Type to search

Good Parenting

Hati- hati, Pola Asuh Hyper Parenting Bisa Bikin Anak Tidak Bahagia

Hyper Parenting

Tahukah Ayah Bunda, tanpa sadar sebagian orangtua kerap menerapkan Hyper Parenting dalam pengasuhan mereka. Padahal, penerapan pola asuh ini dapat mengganggu tumbuh kembang serta membuat anak tidak bahagia dan merasa tertekan.

Setiap orangtua mendambakan anak- anak yang sehat dan mempunyai karakter terbaik. Di sisi lain, anak- anak juga berharap untuk mempunyai orangtua yang mengasuh mereka dengan penuh cinta dan kasih sayang dalam sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis.

Namun seringkali, ada beberapa sikap dalam penerapan pengasuhan ini yang melenceng sehingga mengganggu perkembangan psikologis anak. Tidak jarang anak menjadi kurang perhatian dan tidak bahagia.

Ada juga orangtua yang terlalu mengekang dan menuntut anak- anak mereka harus seperti ini dan itu. Lambat laun, hal ini akan berdampak buruk pada tumbuh kembang mereka.

Karena sering tanpa sadar dilakukan, penting untuk orangtua memahami terlebih dahulu apa itu Hyper Parenting, ciri- ciri dan cara menghindarinya. Simak bersama- sama yuk, Ayah Bunda!

Apa itu Hyper Parenting?

Dalam pengasuhan, kita mengenal adanya istilah Helicopter Parenting dan Hyper Parenting.

Hyper Parenting ini sendiri merupakan sebuah penerapan pola asuh yang seringkali dilakukan di luar kontrol, meski orangtua mempunyai tujuan agar anak- anaknya bisa mempunyai pencapaian terbaik.

Hyper Parenting adalah sebuah pola pengasuhan anak dengan kontrol berlebihan dari orangtua agar anak mencapai semua yang terbaik sesuai keinginan orangtua. Dalam pola asuh ini, orangtua ingin melihat anak meraih pencapaian sempurna dan anak dituntut sukses tanpa memperhatikan perasaan dan minat anak.

Dalam pola asuh ini, anak- anak seakan tidak boleh ada celah untuk kurang sempurna. Tuntutan yang sedemikian besar pada anak tentu bisa sangat menguras fisik, mental dan perasaan anak.

Orangtua tidak menyadari bahwa tuntutan yang membabi buta justru bisa merusak kesehatan mental anak dan mempengaruhi masa depannya. Tanpa kita sadari, penerapan pola asuh ini pada usia anak sekolah bisa membuat mereka tidak bebas bermain karena waktunya habis untuk les dan kegiatan tambahan lainnya.

Ciri- Ciri Pola Asuh Hyper Parenting

Untuk terhindar dari penerapan pola asuh ini, penting sekali untuk mengenali apa saja ciri- ciri dari Hyper Parenting ini :

1. Orangtua yang Selalu Cemas Berlebihan

Orangtua mudah cemas terhadap sesuatu. Dalam hal ini, orangtua selalu ingin memastikan kalau anak mereka sudah melakukan kegiatan- kegiatan yang dirancang dan menjauhi kegiatan- kegiatan yang masuk ke daftar larangan.

2. Orangtua yang Terlalu Detail

Orangtua selalu detail dalam hal mengawasi anak. Tujuannya adalah agar anak mengikuti ‘aturan main’ orangtua. Orangtua juga ingin mengetahui dan memastikan kondisi anak- anaknya setiap saat.

3. Orangtua yang Mudah Frustasi

Orangtua akan mudah sekali frustasi dan merasa gagal mendidik anak saat mengetahui perkembangan anak tidak sesuai keinginan.

4. Orientasi Orangtua pada Hasil dengan Menunjukkan Sikap Berlebihan

Orangtua sering berperilaku tidak masuk akal dengan meminta anak melakukan berbagai kegiatan tanpa mempertimbangkan kapasitas dan minat anak. Bahkan saat anak terlihat sudah kelelahan dan tidak sanggup, orangtua cenderung terus memaksa anak dan menganggap anak mudah menyerah.

Dengan berbagai perilaku yang orangtua perlihatkan melalui Hyper Parenting ini, tanpa kita sadari pelan- pelan bisa mengganggu tumbuh kembang anak. Pasalnya, perilaku berlebihan pada gaya parenting ini bisa membuat anak cepat merasa lelah secara fisik, emosi dan sosial.

Bukan itu saja, Hyper Parenting juga bisa meningkatkan depresi pada anak dan membuat mereka kurang percaya diri saat menyampaikan pendapat. Semakin lama pola asuh ini diterapkan, maka dampaknya akan semakin buruk untuk tumbuh kembang anak.

Tips Mengatasi Penerapan Hyper Parenting

Dengan segala dampak negatifnya, tentu para orangtua ingin menjauhkan pola pengasuhan mereka dari jenis parenting negatif ini. Berikut adalah tips yang bisa Ayah Bunda praktekkan agar Hyper Parenting tidak terjadi di rumah :

1. Beri Anak Kesempatan untuk Menentukan Pilihannya

Setiap orang bisa mempunyai pilihan mereka tersendiri, termasuk anak- anak. Pilihan anak- anak seringkali tidak sesuai dengan selera dan takaran orangtua. Kendati begitu, memberi keleluasaan anak untuk menentukan pilihan bisa membantu anak berproses dalam hidup sebagai sebuah pembelajaran.

Jika biasanya Ayah Bunda berusaha langsung menentukan pilihan anak tanpa bertanya atau memahami apa yang mereka inginkan, cobalah mengubahnya. Sesekali beri anak kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri.

Dalam proses ini, Ayah Bunda tetap hadir untuk mendampingi dan memandu segala prosesnya. Hal ini penting agar anak- anak mengerti kalau setiap pilihan selalu ada konsekuensi tersendiri.

2. Memperbolehkan Anak untuk Tetap Bersantai saat Mempunyai Waktu Luang

Anak- anak tidak pernah suka saat orangtuanya banyak menuntut dan memaksa mereka melakukan hal- hal yang tidak mereka sukai.

Kenyataannya, Pola asuh Hyper Parenting bukan hanya membuat anak merasa terkekang, tapi sekaligus merasa tidak nyaman. Jika ini terus terjadi, bisa memicu anak mengalami kelelahan secara emosi hingga berdampak pada psikisnya.

Untuk itu, tidak ada salahnya jika Ayah Bunda memperbolehkan anak bersantai sejenak saat ada waktu luang. Waktu bersantai penting untuk anak agar mereka bisa merasakan kebahagiaan tersendiri dari berbagai aktivitas kesehariannya.

Jadi setelah melakukan beragam aktivitas, anak tahu bahwa dia berhak memperoleh waktu istirahat.

3. Meningkatkan Waktu Berkualitas Bersama Anak

Di tengah- tengah kesibukan, jangan lupa untuk meluangkan waktu berkualitas bersama anak. Susun waktu khusus untuk menghabiskan berbagai kegiatan bersama seperti olahraga, menonton film favorit, hingga melakukan kegiatan yang menyenangkan bersama.

Dengan banyak waktu berkualitas bersama, akan tercipta momen kebersamaan antara anak dan orangtua. Hal ini menjadi jembatan penghubung setelah anak dan orangtua sibuk dengan kegiatan masing- masing.

4. Selalu Hadir Setiap Anak Sedang Mempunyai Masalah

Sebagai orangtua, pentung untuk Ayah Bunda memberikan empati saat anak bersedih atau mengalami masalah. Bukan berarti orangtua terjun langsung untuk mengatasi masalah anak, namun cukup dengan tindakan sederhana yang membuat anak menyadari bahwa orang tuanya “hadir”. Misalnya saja dengan sentuhan seperti pelukan.

Memeluk anak saat mereka sedang bersedih memang terkesan sederhana. Kendati begitu, kehangatan cinta yang orangtua berikan pada anak berperan besar dalam mengurangi tingkat stress anak. Saat anak sudah merasa nyaman, secara tidak langsung anak- anak akan menganggap orangtua sebagai sahabat sendiri.

Bila nanti anak sedang mengalami permasalahan pribadi, cobalah untuk menjadi pendengar setianya. Dengarkan seluruh keluh kesahnya tanpa menghakimi lebih dulu. Setelah itu, berikan nasehat secukupnya agar anak merasa nyaman dan terbantu.

5. Tetap Menjadi Contoh yang Baik untuk Anak

Tumbuh kembang karakter anak biasanya selaras dengan perilaku orangtua. Untuk itu, orangtua berperan besar dalam memberikan contoh terbaik dalam melakukan berbagai tindakan.

Perlu kita ingat juga bahwa karakter seorang anak akan terbentuk hingga mereka beranjak dewasa. Orangtua juga perlu menanamkan berbagai sikap positif agar anak tumbuh menjadi pribadi yang baik.

Jika pola asuh yang diterapkan bisa membuatnya bahagia, kelak mereka juga akan cenderung melakukan hal serupa di keluarganya.
Nah, itu dia informasi tentang apa itu Hyper Parenting, ciri- cirinya hingga cara mengatasinya. Semoga artikel ini semakin menginspirasi Ayah Bunda untuk menerapkan pola asuh positif atau positive parenting yang berdampak baik untuk perkembangan dan karakter.

Semoga bermanfaat ya, Ayah Bunda! 🙂

Tags:

You Might also Like