilaku sesuai yang orangtua inginkan. Namun, hal ini tidak merangsang anak untuk berpikir secara mandiri, sehingga mencegah anak- anak untuk menemukan solusi terbaik dari masalah yang merkea hadapi.
Akibatnya, anak cenderung berperilaku baik hanya untuk menghindari pukulan dari orangtua. Selain itu, rasa trauma dan stress juga memicu anak untuk melakukan pelampiasan ke hal- hal yang tidak semestinya.
Dampak Berbahaya Memukul Anak
Sebuah studi lain selama 50 tahun yang dilakukan di Universitas Texas dan Universitas Michigan, melibatkan lebih dari 160 ribu anak- anak dipublikasikan di Journal of Family Psychology.
Riset ini mengungkap bahwa anak- naak yang dipukul cenderung tumbuh dengan sikap menentang, perilaku anti sosial yang meningkat, agresif, kemampuan kognitifnya rendah, serta mempunyai kesehatan mental yang bermasalah.
Studi mengambil data terutama dari anak- anak yang mengalami pemukulan secara wajar, seperti pukulan di pantat, atau tamparan di tangan. Dan pemukulan yang bersifat kekerasan yang menyebabkan luka berbahaya.
Rekan profesor di Universitas Michigan sekaligus co-author dalam studi ini, Andrew Grogan-Kaylor, menemukan bahwa pemukulan yang dilakukan dengan telapak tangan terbuka pada pantat atau kaki dan tangan anak secara signifikan berhubungan dengan 13 dari 17 dampak merugikan yang mereka teliti.
“Pemukulan membuahkan hasil yang berlawanan dengan apa yang orangtua inginkan,” ujar Andrew.
Selanjutnya, Elizabeth dan Andrew juga melakukan penelitian terhadap dampak jangka panjang pada orang dewasa yang sudah mengalami pemukulan sejak masih anak- anak. Hasilnya, mereka yang sering dipukul cenderung menunjukkan perilaku anti sosial dan mengalami masalah kesehatan mental.
Lebih buruk lagi, orang dewasa dengan riwayat pemukual tersebut juga cenderung menerapkan jenis hukuman yang sama pada anak- anaknya kelak. Artinya, perillaku menghukum anak dengan pukulan ini cenderung diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya.
Laporan UNICEF pada tahun 2014 mengungkap bahwa 80% orangtua di seluruh dunia melakukan pemukulan sebagai cara untuk mendisiplinkan anak. Peneliti ini juga telah meneliti berbagai macam studi yang menunjukkan bahwa pemukulan ini memang menghasilkan dampak negatif.
“Masyarakat berpikir bahwa dengan dipukul anak akan menunjukkan perilaku berbeda. Namun penelitian kami menunjukkan bahwa pemukulan berhubungan dengan dampak negatif yang serupa dengan akibat dari kekerasan, hanya beberapa tingkat lebih rendah.”
Elizabeth berharap bahwa study yang mereka lakukan ini bisa membantu orangtua memahami bahwa memukul anak mempunyai dampak negatif yang tak berujung. Bahkan saat pemukulan ini dilakukan dengan dalih untuk kebaikan anak- anak mereka.
Hentikan Kebiasaan Memukul Anak Sekarang Juga!
Jika saat ini Ayah Bunda masih menerapkan pukulan sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan anak- anak, maka sebaiknya hal ini dihentikan sekarang juga. Anak Anda mungkin terlihat baik- baik saja dan langsung menurut karena rasa takut terhadap pukulan tersebut. Namun di sisi lain, anak menyimpan trauma dan menyebabkan kesehatan mental mereka terganggu.
Sebaliknya, mari kita lakukan pendekatan yang lebih baik untuk putra putri tercinta kita. Mari kita hadapi dan nikmati fase tantrum mereka sesuai dengan tumbuh kembang mereka. Dan yang terpenting, mari kita wariskan hal- hal baik untuk membuat generasi mendatang menjadi generasi yang hebat. Dan sudah pasti, hal ini tidak bisa dilakukan dengan metode pemukulan ya, Ayah Bunda.
Referensi: iflscience.com, livescience.com, sciencedaily.com
Follow untuk Mendapat Tips Parenting Gratis :
Ikuti Ikuti Ikuti